Home > Bimbingan Islam > Panduan Lengkap Membenahi Aqidah > Halaqah 04 : Sebab-Sebab Yang Menjerumuskan Seseorang Kepada Kesyirikan

Halaqah 04 : Sebab-Sebab Yang Menjerumuskan Seseorang Kepada Kesyirikan

🎙 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shohīhil I’tīqod (الإرشاد إلى صحيح الإعتيقاد)
📝 Fadhillatus Syaikh Sholih bin Fauzan حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله وصلاة وسلام على رسول الله نبينا محمّد وعلى آله وصحبه ومن والاه أما بعد

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Semoga kita semua diberikan kesehatan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan semoga kita senantiasa diberi semangat untuk mengaji ilmu agama.

Kali ini, in syā Allāh ta’āla, kita akan sedikit membahas tentang:

▪︎ Sebab-Sebab Yang Menjerumuskan Seseorang Kepada Kesyirikan

Sebab-sebab yang menjerumuskan seseorang kepada kesyirikan ini penting kita ketahui supaya menghindarkan diri kita sejauh-jauhnya dari kesyirikan. Karena kita tahu syirik adalah dosa besar dan bahayanya sangat berat sebagaimana telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya.

Maka kita harus menghindari segala hal yang bisa menjerumuskan kita kepada kesyirikan.

Apa saja sebab-sebab kesyirikan itu?

⑴ Ghuluw (berlebih-lebihan)

Inilah yang menjadikan kaum Nabi Nuh alayhissalām terjatuh ke dalam kesyirikan yaitu berlebihan kepada orang-orang shalih.

وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدّٗا وَلَا سُوَاعٗا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسۡرٗا

_Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwā’, Yagūṡ, Ya`ūq, dan Nasr.”_

(QS. Nuh: 23)

Wadd, Suwā’, Yagūṡ, Ya`ūq, dan Nasr adalah nama-nama orang shalih yang hidup di zaman Nabi Nuh alayhissalām. Dan tatkala mereka meninggal dunia namanya diabadikan sampai dibuatkan patung-patung. Generasi demi generasi maka muncullah generasi belakang yang kemudian menyembah patung-patung tersebut.

Makanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarang kita dari perbuatan ghuluw (berlebih-lebihan).

إِيَّاكُمْ وَاْلغُلُوَّ ، فَإِنَّ اْلغُلُوَّ هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

_”Hati-hatilah (waspadalah) kalian dari perbuatan ghuluw (berlebih-lebihan) karena perbuatan ghuluw itu telah membinasakan umat-umat sebelum kalian.”_

(Hadīts Ahmad I/215, 347, An Nasai V/268, Ibnu Majah no 3029, Ibnu Khuzaimah no 2867)

Demikian pula kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى عِيْسَى بْنِ مَرْيَمَ، إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ

_”Janganlah kalian berlebih-lebiham memujiku sebagaimana orang-orang Nashrani berlebihan kepada Isa bin Maryam. Sesungguhnya Aku adalah hamba Allāh, maka katakanlah: hamba Allah dan rasul-Nya.”_

(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 3445)

Ini adalah sebab atau faktor yang pertama.

⑵ Kejahilan atau kebodohan tentang tauhid

Kalau ilmu adalah sumber kebaikan, maka kejahilan adalah segala sumber kerusakan. Kenapa seseorang terjerumus ke dalam syirik, bid’ah atau maksiat? Karena kebodohan dia dan dia tidak mengerti.

Oleh karenanya Islām sangat menganjurkan kepada kita untuk belajar ilmu, supaya kita tidak gampang ditipu, supaya kita tidak tersesat. Karena orang kalau tidak mengerti mudah sekali disesatkan.

Coba kalau kita tidak mengerti, kemudian kita bepergian dan kita bertanya akan mudah sekali kita kebingungan, akan mudah sekali kita tersesat jalan, akan mudah sekali kita ditipu orang.

Begitu juga dalam perjalanan kita di dunia ini menuju surga. Kalau kita tidak membekali diri kita dengan ilmu, maka sangat mudah kita ditipu oleh penipu-penipu yang berkedok agama.

Mengatakan: “Ini cinta kepada wali, cinta kepada orang-orang shalih,” tapi mengajari atau menjerumuskan kita kepada kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dikasih hadīts-hadīts tapi hadītsnya palsu (misalkan).

⑶ Banyaknya hadīts-hadīts palsu (dusta) yang disebarkan dan disandarkan kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Misalkan ada hadīts:

إِذَا اَعْيَتْكُمُ الأُمُوْرُ، فَعَلَيْكُمْ بِأَهْلِ الْقُبُوْرِ

_”Jika kalian mendapatkan kesulitan, mintalah pertolongan kepada ahli kubur.”_

(Lihat At Tawassul wal Wasilah Ibnu Taimiyah hlm. 174)

Ini hadīts buatan para pengagung kuburan.

Atau:

إذا أحسن أحدكم ظنه بحجر لنفعه

_”Apabila salah seorang di antara kalian berbaik sangka kepada batu maka akan bermanfaat.”_

Batu akik atau batu ajaib dan sebagainya.

⑶ Cerita-cerita dari mulut ke mulut bahwa Si Fulan terpenuhi hajatnya atau terselamatkan dari mara bahaya.

Hikayat-hikayat itu menjadikan manusia yang hatinya lemah atau tauhidnya lemah tertipu dengan tipuan-tipuan tersebut.

Kaum muslimin dan muslimat, Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dengan penjelasan yang telah kita pelajari maka hal ini menjadikan kita untuk terus waspada dari syirik dan menjaga diri kita, agar tidak terjerumus di dalam kubang kesyirikan.

Bagaimana cara supaya kita tidak terjerumus ke dalam kesyirikan?

⑴ Terus semangat belajar ilmu terutama tentang masalah tauhīd.

Jangan pernah bosan dan jemu. Jangan pernah frustasi belajar tauhid. Jangan pernah merasa puas belajar tauhid. Kita harus terus belajar tauhid sampai Allāh Subhānahu wa Ta’āla mencabut nyawa kita.

Bayangkan, dalam surat Muhammad ayat 19 Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam, Nabi yang paling kuat tauhīdnya, sekalipun demikian Allāh berfirman:

فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ

_”Ketahuilah, bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allāh saja.”_

(QS. Muhammad: 19)

Kalau Nabi saja diperintah apalagi kita.

⑵ Banyak berdoa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Karena yang memberikan keteguhan, ketetapan pada seorang hamba di atas Tauhīd yang bisa menghindarkan kita dari syirik adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Jangan pernah merasa sombong, bahwa kita sudah kuat, tidak! Kita harus tetap khawatir tidak merasa aman. Perhatikan! Nabi Ibrahim ‘alayhissalām, bapak ahli tauhīd, khalil (orang yang sangat dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla). Sekalipun demikian beliau berdoa:

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

_”Jauhkan aku dan anak keturunanku dari menyembah berhala.”_

(QS. Ibrahim: 35)

Kalau Nabi Ibrahim saja khawatir terjerumus kedalam kesyirikan, lantas bagaimana dengan kita? Apa kita merasa lebih kuat tauhīdnya daripada Nabi Ibrahim? Na’ūdzubillāhi min dzālik.

Maka saudaraku, sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sekali lagi jangan pernah merasa bosan belajar tauhīd. Terus belajar tauhīd, istiqamah. Sabar mempelajari kitab-kitab aqīdah, pelajari kitab-kitab tauhīd, hadiri majelis-majelis ilmu. Kalau misalkan sekarang belum memungkinkan maka ikutilah lewat televisi, on line dan lain sebagainya.

Jangan lupa berdoa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla terutama di waktu-waktu yang mustajab antara adzan dan iqomah, di sepertiga malam yang terakhir, ketika turun hujan, ketika sujud, ketika minum air zam-zam dan lain sebagainya.

Perbanyak doa agar Allāh Subhānahu wa Ta’āla meneguhkan kita di atas tauhīd.

Sufyan Ats Tsauri pernah mendatangi Ibrahim bin Adham seorang alim yang zuhud. Beliau mengatakan:

يا إبراهيم عُدوا الله ان يُمِيْتُ على التوحيد

_”Wahai Ibrahim doakanlah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla agar Allāh mematikan kita di atas tauhīd.”_

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla meneguhkan kita di atas tauhīd hingga maut menjemput kita.

وصلى الله و سلم على نبينا محمّد و على آله وصحبه أجمعين
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

____________________

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top