Home > Bimbingan Islam > Panduan Lengkap Membenahi Aqidah > Halaqah 08 : Syirik Dalam Ketaatan

Halaqah 08 : Syirik Dalam Ketaatan

🎙 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shohīhil I’tīqod (الإرشاد إلى صحيح الإعتيقاد)
📝 Fadhillatus Syaikh Sholih bin Fauzan حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله وصلاة وسلام على رسول الله نبينا محمّد وعلى آله وصحبه ومن والاه أما بعد

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kita lanjutkan pelajaran kita tentang tauhīd dan pada kali ini kita akan membahas tentang:

▪︎ Syirik Dalam Ketaatan

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menambahkan ilmu yang bermanfaat kepada kita semua.

Perlu diketahui bahwa di antara bentuk kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah mentaati para ulama atau umara dalam hal-hal yang bertentangan dengan hukum Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Menghalalkan apa yang Allāh haramkan atau mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sebagai contoh (misalkan): Jika ada ulama (umara) menghalalkan riba, minuman khamr, zina, homo, atau mengharamkan sesuatu yang jelas-jelas dihalalkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla seperti (misalkan) mengharamkan poligami, mengharamkan shalat dan lain sebagainya, lalu kita mengikuti para ulama dan umara dalam hal tersebut, berarti kita telah menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman dalam surat At Taubah ayat 31:

ٱتَّخَذُوٓاْ أَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَٰنَهُمۡ أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلۡمَسِيحَ ٱبۡنَ مَرۡيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُوٓاْ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗاۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ سُبۡحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشۡرِكُونَ

_”Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan-tuhan selain Allāh, demikan juga dengan Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”_

Dalam hadīts shahīh riwayat At Tirmidzi, disebutkan bahwa Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah membacakan ayat yang mulia tadi kepada shahabat Adi bin Hatim Ath Thaiq, lalu dia mengatakan:

يارسول الله لا سنعبد هم

_”Wahai Rasūlullāh, kami tidak pernah beribadah kepada mereka (ulama, pendeta atau rahib kami, kami tidak rukuk, sujud kepada mereka).”_

Maka Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kemudian menjawab:

أليس يحلون لكم ما حرم الله فتحلونهم، ويحرمون ما أحل الله فتحرمونهم؟

_”Bukankah mereka menghalalkan untuk kalian apa yang Allāh haramkan, lalu kalian ikut menghalalkannya juga? Dan mereka mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, lalu kalian ikut mengharamkan (yakni mentaati apapun yang mereka halalkan atau mereka haramkan padahal bertentangan dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla)?”_

قال بلا

_Adi bin Hatim mengatakan,”Iya, wahai Rasūlullāh.”_

قال نبي صلا الله عليه و سلام

_Lalu Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:_

فتلك عبادتهم

_”Seperti itulah yang dimaksud beribadah kepada mereka.”_

Ketika kalian mentaati ulama dan umara dalam hal-hal yang bertentangan dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allāh dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, itu termasuk berbuat syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Jadi siapapun yang taat kepada ulama dan umara dalam hal-hal yang bertentangan dengan Allāh dan Rasul-Nya, berarti dia telah berbuat syirik kepada mereka. Termasuk kepada para ulama kita tidak boleh mengikuti mereka jika jelas-jelas bertentangan dengan Al Qur’ān dan Hadīts.

Oleh karenanya, para ulama pun telah berwasiat kepada kita:

كل يوم قولي ويترك الا صاحب هذا القبر

_”Setiap orang bisa diambil ucapannya dan ditinggalkan kecuali pemilik kubur ini (maksudnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam).”_

Demikian pula Imam Syāfi’i pernah mengatakan:

إذا صح الحديث فهو مذهبي

_”Apabila ada hadīts yang shahīh maka itu adalah madzhabku.”_

Kita mencintai para ulama, kita menghormati para ulama. Akan tetapi apabila bertentangan dengan Al Qur’ān dan Hadīts maka tidak boleh kita mengikuti mereka.

Demikian juga para umara, kita wajib mencintai dan menghormati para pemimpin. Tapi jika Itu bertentangan dengan Al Qur’ān dan Hadīts maka tidak boleh bagi kita untuk mentaati mereka.

لَا طَاعَةَ فِي مَخلوق في معصية الخالق

_”Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Allāh.”_

Kecintaan kepada Allāh, ketaatan kepada Allāh dan kepada Rasul harus kita dahulukan daripada ketaatan kepada siapapun.

وصلى الله و سلم على نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

____________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top