Home > Bimbingan Islam > Kitābul Jāmi' > Hadits 08 | Meninggalkan Hal-Hal Yang Bukan Urusannya

Hadits 08 | Meninggalkan Hal-Hal Yang Bukan Urusannya

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Kitābul Jāmi’ | Bulughul Maram
📝 AlHāfizh Ibnu Hajar ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
~~~~~~~

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ، تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ.” رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ، وَقَالَ: حَسَنٌ.

Dari Abū Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Diantara keelokan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang bukan urusannya.”

(HR Tirmidzi, ia berkata: “Hadits yang hasan.”)

~~~~~~~

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Kita masuk pada hadits yang ke-8.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ، تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ.” رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ، وَقَالَ: حَسَنٌ.

Dari Abū Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Diantara keelokan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang bukan urusannya.”

(HR Tirmidzi, ia berkata: “Hadits yang hasan.”)

Hadits ini adalah hadits yang sangat agung, yang mengajarkan adab yang sangat tinggi, karena Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam membuka hadits ini dengan berkata, “Diantara keelokan Islam seseorang.”

Jadi kita bisa mengukur keelokan Islam seseorang yaitu dengan melihat bagaimana kegiatan dia.

Kalau kegiatan yang dia lakukan (baik perkataan maupun perbuatannya) berkaitan dengan urusan yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat, maka ini adalah orang yang Islamnya indah.

Tapi ada orang yang kesibukannya pada perkara-perkara yang tidak bermanfaat dan yang bukan urusannya, seperti:

• Nimbrung dengan urusan orang lain,
• Komentar dengan perkara-perkara yang bukan bidangnya,
• Ikut ingin tahu urusan-urusan orang lain,
• Menghabiskan waktu pada yang tidak bermanfaat,

Maka (ini) Islamnya tidak indah.

⇒ Dan yang dimaksud dengan “urusan” disini adalah urusan yang bermanfaat yang ditentukan oleh syari’at.

Bukan sibuk dengan “urusan” yang dia kehendaki (menurut pikiran dia), karena setiap orang mempunyai urusan, tapi banyak dari urusan-urusan tersebut yang tidak bermanfaat.

Seseorang hendaknya berusaha menyibukkan dirinya dengan perkara yang bermanfaat bagi dirinya di dunia maupun di akhirat.

Jadi, maksud dari hadits adalah supaya kita sibuk dengan urusan kita sendiri, namun dengan syarat urusan yang bermanfaat menurut syari’at.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

Kita sekarang hidup di zaman (terutama di zaman media sosial saat ini) yang terdapat banyak sekali perkara yang tidak bermanfaat yang membuat kita tersibukkan.

Seseorang memiliki banyak teman di Facebook dan banyak grup di WhatsApp sehingga banyak berita yang masuk yang sebenarnya tidak perlu buat dia, terkadang memang perlu namun bukan primer.

Karena setiap orang yang mempunyai Facebook kebanyakan mempunyai hobi untuk nge-share, baik masalah kesehatan, keluarga, makanan, berita artis, macam-macam di share.

Akhirnya, masuk juga dalam “HP” kita dan kitapun ikut membaca.

Oleh karenanya, di zaman seperti ini, dengan kita memperbanyak teman akan memperbanyak berita yang masuk kepada kita, sehingga (akibatnya) memenuhi “hard disk” yang ada di kepala kita.

Karena sudah penuh maka untuk memasukkan Al Qurān sudah tidak ada tempatnya dan untuk memasukkan hadits juga kurang tempatnya.

Akhirnya banyak kesibukan kita habiskan dengan perkara-perkara yang tidak bermanfaat.

Maka jadilah Islam kita bukan Islam yang indah.

Belum lagi, tatkala kita melihat berita-berita tersebut kita juga hobi untuk komentar; komentar ini, komentar anu, komentar-komentar….

Sudah beritanya tidak bermanfaat, kita komentarin lagi, sehingga tidak bermanfaat plus tidak bermanfaat.

Bagaimana mau dikatakan Islam kita Islam yang indah?

Oleh karenanya, seseorang di zaman seperti ini hendaknya sibuk dan buatlah kegiatan yang bermanfaat, agar dia tidak terkena dengan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat.

Karena, kata para ulama dalam suatu perkataan yang indah:

مَنِ اشْتَغَلَ بِمَا لا يَعْنِيهِ فَاتَهُ مَا يَعْنِيهِ

“Barangsiapa yang sibuk dengan perkara yang tidak bermanfaat bagi dia maka banyak perkara yang bermanfaat yang luput dari dia.”

Yang seharusnya dia punya waktu untuk:
• Menghafal Al Qurān
• Belajar hadits
• Berbakti sama orang tua
• Telepon orang tua
• Memberi waktu untuk anak-anaknya
• Membahagiakan istri dan anaknya

Namun, gara-gara banyak teman, banyak berita yang masuk, banyak komentar, akhirnya waktu menjadi terbuang sia-sia.

Seorang Muslim harus sibuk dengan perkara yang bermanfaat, baik baginya dan keluarganya, di dunia maupun di akhirat.

Bayangkan, seseorang mempunyai Whatsapp sampai 50 grup, misalnya.

Alhamdulillāh kalau ternyata grupnya grup BiAS atau grup yang lain yang bermanfaat.

Tetapi kalau grup ini, grup anu, grup itu dan membuka Whatsapp ada gambar orang tertawa, tulisan kabur, ada gambar ini, gambar anu, ada grup macam-macam, yang terkadang tidak bermanfaat.

Kalau punya grup hendaknya grup tertentu yang bermanfaat, misalnya grup untuk silaturrahmi, grup kakak adik, grup kerabat, tidak jadi masalah.

Silaturrahmi lewat Whatsapp, alhamdulillāh.

Grup pengajian, tidak jadi masalah.

Kalau mempunyai teman di Facebook sampai 5.000 teman, buat apa teman banyak-banyak?

Kalau untuk dakwah, alhamdulillāh. Tapi kalau tidak untuk dakwah, akhirnya banyak berita yang masuk.

Bukan mendakwahi mereka malah kita yang didakwahi oleh mereka, karena masing-masing teman tersebut men-share macam-macam dan kita ikut baca.

Oleh karenanya para ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

Diantara bentuk zuhud dan wara’ yaitu kita menyibukkan diri kita dengan perkara yang bermanfaat, sedangkan yang tidak bermanfaat kita tinggalkan.

Dan jangan sibuk dengan urusan orang lain, sibuk urusi diri Anda sendiri !

Anda tidak masuk dalam urusan orang lain kecuali kalau ingin memberi manfaat kepadanya atau ingin menolongnya, itu baru bagus !

Tapi kalau hanya masuk dalam urusan orang lain, ingin tahu, ingin ikut nimbrung, tanpa ada sumbangsih yang bisa kita berikan, maka tidak perlu.

Demikian.

والله أعلم بالصواب
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top