🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Kitābul Jāmi’ | Bulughul Maram
📝 AlHāfizh Ibnu Hajar ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
~~~~~~~
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِيْ وَقَّاصٍ رضي الله عنه قاَلَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: “إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الخَفِيَّ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallāhu ‘anhu ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allāh mencintai seorang hamba yang bertaqwa, yang merasa cukup, dan yang rajin beribadah secara diam-diam.”
(HR Muslim)
~~~~~~~
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
Kita masih dalam Kitābul Jāmi’ dalam Bab Zuhud wal Wara’, kita masuk pada hadits ke-7 tentang “Sebab untuk Meraih Kecintaan Allāh Kepada Seorang Hamba”.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqāsh radhiyallāhu ‘anhu, beliau berkata:
Aku mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘ālaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ
“Sesungguhnya Allāh mencintai seorang hamba yang bertaqwa, yang kaya dan yang tersembunyi (tidak dilihat oleh banyak orang).”
(HR Al Imām Muslim)
APA MAKSUD HADITS INI?
Hadits ini menjelaskan tentang sifat Allāh, yaitu “mencintai”, dimana Allāh mencintai seorang hamba; Allāh dicintai dan Allāh mencintai.
Dan seorang hamba hendaknya berusaha untuk dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim rahimahullāhu Ta’āla:
◆ ليس الشأن أن تُحب ولكن الشأن أن تُحَب
◆ Perkaranya bukan bagaimana engkau mengaku mencintai Allāh, tetapi apakah kau dicintai Allāh.
[Kitab Rawdhatul Muhibbīn Wa Nuzhatul Musytaqīn: 266]Ini yang paling penting.
Oleh karenanya, seorang hamba hendaknya berusaha melakukan hal-hal yang bisa membuat dia bisa meraih kecintaan Allāh kepada dirinya.
Diantara hal-hal yang bisa mendatangkan kecintaan Allāh kepada seorang hamba, (maka) Rasulullāh shallallāhu ‘ālaihi wasallam menyebutkan 3 perkara, yaitu:
⑴ AT TAQIY (SEORANG HAMBA YANG BERTAQWA)
Taqwa artinya:
✓Menjalankan perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
✓Dan menjauhkan diri sejauh mungkin dari hal-hal yang dilarang oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
⑵ AL GHANIY (SEORANG YANG KAYA)
⇒ Maksudnya adalah jiwanya yang kaya, qona’ah dengan apa yang Allāh berikan kepadanya.
Dan Wallāhu A’lam bishshawāb, alasan hadits ini dibawakan dalam bab Zuhud wal Wara’ adalah karena masalah ini, yaitu Al Ghaniy.
⇒ Yaitu seorang yang zuhud:
✓Dia tidak butuh dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.
✓Dia tidak mengkaitkan hatinya dengan harta orang lain.
✓Dia ingin cukup dengan apa yang Allāh berikan kepadanya.
Yang dalam hadits, Rasūlullāh shallallāhu ‘ālaihi wasallam berkata:
“Barangsiapa yang berusaha untuk mencukupkan diri, maka Allāh akan mencukupkan dirinya (Allāh akan berikan kecukupan kepada dia).”
⑶ AL KHAFIY
⇒ Datang dalam 2 riwayat; dalam huruf kha (خ) dan dalam huruf ha (ح)
● HURUF KHA (خ)
Jika dengan huruf kha (خ) yaitu al khafiy (الخفي) artinya “samar” ( tersembunyi).
⇒ Maksudnya, orang ini berusaha menjauhkan dirinya dari pandangan manusia, dia tidak ingin riya’ dan sum’ah.
Dia sibuk dalam perkara-perkara yang bermanfaat bagi dirinya; bermanfaat bagi dunianya maupun bagi akhiratnya.
Para ulama menyebutkan bahwa ini adalah dalil tentang keutamaan untuk mengasingkan diri, terutama di zaman-zaman fitnah.
Seseorang hendaknya jangan sibuk dengan fitnah, tetapi sibuk dengan yang bermanfaat, sibuk dengan ibadah.
Dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu ‘ālaihi wasallam mengatakan:
العِبادَةُ في الهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ
“Bahwasanya ibadah dalam masa-masa fitnah pahalanya seperti berhijrah kepadaku.”
(HR Muslim no. 2948)
Kenapa?
Karena kalau sudah timbul fitnah, maka banyak orang yang sibuk ingin mengetahui fitnah tersebut, kemudian ingin berkomentar dalam fitnah dan ikut nimbrung.
Tidak kita pungkiri bahwa sekarang adalah zaman fitnah.
Oleh karenanya hendaknya kita sibukkan diri kita dengan hal yang bermanfaat, misalnya:
✓ Ikut pengajian.
✓ Mendengarkan ceramah BiAS (Bimbingan Islam).
✓ Atau apa saja yang bermanfaat bagi dunia maupun akhirat kita.
Dan ini adalah dalil bahwasanya seorang hendaknya menjauhkan dirinya dari hal-hal yang bisa membuat riya’ dan sum’ah, dan tidak ingin populer/tersohor.
Namun para ulama menyebutkan:
◆ Jika seseorang tidak ingin populer/tersohor dan tidak melakukan sebab-sebab yang membuat dirinya populer (sengaja untuk mempopulerkan diri), namun qaddarullāh dia terpopulerkan/dikenal oleh orang, asalkan yang penting dia ikhlash maka ini tidak memberi kemudharatan kepada dia.
Bahkan disebutkan dalam hadits bahwasanya “Kalau ada orang memuji orang lain” maka kata Rasulullāh shallallāhu ‘ālaihi wasallam:
“Itu adalah kabar gembira yang disegerakan dari Allāh kepada dia.”
⇒ Dengan syarat, dia tidak ingin pujian manusia, tapi karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Karena ada orang yang seperti itu;
• Orang ingin populer dan Allāh jadikan dia populer.
• Orang ingin populer tetapi tidak populer.
• Orang tidak ingin populer namun Allāh jadikan dia populer.
Kita mohon kepada Allāh agar menganugerahkan kepada kita keikhlashan.
● HURUF HA (ح)
Jika dengan huruf ha (ح) yaitu Al Hafiy (الحفي), disebutkan oleh para ulama maknanya adalah “orang yang sibuk dengan keluarganya” (muhtafiy bi ahlihi).
⇒ Dia urus anak-anaknya, istrinya, tidak sibuk dengan urusan orang lain.
Orang seperti ini dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla karena mengurus keluarga adalah perkara yang penting; keluarga itu adalah pahala yang primer.
Diantara kesalahan sebagian orang (yaitu) menjadikan keluarganya bukan primer tapi sekunder, ini salah.
Dia menjadikan pekerjaannya dan hubungannya dengan teman-temannya sebagai yang primer, sementara keluarganya terbengkalai, ini keliru.
Oleh karenanya, banyak orang yang berhasil di luar rumah namun dikeluarganya tidak berhasil, ini tidak dicintai Allāh.
✓Yang Allāh cintai adalah seseorang yang sibuk mengurus keluarganya, anak-anaknya dan istrinya.
Inilah makna dari hadits ini.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan kita termasuk orang seperti ini dan bisa meraih kecintaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________