Home > Grup Islam Sunnah > Kitab Sifat Shalat Nabi ﷺ > Halaqah 081 – Membaca Al-Qur’an dengan Tartil dan Memperbagus Suara ketika Membacanya Bag 03

Halaqah 081 – Membaca Al-Qur’an dengan Tartil dan Memperbagus Suara ketika Membacanya Bag 03

🌍 Grup Islam Sunnah | GiS
🎙 Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A.
📗 صفة صلاة النبي ﷺ من التكبير إلى التسليم كأنك تراها
📝 Syaikh Al-Albani رحمه الله
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Kita dalam pembahasan

[ تَرتِيلُ القراءةِ وَتَحْسِيْنُ الصَّوْتِ بها ]

“Membaca Al-Qur’an dengan tartil dan membaguskan suara ketika membaca Al-Qur’an”

(Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan, -ed)

و ❲ كان – أحيانا – يرجع ❳ صوته،

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang mentarji’ suara Beliau.

Tarji’ di sini bisa diartikan mendendangkan suaranya; bisa diartikan ada lantunan suaranya; ada irama; meng-irama-kan suaranya. Ketika orang membaca dengan santai, di situ ada irama datang dengan sendirinya. Ketika orang sedang bahagia kemudian dia membaca Al-Qur’an, dia nikmati bacaannya akan keluar irama, irama bacaan Al-Qur’an.

وكان – أحيانا – يرجع صوته

Terkadang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengiramakan suaranya.

كما فعل يوم فتح مكة وهو على ناقته

Sebagaimana Beliau lakukan di hari pembukaan kota Makkah (di hari penaklukan kota Makkah) dan Beliau ketika itu sedang berada di atas untanya.

يقرأ سورة { الفتح } [ قراءة لينة ]

Beliau ketika itu membaca surat Al-Fath (ayat 1):

{ اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ }

Surat ini turunnya setelah Perjanjian Hudaibiyyah, sebelum Fathul Makkah. Tapi mengisyaratkan tentang kejadian Fathul Makkah.

{ اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ }

“Sungguh Kami telah membuka untukmu dengan pembukaan yang benar-benar nyata”

Maksudnya membuka kemenangan. Setelah Perjanjian Hudaibiyyah turun ayat ini, padahal ketika Perjanjian Hudaibiyyah tersebut Mekah belum dibuka (belum ditaklukkan).

Makanya Rasulullah mengulang membaca ayat ini kembali ketika peristiwa Fathul Makkah. Dan Beliau membaca dengan sangat bahagia. Beliau membacanya dengan bacaan yang lembut.

وقد حكى عبد الله ابن مغفل تر جيعه هكذا ( آ آ آ)

Dan Abdullah Ibnu Mughaffal mengisahkan bagaimana irama bacaan Beliau, seperti ini [ آ آ آ ] intinya ada irama suaranya.

وكان يأمر بتحسين الصوت بالقرآن

Dan dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para sahabatnya untuk meng-indah-kan bacaan Al-Qur’annya (membaguskan suara) ketika membaca Al-Qur’an.

Al-Qur’an itu sebenarnya sudah indah bahasanya dan kita diperintahkan untuk meng-indah-kan suara kita ketika kita membaca Al-Qur’an.

فيقول: ❲ زينوا القرآن بأصواتكم ،

Kata Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Indahkanlah, hiasilah Al-Qur’an dengan suara-suara kalian”

[ فإن الصوت الحسن يزيد القرآن حسنا ] ❳

Karena suara yang bagus, suara yang indah itu menjadikan Al-Qur’an lebih indah.

Suara yang indah menambah keindahan Al-Qur’an dan ini nyata. Kalau imam kita bacaan Al-Qur’annya enak didengar, kita bisa menikmati shalat tersebut, dan terasa indah Al-Qur’an itu. Berbeda kalau imam bacaannya berat, suaranya juga berat, kita juga merasakan beratnya shalat kita.

Sehingga wajar kalau misalnya ada orang mencari-cari masjid karena bacaan Al-Qur’annya. Ini sesuatu yang alami. Tidak bisa kita cela orang yang demikian, karena dia ingin khusyuk di dalam shalatnya dan suara imam mempengaruhi kekhusyukan shalat.

Kalau tujuannya adalah agar dia bisa khusyuk ketika shalatnya, ringan ketika shalatnya, maka tidak ada masalah karena memang Rasulullah Shalllahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk meng-indah-kan bacaan Al-Qur’an, agar menarik, agar Al-Qur’an menjadi lebih indah. Makanya tidak masalah kita mencari masjid yang bacaan Al-Qur’annya indah tapi tujuannya agar kita bisa lebih khusyuk di dalam shalatnya dan lebih menikmati ibadah kita.

ويقول: ❲ إن من أحسن الناس صوتا بالقرآن، الذي إذا سمعتموه يقرأ حسبتموه يخشى الله ❳

Sesungguhnya di antara orang yang paling baik suaranya ketika membaca Al-Qur’an adalah orang yang apabila kalian mendengar bacaannya, kalian mengira orang ini benar-benar takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dia menikmati bacaannya; dia merenungi bacaannya; menghayati bacaannya. Inilah orang yang paling bagus suaranya dalam membaca Al-Qur’an. Memang ada orang yang tidak menghayati bacaannya. Biasanya karena tidak paham apa yang dibaca. Atau memang dia sebenarnya paham tapi dia tidak konsentrasi.

Kalau yang tidak paham, banyak ini, sehingga kadang-kadang berhenti pada tempat-tempat yang tidak pas untuk berhenti. Atau rukuk sebelum makna potongan Al-Qur’an yang dibaca itu sempurna.

Makanya sebaiknya kita mengikuti tanda baca Al-Qur’an. Bagi yang belum paham arti, maka ikuti tanda baca yang ditulis oleh para ulama di mushaf.

Kenapa menulis; ini ada waqof mim (م), ada waqaf jim (ج), ada waqaf shola (صلى), ada waqaf qola (قلى), kenapa demikian, ada saktah? Karena itu berhubungan dengan makna. Kalau kita membaca Al-Qur’an sesuai dengan tanda waqaf tersebut, maka bacaan kita akan sesuai dengan maknanya.

Begitu pula tanda ruku’ (ع) ini juga perlu diperhatikan bagi para imam. Berhentilah ketika tanda ruku’ (ع) ada di situ. Kalau di mushaf dulu dikasih tanda  (ع). (ع) itu perwakilan dari kata ruku’, karena ruku’ akhirnya ada (ع), maka ditulislah (ع). Ruku’ itu maksudnya di situlah berhenti, kemudian rukuk.

Kalau di mushaf Madinah sekarang ada tanda khusus, sebelum ayat biasanya. Ada tanda ayatnya bulat, setelah itu ada tanda khusus. Itu tanda rukuk di situ, tanda untuk memulai di rakaat berikutnya.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa ‘Ala.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top