Home > Bimbingan Islam > Bahaya Lisan > Halaqah 14: Obat dari Penyakit Al-Khushūmah dan Al-Ghadhab (Amarah)

Halaqah 14: Obat dari Penyakit Al-Khushūmah dan Al-Ghadhab (Amarah)

🎙 Ustadz Afit Iqwanudin, Amd., Lc. حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Āfātul Lisān
📝 Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله و صلاة وسلم على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، و لَاحول ولاقوة الا بالله أما بعد

Sahabat BiAS kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

In syā Allāh kembali kita akan melanjutkan pembahasan dari Risalah Āfātul Lisān fī Dhau’il Kitābi was Sunnah ( آفات اللسان في ضوء الكتاب والسُّـنَّة) karya Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthāni rahimahullāhu ta’āla.

Pada kesempatan kali ini kita akan memasuki bab seputar:

*▪︎Obat dari Penyakit Al Khushūmah dan Al Ghadhab (Amarah)*

Cara mengobati penyakit ini sendiri ialah dengan terus berusaha memadamkan amarah dan meredam emosi.

Lebih detailnya terdapat dua metode yang bisa kita lakukan agar emosi kita stabil dan tidak mudah meluap-luap.

• Melakukan Pencegahan (الوقاية)

Hal ini sebagaimana dalam sebuah peribahasa yang masyhur:

 الوقاية خير من العلاج

_”Mencegah itu lebih baik daripada mengobati.”_

Maksudnya ialah kita berusaha menjauhkan diri kita dari hal-hal yang kerap menimbulkan amarah. Diantara faktor utama yang menimbulkan amarah ialah sikap sombong dan bangga terhadap diri sendiri.

Di mana saat kita merasa orang lain meremehkan kedudukan dan harga diri kita, maka secara otomatis rasa amarah dan murka akan mudah sekali muncul.

Faktor lain yang berpotensi menimbulkan amarah ialah bercanda pada momen tidak tepat.

Sahabat BiAS kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Bercanda atau bergurau, memang bukan perkara yang terlarang. Akan tetapi jika terlalu berlebihan tentunya tidaklah baik. Seseorang yang terlalu sering dan berlebihan dalam bercanda ditakutkan akan dapat menyinggung perasaan orang lain yaitu saat ia bercanda pada momen yang seharusnya tidak dijadikan bahan gurauan.

Ia mungkin merasa bahwa apa yang ia lakukan wajar (hal yang biasa), akan tetapi tidak dengan orang lain. Orang lain belum tentu merasa hal yang biasa. Saat ini orang lain tersebut akan marah, tidak senang dengan gurau yang ia buat dan secara otomatis membuat orang tersebut menjadi naik pitam. Seorang muslim yang baik tentunya harus bijak dalam bercanda.

Adapun cara yang kedua adalah:

• Berusaha Meredam Amarah yang Ada dalam Dada, jika memang kita sudah terlanjur tersulut emosi.

Ada beberapa tahapan yang perlu kita lakukan untuk meredam emosi tersebut.

⑴ Kita harus segera beristi’adzah, meminta perlindungan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan mengucapkan: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

⑵ Segera mengambil wudhu’.

⑶ Beralih dari posisi kita saat marah. Jika kita berdiri maka segera duduk, jika duduk maka segera berbaring, kemudian diam dan tidak perlu berkata-kata atau mungkin bisa keluar dari tempat tersebut.

⑷ Berusaha mengingat-ingat janji Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada mereka yang mampu menahan amarah dan tidak melampiaskannya.

Begitu juga kita berusaha mengingat bahwa efek jangka panjang yang akan muncul karena melampiaskan amarah sering kali akan menjadi penyesalan seumur hidup. Terlebih lagi hukuman yang akan Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan di akhirat nanti.

Dalam hal ini Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا – وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ – دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ

_”Barangsiapa sanggup menahan amarahnya padahal ia mampu untuk melampiaskan maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat hingga Dia memberinya kebebasan untuk memilih bidadari yang ia suka.”_

(Hadīts hasan riwayat Abu Dawud nomor 4777)

Sahabat BiAS kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Jika tahapan-tahapan ini sudah kita lakukan, in syā Allāh emosi dan amarah yang tadinya meluap-luap akan berkurang sedikit demi sedikit, sehingga tidak muncul permusuhan diantara kita dan orang lain.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla senantiasa melindungi kita dari penyakit ini. آمين يا رب العالمين

صلى الله على نبينا محمّد و على آله وصحبه وسلم
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

____________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top