Home > Bimbingan Islam > Tarbiyatul Abna > Halaqah 24 | Aqiqah Bagi Anak

Halaqah 24 | Aqiqah Bagi Anak

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi
(Fiqih Mendidik atau Membimbing Anak-anak dan Sebagian Nasehat para Dokter dalam hal ini)
📝 Syaikh Musthafa Al Adawi
~~~~~~~~~~~~

*AQIQAH BAGI ANAK*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الأنبياء الْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ أَصَحابِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أما بعد

Ma’āsyiral mustami’in para pendengar rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-24, dari kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi, tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter, karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Pada sesi ini kita membahas satu sub judul yaitu:

▪ ‘AQIQAH BAGI ANAK

Hukum ‘Aqiqah adalah sunnah (mustahab).

Disunnahkan untuk melaksanakan ‘aqiqah pada hari ketujuh setelah kelahiran, sebagaimana hadīts shahīh yang diriwayatkan oleh Abū Dāwūd, AtvTirmidzī, An Nassā’i, Ibnu Mājah dan yang lainnya.

Dari Samurah bin Jundub radhiyallāhu ta’āla ‘anhu, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam. bersabda:

كُلُّ غُلَامٍ رَهِينَةٌ بَعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَومَ سَابِعِهِ و يٌحلَقُ ويُسمَّى

_”Setiap anak tergadaikan dengan ‘aqiqahnya, disembelihkan hewan ‘aqiqah pada hari ketujuh, dicukur dan diberi nama.”_

At Tirmidzī setelah mentakhrij hadīts ini beliau berkata, “Hadīts ini hasan shahīh, menurut para ulamā pelaksanaannya berdasarkan hadīts ini, mereka mengajurkan penyembelihan ‘aqiqah dilakukan pada hari ketujuh, jika belum mampu maka pada hari keempat belas dan jika belum bisa juga maka pada hari kedua puluh satu.”

Penulis mengatakan tiga hal yang dilakukan pada seorang anak di hari ke tujuh yaitu ‘aqiqah, dicukur dan diberi nama.

Adapun untuk pemberian nama penulis mengatakan, “Boleh memberi nama seorang anak pada hari pertama kelahirannya.”

Sebagaimana hadīts yang diriwayatkan oleh Muslim dari hadīts Anas bin Mālik radhiyallāhu ta’āla ‘anhu, beliau berkata bahwasanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

وُلِدَ لِي اللَّيلَةَ غُلَامٌ فَسَمَّيتُهُ بِاسمِ أَبِي إبراهيم

_”Tadi malam aku dikaruniai seorang anak, lalu aku beri nama dengan nama bapakku, Ibrāhīm.”_

⇒ Jadi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam langsung memberi nama puteranya malam itu dengan nama Ibrāhīm (jadi tidak harus menunggu hari yang ketujuh).

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

يَٰزَكَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ ٱسۡمُهُۥ يَحۡيَىٰ لَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ مِن قَبۡلُ سَمِيّٗا

_”Wahai Zakariyyā’ ! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahyā, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.”_

(QS Maryam: 7)

‘Aqiqah dilakukan dengan memotong dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Hadīts yang membicarakan hal itu banyak dan keseluruhan hadīts tersebut adalah shahīh diantaranya Sunnan An Nassā’i, Sunnan Abī Dāwūd dan disebutkan oleh Syaikh Albāniy rahimahullāh di dalam kitāb Irwā-ul Ghalīl.

Demikian semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

________________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top