Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm > Halaqah 08 | Simpul 06 – Menjaga Cabang Ilmu dan Mendahulukan yang Lebih Penting Di Antara yang Penting (1)

Halaqah 08 | Simpul 06 – Menjaga Cabang Ilmu dan Mendahulukan yang Lebih Penting Di Antara yang Penting (1)

Kitab: Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Halaqah yang ke-8 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullahu ta’ala.

Masuk kita pada simpul yang keenam di antara 20 simpul yang disebutkan oleh Syaikh di dalam kitab ini yang dengan 20 simpul ini 20 prinsip ini maka InsyaAllah kita akan bisa mengagungkan ilmu agama, yang kalau kita bisa mengagungkan ilmu maka ini adalah sebab untuk mendapatkan ilmu itu sendiri, barang siapa yang mengagungkan ilmu maka dia akan dimuliakan oleh ilmu, barang siapa yang menghormati ilmu maka ilmu akan mengangkat dia, namun barang siapa yang tidak menghormati ilmu tidak mengagungkan ilmu maka ilmu pun tidak akan mengangkat dia.

Beliau mengatakan hafidzahullahu ta’ala

المعقد السادس

Simpul yang ke enam diantara simpul-simpul yang dengannya kita mewujudkan pengagungan terhadap ilmu

رعاية فنونه في الأخذ ، وتقديم الأهم فالمهم

Hendaklah kita menjaga seluruh cabang-cabang ilmu di dalam mencarinya, karena ilmu ini bercabang-cabang ada ilmu aqidah ada fiqih ada ushul fiqh ada nahwu ada sharf ada tafsir maka kita di antara bentuk ta’dzhim kita terhadap ilmu adalah kita menjaga cabang-cabang tersebut, yaitu kita berusaha untuk mengambil dan mempelajari masing-masing dari cabang-cabang ilmu tadi.

Ini termasuk penganggungan kita terhadap ilmu bukan hanya sekedar mempelajari satu cabang ilmu saja, belajar Nahwu saja atau mempelajari Tafsir saja tidak mempelajari fiqih tidak mempelajari hadits ini bukan termasuk pengagungan terhadap ilmu kalau kita hanya mempelajari satu cabang saja, bentuk pengagungan kita terhadap ilmu adalah kita memelihara dan menjaga cabang-cabang ilmu tersebut. Kemudian

وتقديم الأهم فالمهم

dan kita mendahulukan yang paling penting di antara ilmu-ilmu tersebut kemudian setelah itu yang di bawahnya, yang paling penting kemudian yang setelahnya dan setelahnya. Ini juga termasuk bentuk penganggungan kita terhadap ilmu kita mendahulukan yang paling penting di antara ilmu-ilmu tersebut, semuanya penting dan semuanya adalah ilmu agama cuma pengagungan kita terhadap ilmu di antara wujudnya adalah dengan mendahulukan yang paling penting di antara ilmu-ilmu tersebut.

Kalau kita mendahulukan yang biasa saja atau yang tidak lebih penting kemudian mengakhirkan yang paling penting maka ini bukan termasuk pengagungan terhadap ilmu, kita mengakhirkan sesuatu yang paling penting di antara ilmu tersebut.

قال ابن الجوزيِّ

Berkata Ibnul Jauziy rahimahullah

في صيد خاطره

di dalam kitab beliau Shaidul Khathir

جمع العلوم ممدوح

mengumpulkan ilmu-ilmu itu adalah sesuatu yang terpuji.

Mengumpulkan ilmu artinya bukan hanya mempelajari satu ilmu saja tapi mempelajari berbagai cabang ilmu agama, Antum belajar Al-Qur’an belajar hadits belajar tajwid belajar fiqh belajar ushul fiqh itu adalah sesuatu yang terpuji itu bukan sesuatu yang tercela dan itu adalah bentuk pengagungan kita terhadap ilmu agama, karena ilmu-ilmu tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain saling melengkapi satu dengan yang lain.

Kemudian beliau mendatangkan sebuah bait syair

من كلِّ فنٍّ خُذْ ولا تجهل بهِ

Hendaklah engkau mengambil dari setiap cabang ilmu (belajar dari setiap cabang ilmu) dan janganlah engkau jahil terhadap cabang ilmu tersebut, maksudnya jangan sampai sama sekali tidak pernah mempelajari cabang ilmu tadi

فالحرُّ مطَّلِعٌ علىٰ الأسرارِ

maka orang yang bebas (orang yang merdeka) itu adalah orang yang berusaha untuk mengetahui rahasia-rahasia.

Harusnya kita punya rasa penasaran, Ana ingin tahu ilmu ushul fiqh itu bagaimana Ana ingin tahu tentang fiqh itu bagaimana, karena kita orang merdeka kita bukan orang yang dipenjara sehingga tidak boleh Antum mempelajari ini mempelajari itu, kita ini orang yang merdeka.

Buku tersebar dan asatidzah yang mengajar juga banyak dan Antum punya waktu antum adalah orang yang merdeka orang yang punya kebebasan untuk membaca kitab-kitab tersebut, maka ini dorongan untuk kita jangan hanya mencukupkan diri dengan satu cabang ilmu tapi kita juga mempelajari cabang-cabang ilmu yang lain, tapi dengan syarat tadi kita mendahulukan yang paling penting kemudian setelahnya dan setelahnya karena ilmu agama ini luas dan cabang ilmu banyak.

ويقول شيخ شيوخنا محمَّدٌ ابن مانعٍ في إرشاد الطُّلَّب

Berkata guru dari guru-guru kami Muhammad Ibnu Māni’ rahimahullāh di dalam Kitab beliau Irsyaduth Thullab

ولا ينبغي للفاضل أن يرك علمًا من العلوم النَّافعة، الَّتي تُعين علىٰ فهم الكتاب والسُّنَّة

Maka tidak sepantasnya seorang yang memiliki keutamaan tidak pantas bagi dia meninggalkan sebuah cabang ilmu di antara ilmu-ilmu yang yang bermanfaat yang membantu dia untuk memahami Al-Qur’an dan Sunnah, karena kalau itu adalah ilmu yang bermanfaat yang membantu kita untuk memahami Al-Qur’an dan Sunnah maka seharusnya kita semangat untuk mempelajarinya karena inti dari ilmu sebagaimana telah berlalu adalah Quran dan juga hadits itu yang menjadi tujuan utama kita, Ana ingin paham Al-Qur’an dan juga hadits yang dua-duanya adalah wahyu dari Allāh ﷻ maka seluruh ilmu yang yang membantu kita untuk memahami Al-Quran dan hadits harusnya kita semangat untuk mempelajarinya,

إذا كان يعلم من نفسه قوَّةً علىٰ تعلُّمه

apabila dia mengetahui di dalam dirinya kekuatan untuk mempelajarinya.

Kalau memang dia punya qudrah (kemampuan) untuk mempelajari ilmu tersebut dan ilmu tersebut membantu kita untuk memahami Al-Qur’an dan hadits maka hendaklah kita jangan sampai meninggalkan ilmu tadi, ini masing-masing harus jujur kepada dirinya sendiri dia punya kemampuan atau tidak, jangan sampai belum apa-apa dia mengatakan Ana tidak mampu mempelajari ilmu Nahwu dan sharf, dia belum berusaha dia belum mengeluarkan seluruh apa yang dia miliki.

ولا يَسوغ له أن يعيب العلمَ الَّذي يجهله ويزُريَ بعالمه

Dan tidak boleh dia mencela ilmu yang dia tidak tahu dan mengejek orang yang mengetahuinya.

Karena ada sebagian orang dia misalnya mempelajari ilmu aqidah saja dan dia tidak mempelajari ilmu fiqh kemudian dia mencela ilmu fiqh mengatakan bahwasanya ilmu ini tidak ada manfaatnya ini tidak mendekatkan diri kepada Allāh ﷻ ini menyibukkan kita dengan ucapan fulan dan juga fulan, tidak boleh dia mengatakan demikian tidak boleh dia mencela ilmu yang dia tidak tahu yang dia belum mempelajarinya.

Kemudian dia mengejek seorang yang ‘alim terhadap ilmu tersebut, merendahkan dia si fulan itu jahil tentang masalah aqidah si fulan demikian dan demikian dia mengejek orang yang memiliki ilmu yang tidak diketahui olehnya, karena mencela ilmu dan juga menjelekkan orang yang mengilmui ilmu tadi

فإنَّ هٰذا نقصٌ ورذيلةٌ

ini adalah sebuah kekurangan dan sebuah kehinaan, ketika dia mengetahui sebuah ilmu kemudian dia mencela ilmu yang lain, orang yang tahu ilmu Hadits kemudian dia mencela ilmu fiqh dan juga mencela orang-orang yang menyibukkan diri dengan fiqh atau sebaliknya dia ahli dalam masalah fiqh kemudian menjelekkan ilmu Hadits dan menjelekkan orang-orang yang menyibukkan diri dengan ilmu Hadits, itu bukan mengangkat derajat dia tapi justru ini menunjukkan tentang kekurangan dia dan kehinaan dia.

Kalau dia memang sampai ilmunya maka dia tidak akan mencela ilmu yang lain, kalau memang ilmu haditsnya itu benar maka maka dia tidak akan mencela ilmu fiqh, kalau ilmu aqidahnya itu benar maka dia tidak akan mencela ilmu Hadits, ketika dia mencela ilmu yang lain menunjukkan ada kekurangan pada dirinya dan ini adalah kehinaan bagi seseorang.

فالعاقل ينبغي له أن يتكلم بعلم أو يسكت بحلمٍ

Maka orang yang berakal hendaklah dia berbicara dengan ilmu, karena orang yang mencela ilmu yang lain ini menunjukkan dia berbicara tanpa ilmu, kalau seandainya dia berilmu misalnya dia tidak akan mencela ilmu yang lain

أو يسكت بحلمٍ

dan orang yang berakal kalau dia diam maka diam dengan hilm, yaitu diam dan memang diamnya dia adalah karena kesabaran bukan karena marah, diamnya dia adalah karena dia memiliki al-hilm yaitu santun dan sabar

وإلَّ دخل تحت قول القائل

kalau tidak demikian maka dia berarti masuk dalam ucapan seseorang (ini permisalan yang bagus bagi orang yang mencela ilmu yang tidak dia ketahui)

أتاني أنَّ سهلً ذمَّ جهلً
علومًا ليس يعرفهنَّ سهلُ

Telah sampai kepadaku bahwasanya Sahlan (nama orang) telah mencela ilmu yang tidak dia ketahui, menjelek-jelekkkan ilmu tersebut

ذمَّ جهلً

جهلً di sini adalah maf’ul li ajlih, dia mencela karena kebodohannya, kebodohan dia terhadap ilmu tersebut dia mencela beberapa ilmu yang tidak dia ketahui

علومًا لو قرأها ما قلاها
ولٰكنَّ الرِّضا بالجهل سهلُ

Ilmu-ilmu seandainya dia membacanya seandainya dia mempelajarinya, maksudnya adalah membacanya di depan para gurunya di hadapan para masyaikh, seandainya dia mempelajari ilmu-ilmu tersebut dengan benar

ما قلاها

niscaya dia tidak akan membenci ilmu-ilmu tadi, tapi karena dia belum belajar sehingga dia menjelek-jelekkan ilmu tadi

ولٰكنَّ الرِّضا بالجهل سهلُ

akan tetapi keridhaan terhadap kebodohan itu adalah sesuatu yang mudah, ridha terhadap kebodohan ini adalah sesuatu yang mudah, yang sulit adalah mengangkat kejahilan dari diri seseorang.

Memerangi kebodohan itu bukan perkara yang mudah, kalau menyerahkan dirinya terhadap kebodohan dia maka itu suatu yang mudah tapi memerangi kebodohan mempelajari ilmu agama maka ini bukan sesuatu yang mudah, maka gampang saja dia mencela karena dia belum mengetahui ilmunya dan ridha dengan kebodohan adalah sesuatu yang mudah

انتهىٰ كالامه

selesai ucapan beliau.

Jadi yang ingin beliau sampaikan di sini hendaklah kita mempelajari seluruh cabang-cabang ilmu ini dan kita mendahulukan yang lebih penting dari yang penting, kemudian jangan sampai ketika seorang sedang mempelajari sebuah ilmu kemudian dia mencela ilmu yang lain juga merendahkan orang yang memiliki ilmu tersebut.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

image_pdfimage_print

3 thoughts on “Halaqah 08 | Simpul 06 – Menjaga Cabang Ilmu dan Mendahulukan yang Lebih Penting Di Antara yang Penting (1)”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top