Home > Bimbingan Islam > Kitab AtTauhid > Halaqah 051: Keutamaan Tauhīd (Bagian Ketiga)

Halaqah 051: Keutamaan Tauhīd (Bagian Ketiga)

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc حفظه لله تعالى
📗 Kitab At-Tauhid
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.”

(QS. Al An’ām: 82)

Maka mereka akan memperoleh: ٱلۡأَمۡنُ (ketenangan), وَهُم مُّهۡتَدُونَ (dan mereka akan diberi petunjuk).

Disini Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan pernyataan bahwasanya orang yang beriman (imannya benar) dan tidak melakukan berbagai macam kezhaliman, maka Allāh akan memberikan: ٱلۡأَمۡن (keamanan), memperoleh as sakinah.

Allāh memberikan pernyataan bahwasanya orang-orang Quraish ketika musim panas mereka berdagang ke negeri Syām dan ketika musim dingin mereka berdagang ke negeri Yaman.

Allāh berfirman:

ٱلَّذِىٓ أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍۢ وَءَامَنَهُم مِّنْ خَوْفٍۭ

“Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dzaat yang telah memberikan kepada mereka rasa cukup (cukup makan, cukup minum) tatkala mereka lapar, dan Allāh memberikan rasa aman dari rasa ketakutan.”

(QS. Al Quraish: 4)

Ada orang yang hidupnya selalu diliputi rasa takut (tidak bisa makan) dan rasa tidak nyaman, maka kita harus bersyukur kepada Allāh karena kita masih bisa makan dan minum dengan baik. Alhamdulillāh apa yang menjadi harapan dan cita-cita kita, kita peroleh dengan mudah tanpa ada hal yang menghalangi.

Ikhwan akhawatiy fīllāh rahimakumullāh

Ibnu Jarīr ketika beliau mengomentari firman Allāh diatas (QS. Al An’ām: 82), beliau mengatakan, dari Arabiy ibn Annas dia berkata:

الإخلاص لله وحده

“Ikhlas itu hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata.”

Iman adalah segala sesuatu yang ditunaikan/ dikerjakan/dilakukan untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata.

Ibnu Katsīr mengatakan:

أي : هؤلاء الذين أخلصوا العبادة لله وحده، ولم يُشرِكوا به شيئًا

“Mereka orang-orang yang ikhlas di dalam beribadah karena Allāh semata dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun.”

Tentunya suatu hal yang berat. Ketika eseorang melakukan suatu amal pasti banyak godaan. Orang hidup pasti banyak cobaan, biasanya menenggok ke kanan atau ke kiri, kecuali mereka yang mendapatkan rahmat dari Allāh.

Māsyā Allāh.

Maka dikatakan:

الذين أخلصوا العبادة لله وحده

“Mereka yang konsentrasi di dalam beribadah untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata.”

Salah satu di antara penjelasan yang disebutkan para ulama yaitu, “Sekiranya kamu beribadah sendiri di padang pasir pun maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan menguatnya.”

Māsyā Allāh

Dalam artian, apa yang dilakukan oleh seorang hamba diketahui oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Walau orang tersebut sudah menyembunyikannya namun terkadang orang lain tahu.

Al Imam Al Bukhāri rahimahullāh adalah seorang yang sangat ikhlas. Tatkala beliau selesai mengajar dan siswanya sudah diperkenankan untuk pergi karena pembelajaran sudah selesai, beliau rahimahullāh masih tetap berada di masjid sampai beliau yakin tidak ada orang yang melihat.

Kemudian beliau rahimahullāh mengambil benang yang menempel di atas karpet dan mengantonginya. Beliau merasa sudah melakukan perbuatan menyembunyikan amal tetapi salah seorang siswanya melihat dari kejauhan sehingga cerita tersebut beredar sampai sekarang. Māsyā Allāh.

Bahkan seseorang melakukan ketaatan dan diketahui oleh banyak orang setelah dia meninggal dunia sebagaimana yang dilakukan oleh Zainal Abidin keturunan Āli bin Abī Thālib radhiyallāhu ‘anhu.

Zainal Abidin sering melakukan ketaatan. Beliau bersedekah gandum untuk para janda di Madīnah. Dan para janda itu tidak tahu siapa yang telah melakukan amal shalih tersebut. Begitu Zainal Abidin rahimahullāh meninggal dunia dan ketika beliau dimandikan ada bekas kapal (kulit menebal) di pundaknya, sehingga orang-orang mengetahui bahwa selama ini beliau adalah orang yang memanggul gandum.

Terima kasih atas segala perhatiannya.

Jazākumullāh Khayran alā husni ihtimāmikum.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top