🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah
🖊 Ilmiyyah.com
〰〰〰〰〰〰〰
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله
Halaqah yang ke-19 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.
Kita masuk pada ayat Al-Kursiy, Allāh ﷻ mengatakan
لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْض
Bagi Allāh ﷻ apa yang ada di langit maupun apa yang ada di bumi. Lam di sini menunjukkan kepemilikan, bagi Allāh ﷻ, milik Allāh ﷻ apa yang ada di langit dan apa yang ada dibumi seluruhnya. Berarti ini menunjukkan tentang kesempurnaan sifat milik bagi Allāh ﷻ, sifat kepemilikan bagi Allāh ﷻ, ini adalah sempurna, seluruhnya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, apa yang ada di atas maupun apa yang ada di bawah semuanya adalah milik Allāh ﷻ, baik makhluk yang hidup maupun makhluk yang mati. Ini menunjukkan tentang kesempurnaan kepemilikan Allāh ﷻ
Kemudian juga
مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِه
Tidak ada yang memberikan syafa’at di sisi Allāh ﷻ kecuali dengan izin-Nya, ini menunjukkan tentang kesempurnaan kekuasaan Allāh ﷻ dan kepemilikan Allāh ﷻ. Ketika Allāh ﷻ menyebutkan bahwasanya seluruh apa yang ada di langit dan apa yang di bumi adalah milik Allāh ﷻ, termasuk diantaranya adalah syafa’at itu adalah milik Allāh ﷻ
قُل لِّلَّهِ ٱلشَّفَٰعَةُ جَمِيعًا
[Az-Zumar:43]
Katakanlah milik Allāh ﷻ semuanya syafa’at. Syafa’at semuanya adalah milik Allāh ﷻ sehingga tidak ada yang memberikan syafa’at disisi Allāh ﷻ kecuali setelah diizinkan oleh Allāh ﷻ. Ini menguatkan tentang sempurnanya kekuasaan Allāh ﷻ sampai dalam masalah syafa’at baik Nabi maupun malaikat ataupun orang yang Shaleh tidak ada yang memberikan syafa’at di sisi Allāh ﷻ kecuali dengan izin Allāh ﷻ, berarti ini menguatkan tentang kesempurnaan kekuasaan Allah.
Sifat yang lain
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ
Allāh ﷻ mengetahui apa yang ada di depan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Ini menunjukkan sifat ilmu bagi Allāh ﷻ dan ilmu Allāh ﷻ adalah ilmu yang sempurna. Allāh ﷻ mengetahui apa yang ada di depan mereka dan apa yang di belakang mereka. Ada yang mengartikan أَيْدِيهِمْ di sini adalah apa yang sudah berlalu/terjadi, وَمَا خَلْفَهُم (di belakang mereka) yang akan terjadi, karena yang sudah terjadi berarti dia di depan, yang akan terjadi maka itu yang di belakang. Ini sebagian ulama ada yang menafsirkan demikian, بَيْنَ أَيْدِيهِمْ adalah yang sudah berlalu yang di belakang mereka adalah yang akan terjadi.
Dan ada yang mengartikan sebaliknya بَيْنَ أَيْدِيهِمْ adalah didepan mereka berarti yang akan terjadi yaitu yang di depan kita, وَمَا خَلْفَهُم yang di belakang mereka berarti yang sudah terjadi. Ini tidak ada pertentangan, Allāh ﷻ Dia-lah yang mengetahui seluruhnya, yang sudah terjadi maupun apa yang akan terjadi, tafsir yang seperti ini tidak memudhoroti dan tidak ada pertentangan baik antara tafsir yang pertama dengan tafsir yang kedua ini menunjukkan tentang sempurnanya ilmu Allāh ﷻ.
Kemudian Allāh ﷻ mengatakan
وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء
Dan mereka, yaitu makhluk-makhluk, tidak bisa meliputi sedikitpun dari ilmu Allāh ﷻ, yaitu tidak bisa mengetahui apa yang Allāh ﷻ ketahui, إِلاَّ بِمَا شَاء kecuali dengan apa yang Allāh ﷻ kehendaki. Berarti kita tidak bisa mengetahui apa yang Allāh ﷻ ketahui kecuali apabila Allāh ﷻ menghendaki. Menunjukkan tentang lemahnya manusia, dan menunjukkan bahwasanya ilmu yang kita dapatkan itu adalah dengan kehendak Allah, Allāh ﷻ menghendaki kita tahu sehingga kita menjadi orang yang tahu. Dan ini faedah bagi seorang thalabul ‘ilm, dia tidak mungkin menjadi orang yang ‘alim, menjadi orang yang tahu kecuali apabila Allāh ﷻ menghendaki, sehingga harusnya dia banyak berdoa kepada Allāh ﷻ mengatakan Allahumma ‘allimniy, Rabbi zidniy ‘ilman, ya Allāh ﷻ tambahkan kepada-ku ilmu. Dia tidak akan menjadi seorang yang ‘alim kecuali apabila Allāh ﷻ menghendaki.
مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ
Barangsiapa yang Allāh ﷻ kehendaki kebaikan pada dirinya, Allāh ﷻ akan menjadikan dia faqih (paham) tentang agamanya. Siapa yang menjadikan kita faqih? Allāh ﷻ.
Jadi jangan sampai seorang thalabul ‘ilm lalai tidak berdoa kepada Allāh ﷻ, sibuk dengan dars, sibuk dengan belajar dan seterusnya tapi dia tidak pernah berdoa kepada Allāh ﷻ, tidak pernah meminta kepada Allāh ﷻ ilmu, atau ditambah ilmunya, dimudahkan untuk memahami pelajarannya.
Apa yang terkandung dalam firman Allāh ﷻ
وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء
Di sini ada penetapan sifat ‘Ilm yaitu مِّنْ عِلْمِه berarti Allāh ﷻ memiliki ilmu, kemudian di sini ada penetapan sifat Masyi’ah di ambil dari firman Allāh إِلاَّ بِمَا شَاء kecuali dengan apa yang Allāh ﷻ kehendaki. Berarti Allāh ﷻ memiliki Masyi’ah (kehendak)
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ
Kursiy Allāh ﷻ ini seluas langit dan juga bumi, atau meliputi langit dan juga bumi. Seluas ini bukan berarti kursiy Allāh ﷻ sama dengan langit dan bumi, tidak, maksudnya وَسِعَ disini adalah meliputi semua, berarti kursiy lebih besar daripada langit dan juga bumi.
Disebutkan didalam sebuah hadits bahwasanya kalau dibandingkan langit yang tujuh dengan bumi ini dibandingkan dengan kursiy Allāh ﷻ perbandingannya adalah seperti tujuh gelang atau tujuh cincin yang dilemparkan di tengah padang pasir, yang menunjukkan betapa kecilnya tujuh cincin tadi, hampir tidak terlihat ketika dilemparkan di padang pasir, itu adalah perbandingan antara tujuh langit dan bumi ini dibandingkan dengan kursiy Allāh ﷻ. Kalau kursiy Allāh ﷻ saja demikian besarnya lalu bagaimana dengan yang menciptakan.
Dan kursiy (dinamakan dengan ayat kursiy dari kata ini) ini adalah tempat kedua kaki Allāh ﷻ, sebagaimana ini dikutip dari Abdullah ibn Abbas bahwasanya kursiy ini adalah tempat kedua kaki Allāh ﷻ. Adapun yang menafsirkan bahwasanya kursiy ini sama dengan Arsy ini sebuah kekeliruan, bahkan di sana ada hadits yang jelas menunjukkan perbandingan antara arsy dengan kursiy menunjukkan bahwasanya arsy dengan kursiy ini sesuatu yang berbeda, arsy lebih besar daripada kursiy Allāh ﷻ.
Maka ini menunjukkan tentang kebesaran Allāh ﷻ, betapa besarnya kursiy Allāh ﷻ menunjukkan tentang kebesaran Allāh ﷻ karena yang menciptakan kebesaran Dia lebih berhak bersifat dengan kebesaran tadi, yang menciptakan kebesaran yaitu bisa menciptakan kursiy sebesar itu maka dia lebih berhak memiliki sifat kebesaran. Allāh ﷻ Dia-lah yang Maha Besar dan juga menunjukkan tentang qudratullah (kekuasaan Allāh ﷻ) dan bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah yang Maha Berkuasa melakukan segala sesuatu.
Kemudian Allāh ﷻ mengatakan
وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا
Dan tidak memberatkan Allāh ﷻ untuk menjaga keduanya. Beliau mengatakan setelahnya tidak memberatkan Allāh ﷻ dalam menjaga keduanya, yaitu menjaga langit dan juga menjaga bumi, meskipun itu adalah makhluk yang besar tapi bukan sesuatu yang berat bagi Allāh ﷻ untuk menjaga keduanya sehingga bumi terjaga dan langit juga terjaga, tidak menimpa bumi, tidak jatuh sampai dikehendaki oleh Allāh ﷻ. Berarti yang dinafikan disini adalah sifat masyakka, yaitu sifat berat, ini dinafikan dari diri Allāh ﷻ dan sesuai dengan kaidah kalau Allāh ﷻ menafikan dari diri-Nya sifat berat dalam menjaga berarti kita menetapkan kesempurnaan qudratullah, kesempurnaan kekuasaan Allāh ﷻ dan menetapkan kesempurnaan kekuatan Allāh ﷻ.
وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Dan Dia-lah yang Maha Tinggi dan juga Maha Besar. Berarti di sini kita menetapkan nama Allāh ﷻ yang Maha Tinggi, tinggi dalam Dzat-Nya, tinggi dalam kedudukan-Nya, tinggi dalam kekuasaan. Dan sifat yang terkandung dalam nama Al-’Aliy adalah sifat Al-’Ulu (ketinggian). الْعَظِيمُ Yang Maha besar, sifat yang terkandung di dalamnya adalah ‘Adzoma (kebesaran), maka Allāh ﷻ Dia-lah yang Maha Tinggi dan Dia-lah yang Maha Besar, tidak ada yang lebih tinggi daripada Allāh ﷻ dan tidak ada yang lebih besar daripada Allāh ﷻ. Tidak memberatkan Allāh ﷻ dalam menjaga langit maupun bumi
Bisa kita simpulkan dari Ayat kursiy ini, disebutkan oleh Allāh ﷻ beberapa nama dan juga beberapa sifat, yang kita urutkan dari depan nama yang terkandung dalam ayat ini; Lafdzul Jalalah, Al-Hayyu, Al-Qayyum, Al-’Ali, Al-’Adzim. Sifat yang terkandung dalam ayat ini; Al-Uluhiyah, Al-Haya, Al-Qayyum. Sifat manfiyyah yaitu sifat sina (sifat ngantuk) dengan sifat tidur. Kesempurnaan kepemilikan Allāh ﷻ, memiliki sifat idzn (mengizinkan), sifat masyi’ah, sifat ilmu. Jadi semua sifat dzatiyah ada dalam Al-Hayyu dan sifat yang muta’addiyah ini ada dalam nama Allāh ﷻ Al-Qoyyum.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Afwan bukan Az Zumar 43, akan tetapi Az Zumar 44