Home > Grup Islam Sunnah > Kitab Sifat Shalat Nabi ﷺ > Halaqah 116 – Sujudnya Rasulullah di atas Tanah dan Tikar

Halaqah 116 – Sujudnya Rasulullah di atas Tanah dan Tikar

🌍 Grup Islam Sunnah | GiS
🎙 Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A.
📗 صفة صلاة النبي ﷺ من التكبير إلى التسليم كأنك تراها
📝 Syaikh Al-Albani رحمه الله
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta’ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
– Pembahasan tentang Sujudnya Rasulullah ﷺ di atas Tanah dan Tikar –

Ini pembahasan yang ringan, bahwa ketika kita sujud, itu sujud di atas apapun, yang penting suci. Inilah Islam yang menjunjung tinggi kenaturalan. Islam itu sesuai dengan fitrah, apa adanya. Itulah Islam.

Rasulullah ﷺ ketika shalat pun demikian. Kadang Rasulullah shalat sujudnya di atas tanah tanpa alas apapun; kadang Rasulullah ﷺ sujud di atas tikar, ada alasnya. Kadang Rasulullah ﷺ bahkan sujud di tanah yang basah. Jadi ada zat-zat basah ya, tidak becek tapi basah tanah tersebut. Rasulullah sujud dengan seperti itu dan itu sesuai dengan keadaan Beliau.

وَكَانَ يَنْصُطُ عَلَى الْأَرْضِ كَثِيْرًا

“Dan dahulu Rasulullah ﷺ seringnya sujud di atas tanah langsung”

Rasulullah ﷺ itu ketika sujud seringnya sujud di atas tanah secara langsung, tidak ada alasnya.

وَكَانَ أَصْحَابِهِ يُصَلُّوْنَ مَعَهُ فِي شِدَّةِ الْحَارِّ

Para sahabat Beliau pernah shalat bersama Beliau dalam keadaan yang sangat panas. Jadi cuacanya sangat panas.

فَإِذَا لَمْ يَسْتَطِيْع أَحَدُهُمْ أَنْ يُمَكِّنَ جَبْهَاتَهُمْ مِنَ الْأَرْضِ بَسَطَ ثَوْبَهُ فَسَجَدَ عَلَيْهِ

“Apabila salah seorang dari mereka tidak bisa memantapkan keningnya ketika sujud karena saking panasnya, (tidak bisa menempelkan keningnya dengan mantap ke tanah karena saking panasnya) maka mereka meletakkan kain dari pakaiannya sebagai alas.

Karena apa? Alasan panas, sehingga mereka tidak bisa memantapkan keningnya kecuali dengan cara seperti itu.

وَكَانَ يَقُوْلُ

Beliau pernah mengatakan,

وَجَعَلْتُ الْأَرْضِ كُلُّهَا لِي وَلِأُمَّتِيْ مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا

“Bumi ini seluruhnya dijadikan bagiku dan umatku sebagai tempat sujud dan alat bersuci”

-> maksudnya tanah. Tanah, semua tanah bisa dipakai untuk tempat sujud kecuali kuburan, itu sudah ada dalil lain. Tempat-tempat yang kotor, tempat-tempat yang najis, ada dalil lain yang melarang itu. Selain itu, tanah-tanah selain kuburan dan selain tanah yang najis, maka bisa dijadikan sebagai tempat sujud dan bisa dijadikan sebagai alat bersuci yaitu untuk tayammum.

Maka dimana saja salah seorang dari umatku mendapati waktu shalat, maka di tempat itulah dia bersujud dan di situ pula dia bisa mendapatkan alat bersucinya. Adapun umat sebelumku mereka menganggap hal itu sebagai suatu dosa yang besar, karenanya mereka hanya shalat di gereja-gereja, di kuil-kuil mereka.

Ini menunjukkan bahwa shalat di mana pun tempatnya dan tayammum dengan tanah, itu merupakan keutamaan atau keistimewaan umat ini.

Pernah pula Beliau sujud di atas tanah berlumpur dan berair. Dan ini pernah terjadi ketika Subuh pada malam 21 di bulan Ramadhan yang ketika itu hujan turun dan atap masjid bocor yang terbuat dari pelepah daun kurma, sehingga Rasulullah ﷺ sujud di atas tanah yang berlumpur dan berair. Tanahnya basah dan Rasulullah tetap sujud, dan ini merupakan bentuk merendahkan diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti inilah seharusnya manusia ketika menghadap kepada Allah Subhanu wa Ta’ala, benar-benar merendahkan diri. Dan ini sangat baik untuk kita hadirkan ketika kita sujud. Ketika kita sujud, ingatlah bahwa kita benar-benar merendahkan diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Ya Allah, inilah diriku yang hina sedang menghadap kepadaMu, kalau ada cara lain untuk menghinakan diri di hadapanMu selain cara ini, maka akan aku lakukan.”

Tapi karena tidak ada cara selain itu, itulah cara yang diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kita lakukan itu. Datangkan kesadaran seperti ini ketika kita sujud agar sujud kita lebih bermakna dan agar kita benar-benar menghayati rukun sujud tersebut.

Abu Said Al Khudriy radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku melihat dengan dua mata kepalaku sendiri bahwa pada kening dan hidung Rasulullah ﷺ menempel bekas air dan lumpur  (karena sujudnya Beliau di tanah yang berair dan berlumpur). Terkadang juga Beliau shalat di atas alas, terkadang juga di atas tikar, dan Rasulullah ﷺ juga pernah shalat di atas tikar yang sudah menghitam saking lamanya tikar tersebut dipakai.”

Di sini dikatakan “alas” (خُمْرَة) . Khumrah adalah suatu alas seukuran tempat seseorang meletakkan wajahnya, baik berupa tikar, anyaman, daun kurma, atau yang lainnya. Jadi boleh misalnya kita mengambil sepotong kain untuk kita letakkan di tempat kepala kita sujud, dan itu pernah dilakukan oleh Rasulullah ﷺ. Sebagian orang ada yang melihat ini sesuatu yang tidak baik, tapi yang benar tidak demikian. Itu boleh dilakukan dan sudah ada contohnya dari Nabi kita Muhammad ﷺ.

Intinya dari pembahasan ini bahwa ketika kita sujud, sujudlah dengan apa adanya. Kalau ada alas, bisa dipakai alas tersebut; kalau tidak ada alas tidak ada masalah, tanah itu suci untuk umat ini, bahkan bisa dipakai  untuk alat bersuci. Allahu Ta’ala A’lam.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa ‘Ala.

Dan InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top