🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
Sekarang kita masuk kepada bagaimana asal muasal turunnya wahyu kepada Nabi. shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Sebelum Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam diangkat menjadi seorang Nabi, telah tersebar seantero jazirah Arab bahkan sampai ke negeri Syām bahwa akan muncul seorang Nabi yang diutus oleh Allāh pada tahun ini, yaitu tahun dimana Nabi diangkat menjadi seorang Rasūl.
Orang-orang ahlu kitāb telah mengetahui hal ini dari kitāb suci mereka.
Orang-orang Yahūdi mengetahui dari Taurāt mereka dan orang-orang Nashrāni juga mengetahui dari Injīl mereka.
Di dalam Al Qurān, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman bahwa Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām mengabarkan kepada kaumnya:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَآءَهُم بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ
Dan (ingatlah) ketika ‘Īsā Putera Maryam berkata:
“Hai Bani Isrāil, sesungguhnya aku adalah utusan Allāh kepadamu, membenarkan kitāb (yang turun) sebelumku, yaitu Taurāt dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasūl yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).”
Maka tatkala rasūl itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:
“Ini adalah sihir yang nyata.”
(QS Shaff: 6)
Demikian juga orang-orang Yahūdi, sering mereka menyangka bahwa Nabi yang terakhir diutus adalah dari kalangan mereka (Bani Isrāīl). Oleh karenanya ketika mereka bertikai dengan penduduk Madīnah (kaum Anshār), mereka sering sesumbar bahwa sebentar lagi akan diutus seorang Nabi dan mereka bersama Nabi tersebut akan memerangi kaum Anshār.
Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ (٨٩)
“Dan setelah sampai kepada mereka kitāb (Al Qurān) dari Allāh yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kāfir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allāh bagi orang-orang yang ingkar.”
(QS Al Baqarah: 89)
Para ulamā berkata, kenapa orang-orang Yahūdi banyak tinggal di kota Madīnah?
Karena mereka tahu di dalam Kitāb Taurāt mereka disebutkan bahwa akan ada Nabi yang akan berhijrah ke tempat yang banyak kurmanya.
Dan mereka tahu tempat tersebut adalah kota Madīnah, sehingga mereka sengaja tinggal di kota Madīnah dan menanti kedatangan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Mereka menyangka Nabi tersebut dari kalangan Bani Isrāīl, tetapi ternyata diluar dugaan.
Mereka sudah mengetahui seluruh sifat-sifat kenabian, sebagaimana dalam firman Allah:
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ
“Orang-orang yang telah Kami beri Al Kitāb (Taurāt dan Injīl ) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.”
(QS Al Baqarah: 146)
Seseorang akan mengenal baik anak-anaknya. Bagaimana sifatnya, apa kesukaannya, bagaimana ciri fisik tubuhnya.
Allāh menggambarkan orang Yahūdi mengenal Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagaimana mengenal anak mereka.
Artinya, mereka benar-benar mengetahui sifat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Namun ada satu sifat Nabi yang tidak Allāh sebutkan di dalam kitāb suci mereka, yaitu bahwa Nabi tersebut dari bangsa Arab. Mereka menyangka, Nabi tersebut sebagaimana nabi-nabi lainnya adalah dari bangsa Isrāīl.
⇒Seperti Nabi Ya’qūb, Nabi Yūsuf, Nabi Mūsā, Nabi Dāwud, Nabi Sulaiman, Nabi ‘Īsā, dan seterusnya.
Karena itu, setelah mereka mengetahui bahwa Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam berasal dari bangsa Arab, dengan serta merta mereka tidak mau berimān, karena mereka menyangka bahwa agama mereka adalah agama spesial untuk bangsa mereka saja, dan mereka mengklaim hanya mereka yang masuk surga.
Disebutkan dalam hadīts dengan sanad yang hasan dari riwayat sirah Ibnu Hisyām:
Orang-orang Anshār masuk Islām karena banyak sebab, di antaranya karena mereka sering mendengar orang-orang Yahūdi berkata:
“Sebentar lagi akan datang seorang Nabi dan kami akan bunuh kalian.”
Begitu datang Nabi tersebut, maka orang-orang Anshār sudah berimān dahulu sebelum orang-orang Yahūdi.
Oleh karenanya disebutkan Hiraklius dalam Shahīh Bukhāri di awal Kitāb, ketika Hieraklius bertemu dengan Abū Sofyan kemudian bertanya tentang ciri-ciri Nabi, dia mendengar ada Nabi yang sudah muncul, bertanya tentang pengikutnya, nasabnya, sifat-sifatnya.
Ternyata persis dikatakan:
“Nabi tersebut akan menguasai kerajaanku dan aku ingin membai’at dia,” kata Hieraklius.
Tetapi dia tidak menduga kalau Nabi tersebut muncul dari bangsa Arab.
Hieraklius pun mengetahui bahwa salah satu ciri Nabi tersebut adalah berkhitan, kemudian dia mengumpulkan para pembesarnya.
Maka para pembesarnya mengatakan:
“Jangan khawatir, wahai raja, kalau ternyata Nabi tersebut dari kalangan Yahūdi maka kita akan bunuh.”
Lalu Hieraklius berkata:
“Apakah orang-orang Arab juga berkhitan?”
Kata mereka:
“Ya, orang-orang Arab juga berkhitan.”
Dan ternyata Nabi terakhir bukan dari Yahūdi tetapi dari kaum Arab.
Kemudian Hieraklius mengumpulkan seluruh rakyatnya, seluruh pintu istana ditutup dan berkata:
“Wahai rakyatku, telah muncul seorang Nabi dari kalangan Arab, berbai’atlah kepadanya niscaya kalian akan beruntung.”
Maka rakyatnya gaduh dan ada suara hiruk pikuk, mereka ingin keluar dari istana, ternyata semua pintu sudah dikunci.
Ketika Hieraklius sudah melihat bahwa rakyatnya tidak akan berimān maka dia berkata:
“Tenanglah rakyatku, aku hanya menguji imān kalian, ternyata imān kalian kuat.”
Padahal Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah mengirim surat kepada Hieraklius mengatakan:
أسلم تسلم ويؤتك الله أجرك مرتين ،فإن توليت فإن عليك إثم الأريسيِّين
“Masuk Islāmlah maka engkau akan selamat. Kalau kalian mengingkari ajaranku maka kau akan mendapatkan dosanya para pengikutmu.”
Nabi sudah mengingatkan, jika Hieraklius tidak mau berimān, maka bukan hanya dosanya sendiri tetapi juga dosa rakyatnya ditanggung.
Sampai disini saja kajian kita, In syā Allāh besok kita lanjutkan.
Yang benar datangnya dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang salah dari pribadi saya sendiri, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengampuni kita semua.
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
________