Home > Bimbingan Islam > Sirah Nabawiyyah > Bab 06 | Halful Fudhūl Dan Pernikahan Dengan Khadijah (Bag. 8 dari 8)

Bab 06 | Halful Fudhūl Dan Pernikahan Dengan Khadijah (Bag. 8 dari 8)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Alhamdulillāh, Allāh Subhānahu wa Ta’āla masih memberikan kita kesempatan untuk bersua kembali dalam rangka untuk mempelajari perjalanan sejarah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

In syā Allāh, kita akan membahas poin tentang pernikahan antara Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan sayyidah Khadījah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā.

Oleh karenanya, ketika Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pertama kali dapat wahyu dari malāikat Jibrīl, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam saat itu ketakutan luar biasa.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam turun dari gua Hira kemudian lari kepada Khadījah, pulang ke rumahnya.

Dalam keadaan gemetar, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:

خشيت على نفسي

“Saya khawatir sesuatu menimpa diriku.”

Maka Khadījah berusaha menenangkan suaminya dengan mengatakan:

فَوَاللهِ لاَ يُخْزِيْكَ اللهُ أَبَدًا فَوَاللهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمِ وَتَصْدُقُ الْحَدِيْثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُوْمَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِيْنُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ

“Demi Allāh, sesungguhnya Allāh selamanya tidak akan pernah menghinakanmu. Demi Allāh sungguh engkau telah menyambung tali silaturahmi, jujur dalam berkata, membantu orang yang tidak bisa mandiri, engkau menolong orang miskin, memuliakan (menjamu) tamu, dan menolong orang-orang yang terkena musibah.”

(HR Al Bukhāri I/4 nomor 3 dan Muslim I/139 nomor 160)

Khadījah selalu menguatkan dakwah suaminya, tidak pernah melemahkan sedikitpun bahkan mendorong suaminya untuk berdakwah.

Tidak seperti sebagian wanita yang mengatakan:

“Sudahlah, jangan dakwah terus, capek.”

Oleh karenanya para ulamā menyebutkan diantara perkara yang menakjubkan yaitu Khadījah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā tidak pernah merasakan kelezatan hidup saat Islām jaya.

Beliau meninggal sebelum Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memperoleh kemenangan-kemanangan.

Khadījah meninggal 3 hari sebelum Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berhijrah, masa-masa dimana Islām ditekan, para shahābat dibunuh dan diintimidasi oleh orang-orang kāfir Quraisy.

Khadījah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā ditinggalkan oleh teman-temannya.

Wanita-wanita Quraisy tidak ingin berteman dengan Khadījah karena dia mengikuti suaminya.

Ini bukan perkara yang ringan bagi seorang wanita.

Menurut para ulamā, Allāh ingin menyimpan seluruh pahala Khadījah, tidak diberikan di dunia tetapi diberikan seluruhnya di akhirat.

(4) Diantara keutamaan Khadījah adalah beliau adalah wanita yang pertama kali masuk Islām, bahkan orang yang pertama kali masuk Islām.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها و أجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيئ

“Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang hasanah (baik) dalam Islām maka baginya pahala dari perbuatannya itu dan pahala dari orang yang melakukannya sesudahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”

(Ditakhrij oleh Muslim, nomor 1017)

Dari Abū Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.”

(HR. Muslim nomor 1893)

Maka seluruh orang yang masuk Islām karena mengikuti Khadījah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā, karena beliau yang pertama kali mencontohkan, maka seluruh pahalanya juga mengalir kepada Khadījah.

Ibnu Hajar rahimahullāh mengatakan, kita tidak tahu bagaimana tingginya kedudukan Khadījah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā.

Manusia lain yang semisal dengan Khadījah adalah Abū Bakr radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu, dia adalah lelaki dewasa yang pertama kali masuk Islām. Maka seluruh lelaki dewasa yang masuk Islām maka pahalanya juga mengalir kepada Abū Bakr radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.

Ada satu kisah yang penting untuk disampaikan di akhir bab ini, yaitu kisah yang menceritakan tentang hal yang mengingatkan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Khadījah.

Tepatnya peristiwa ini terjadi saat perang Badr.

Suatu waktu, suami dari Zainab, yaitu Abul ‘Āsh (yang masih musyrik) bersama pasukan kāfir memerangi mertuanya yaitu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Dalam perang ini orang-orang musyrikin mengalami kekalahan dan banyak yang ditawan. Diantara yang ditawan saat itu adalah Abul ‘Āsh.

Zainab sendiri telah masuk Islām dan berada di Mekkah. Tatkala itu tawanan tidak bisa dibebaskan kecuali ditebus dengan harta yang banyak.

Zainab radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā ketika mengetahui suaminya ditawan oleh bapaknya, maka dia melepaskan kalung yang melingkar di lehernya.

Kalung ini Zainab pakai tatkala malam pertama bertemu dengan Abul ‘Āsh, dan yang memasangkan kalung tersebut adalah ibunya, Khadījah.

Demikianlah semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberi balasan yang setinggi-tingginya kepada Khadījah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā yang telah banyak berjasa sehingga tersebarnya Islām yang didakwahkan oleh suaminya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Demikian yang bisa disampaikan, In syā Allāh besok kita lanjutkan pada pembahasan selanjutnya.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top