🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 Silsilah Al-Ushulu Ats-Tsalasah
سم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Halaqah yang ke-46 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitāb Al-Ushūlu Ats-Tsalātsah wa Adillatuhā (3 Landasan utama dan dalīl-dalīlnya) yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb bin Sulaimān At Tamimi rahimahullāh.
Kemudian beliau rahimahullāh mengatakan :
المرتبة الثالثة: الإحسان: ركن واحد، وهو: ( أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه يراك )
• Tingkatan Yang Ketiga : Al-Ihsān (الإحسان)
Secara Bahasa :
Ihsān adalah Al-Itqān artinya puncaknya atau maksimalnya dia dalam melakukan sesuatu.
⇒ Ihsān dari kata Ahsana (احسن) Yuhsinu (يحسن) Ihsānan (احسان)
√ Ahsana (أحسنَ) artinya memperbaiki
√ Hasan (حسن) artinya baik
Jadi orang yang Ihsān adalah orang yang selalu memperbaiki. Memperbaiki amalan dhāhir maupun amalan bathin.
Ihsān adalah tingkatan yang paling tinggi, karena dia sudah Ihsān di dalam Islāmnya dan Imannya.
⇒ Ihsān hanya memiliki SATU rukun.
Rukun ini memiliki 2 tingkatan:
⑴ Tingkatan Musyahadah
Engkau beribadah kepada Allāh seakan-akan engkau melihatnya
⑵ Tingkatan Muraqabbah
Jika engkau tidak melihat Allāh, maka sesungguhnya Dia (Allāh) melihatmu
▪︎Tingkatan Pertama (Musyahadah)
Tingkatan pertama ini lebih tinggi daripada yang kedua yaitu :
أن تعبد الله كأنك تراه
“Engkau menyembah kepada Allāh saja seakan-akan engkau melihatnya.”
Kenapa disini memakai kata seakan-akan?Karena seseorang di dunia, ketika dia beribadah kepada Allāh tidak mungkin dia melihat Allāh.
Karena Allāh tidak mengizinkan manusia untuk melihatnya ketika di dunia, tapi Allāh akan mengizinkan orang-orang beriman untuk melihatnya di akhirat.
Misalnya (perumpamaan) :
Seorang karyawan memiliki atasan yang sangat dihormati, kemudian atasan tersebut memberi amanah atau perintah untuk mengerjakan suatu pekerjaan (laporan, misalnya) dan laporan itu harus selesai saat itu dan atasan (pimpinan) menunggu hasil pekerjaan tersebut.
Sebagai seorang karyawan pastinya dia akan mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh.
Kenapa?
Karena pimpinannya saat itu ada di depan dia dan memperhatikan pekerjaan (karyawan itu akan bekerja maksimal (sebaik-baiknya) karena dia sedang diawasi pimpinannya)
Demikian pula orang yang beribadah kepada Allāh seakan-akan dia melihat Allāh. Dia akan beribadah secara maksimal karena dia merasa Allāh melihatnya, Allāh ada di depannya.
▪︎Tingkatan Kedua (Muraqabbah)
فإن لم تكن تراه فإنه يراك
Jika kamu tidak melihatnya maka ketahuilah bahwasanya Dia (Allāh) melihatmu.
Misalnya (perumpamaan) :
Seorang karyawan sedang bekerja, saat itu pimpinannya tidak ada di depan dia, tapi pimpinan itu memasang CCTV sehingga dia bisa memantau cara kerja semua karyawannya.
Bagaimana sikap karyawan tersebut?
Tentunya karyawan tersebut akan tetap bekerja dengan sungguh-sungguh karena CCTV terus memantau pekerjaan dia.
Begitu pula dalam ibadah, seseorang akan memperbaiki amalan dhāhir dan bathinnya. Karena Allāh melihat dhāhir dan bathin kita.
Seseorang akan beribadah sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasūlullāh. Malu kalau sampai dia melakukan ibadah tidak sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh.
Misalnya:
√ Dia akan berusaha takbir sesuai dengan contoh Rasūlullāh.
√ Dia akan membaca Al-Qur’an sebagaimana yang diajarkan oleh Rasūlullāh.
Semakin dia merasa diawasi oleh Allāh maka semakin sesuai tingkah lakunya dengan tingkah laku Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Termasuk dalam berakhlak, orang yang sudah sampai derajat Ihsān dia akan malu kalau akhlaknya tidak sesuai dengan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Termasuk adab dengan berbagai jenisnya, adab kepada orang lain, adab kepada isteri, adab kepada orang yang lebih tua, adab kepada yang lebih muda. Semakin dia Ihsān, dia akan memperbaiki adab dan akhlaknya.
Selain Allāh mengawasi dhāhir seseorang, Allāh juga mengawasi bathin seseorang.
Sebagaimana sabda Nabi :
إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم، ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم
“Allāh melihat pada hati dan amalan kalian”
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 6708)
Allāh melihat apa yang ada di dalam hati kalian. Sehingga seseorang akan malu jika sampai di dalam hatinya ada kotoran riyā (walau sedikit).
Dia akan malu karena Allāh melihatnya, sehingga dia akan berjuang untuk menghilangkan riyā tadi dan berdo’a kepada Allāh supaya dihilangkan dari riyā dan seterusnya.
√ Maqam Musyahadah dia seakan-akan melihat Allāh Subhānahu wa Ta’āla
√ Maqam Muraqabbah dia merasa diawasi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya
Wallāhu Ta’āla A’lam
وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته