🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Kita lanjutkan yaitu kisah pertemuan antara Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan pendeta Buhairā.
Di akhir hadīts kata Abū Mūsa Al ‘Asy’ariy:
فَلَمْ يَزَلْ يُنَاشِدُهُ حَتَّى رَدَّهُ أَبُو طَالِبٍ وَبَعَثَ مَعَهُ أَبُو بَكْرٍ بِلاَلاً وَزَوَّدَهُ الرَّاهِبُ مِنَ الْكَعْكِ وَالزَّيْتِ .
Sementara itu sang pendeta terus mengingatkan untuk tidak membawa Muhammad ke negeri Romawi. Akhirnya Abū Thālib memulangkan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan Abū Thālib mengirim bersama Nabi, Abū Bakr dan Bilāl (dikirim pulang ke Mekkah).
Kisah ini kisah menakjubkan, tetapi para ulamā khilaf tentang keshahīhan hadīts ini karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama ‘Abdurrahman bin Ghazwān, kata para ulamā dia memiliki riwayat yang munkar.
Oleh karenanya,
⑴ Hadīts ini dikatakan oleh At Tirmidzi dalam Sunannya sebagai hadīts yang hasan gharīb dan kami tidak tahu dari jalur ini.
⑵ Hadīts ini diriwayatkan oleh Al Hakīm dalam Al Mustadraknya dan menshahīhkan hadīts ini namun dibantah oleh Imām Adz Dzahabi (ulamā besar Asy Syāfi’ī, ahli hadīts, ahli jarh wa ta’dil) mengatakan “Hadīts ini adalah hadīts yang palsu” dengan membawakan banyak dalīl yang menunjukkan hadīts ini hadīts yang palsu.
Beliau mengatakan, di antaranya:
Kenapa disebut di akhir hadīts, Abū Thālib mengirim Nabi pulang ke Mekkah ditemani oleh Abū Bakr dan Bilāl?
Kemana Abū Bakr tatkala itu?
Bilāl belum lahir dan Abū Bakr 2.5 tahun lebih muda dari Nabi.
Sejak kapan jadi temannya Nabi? Apa sejak kecil sudah jadi teman Nabi dan Bilāl belum lahir tatkala itu, lalu kenapa sudah muncul di hadīts itu?
Ini lafal tidak benar dan diingkari oleh para ulamā.
Lalu kenapa bayangan bisa berpindah?
Kalau bayangan berpindah berarti matahari juga harus berpindah.
Akan disebutkan juga Bahwa Abū Thālib mati dalam keadaan kāfir, kalau memang hadīts ini benar lalu kenapa Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak pernah berkata kepada pamannya, “Wahai paman, ingatkah kejadian saat aku berumur 12 tahun? Ingatkah perkataan pendeta Buhairā?”
Dan Nabi tidak pernah ingatkan kejadian ini kepada Abū Thālib, seharusnya Nabi mendakwahi Abū Thālib dengan hal ini.
Oleh karena itu, kisah ini diperselisihkan oleh para ulamā, sebagian menshahīhkan dan sebagian ulamā mendha’īfkan.
Diantaranya yang mendha’īfkan yaitu Adz Dzahabi rahimahullāh Ta’āla.
Syaikh Al Albāniy rahimahullāh mengatakan dari sisi sanad dia shahīh kecuali lafazh yang terakhir, dikatakan diutuslah Nabi bersama Abū Bakr dan Bilāl (ini jelas lafadz yang mungkar mustahil terjadi).
Namun anehnya, hadīts yang diperselisihkan ini dijadikan dalīl oleh orang-orang Nashara, orang-orang Nashara berpegang teguh dengan hadīts ini dan sampai sekarang mereka mengatakan bahwa Muhammad itu tidak mendapat wahyu dari Allāh, akan tetapi diajari oleh pendeta Buhairā saat bertemu.
Sehingga apa yang disampaikan Nabi bukan dari Allāh (wahyu) akan tetapi hanya menukil dari pendeta Buhairā tatkala Nabi bertemu di negeri Syām.
Kita bantah pernyataan ini;
⑴ Kisah sanad hadīts ini diperselisihkan karena ada lafadz-lafadz yang diperselisihkan.
Lalu bagaimana kalian orang-orang Nashrani berdalīl dengan kisah yang diperselisihkan keshahīhannya.
⑵ Kalau anda meyakini bahwa Nabi Muhammad mengambil ilmu dari Buhairā, ya sudah berimān saja kepada Nabi, karena dibawa oleh pendeta Nashrani.
⑶ Pertemuan Nabi Muhammad dengan pendeta Buhairā hanya sebentar (sekedar makan siang) dan Nabi Muhammad berbahasa Arab dan pendeta Buhairā berbahasa lain, bagaimana mungkin mengajari Al Qurān yang berisi lebih dari 6000 sekian ayat.
Kata mereka, pendeta Buhairā senantiasa mengirimkan surat kepada Nabi Muhammad.
Maka kita katakan bahwa ayat Al Qurān turun berdasarkan kejadian-kejadian, berarti pendeta harus aktif segera mengirim suratnya karena ayat langsung turun segera saat itu juga. Misal pada perang Uhud turun sebuah ayat, komunikasi cepatnya lewat apa sedang belum ada telpon atau internet.
Dalīl-dalīl mereka semua tidak masuk akal.
Oleh karenanya kita katakan, hadīts tentang pertemuan Nabi dengan pendeta Buhairā masih diperselisihkan, kalaupun hadītsnya shahīh maka tidak jadi dalīl bahwasanya Nabi mengambil ilmu dari pendeta Buhairā.
Sehingga dikatakan di antara bukti Nabi menerima wahyu langsung dari Al Qurān, Allāh menjadikan Nabi ummi tidak bisa membaca dan menulis.
Dan juga lihatlah bahwa isi Al Qurān bertentangan dengan isi Injīl yang telah dirubah.
Isi Injīl yang sudah dirubah mengandung kesyirikan ada penuhanan terhadap Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām, adapun Al Qurān menyatakan Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām adalah manusia biasa seorang Rasūl dari para Rasūl yang diutus oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
In syā Allāh besok kita lanjutkan dengan pernikahan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan istrinya yang sangat tercinta, Khādijah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā
Demikian saja.
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
________