🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc حفظه لله تعالى
📗 Kitab At-Tauhid
〰〰〰〰〰〰〰
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً
Dikatakan:
هُمُ الْآمِنُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Mereka adalah orang-orang yang aman pada hari kiamat.”
الْمُهْتَدُونَ في الدني و الآخيره
(Bahkan) mereka ini di dunia akan senantiasa mendapat bimbingan (petunjuk) dari Allāh, tatkala mereka di dunia dan di akhirat.)
Ada salah satu do’a yang disebutkan di dalam Al Qur’ān:
تَوَفَّنِى مُسْلِمًۭا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّـٰلِحِينَ
“Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan perjumpakan (gabungkanlah) kami dengan orang-orang yang shalih.”
(QS. Yusuf: 101)
Abdullāh Ibnu Mas’ūd tatkala turun firman Allāh:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.”
Dikatakan:
لما نزل هذه الآية، قَالُوا: أَيُّنَا لاَ يَظْلِمُ نَفْسَهُ؟
(Abdullāh ibnu Mas’ūd meriwayatkan) tatkala turun ayat ini maka para sahabat berkata, “Siapakah di antara kami yang tidak pernah melakukan kezhaliman?”
Kenapa?
Karena yang namanya kezhaliman pasti terjadi disengaja atau tidak.
Anak terkadang melakukan kezhaliman kepada ayahnya atau kepada ibunya.
Ibu dan ayah terkadang melakukan kezhaliman kepada anak-anaknya.
Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menepis apa yang menjadi persangkaan Abdullāh bin Mas’ūd.
Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam membawakan firman Allāh:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya syirik merupakan kezhaliman yang paling agung.”
(QS. Luqman: 13)
Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhāri, tatkala turun ayat: ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ , para shahabat berkata:
قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّنَا لاَ يَظْلِمُ نَفْسَهُ
“Wahai Rasūlullāh, siapakah di antara kami yang tidak melakukan kezhaliman?”
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:
لَيْسَ كَمَا تَقُولُونَ
“Bukan seperti apa yang kalian maksudkan dari ucapan kalian.”
Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan penjelasan:
لم يلبس إيمانهم بظلم بشرك
“Yang di maksud tidak melakukan kezhaliman maksudnya tidak melakukan kesyirikan (tidak pernah menyekutukan Allāh dalam hal peribadatan).”
أَوَلَمْ تَسْمَعُوا إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ لاِبْنِهِ {يَا بُنَىَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Bukankah kalian mendengar apa yang menjadi perkataan Luqman kepada putranya: Janganlah engkau menyekutukan Allāh, sesunggguhnya syirik merupakan kezhaliman yang besar.”
Begitu juga dari Imam Ahmad:
لما نزلت ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ شق ذلك على أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم
Tatkala turun ayat ini maka para shahabat sedih (hatinya merasa berat).
وقالوا أينا لا يظلم نفسه
Maka mereka berkata, “Wahai Nabi Allāh, siapakah di antara kami yang tidak pernah melakukan kezhaliman atas dirinya?”
قال إنه ليس الذي تعنون
“Bukan seperti yang kalian sangka.”
ألم تسمعوا ما قال العبد الصالح
“Bukankah telah berkata Al ‘Abdu As Shalih (hamba Allāh yang shalih).”
Kita jumpai di dalam Al-Qur’ān ada satu surat yang bernama surat Luqman dan sebagian mengatakan bahwasanya Luqman adalah seorang nabi dan sebagian lagi mengatakan Luqman adalah seorang rasul.
Ada yang memberikan pernyataan bahwa Luqman adalah Abdun atau Abdullāh (hamba Allāh), maka yang benar. Luqman bukanlah nabi atau rasul tetapi Luqman adalah Al ‘Abdu As Shalih (hamba Allāh yang shalih).
Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda tentang nasehat Luqman kepada putranya:
يَا بُنَىَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Wahai putraku, janganlah engkau menyekutukan Allāh, sesunggguhnya syirik merupakan kezhaliman yang nyata (yang besar).”
Umar bin Khaththāb menafsirkan وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ , adalah seseorang yang menghadap Allāh dia tidak membawa dosa, sehingga artinya dia merasa aman dari semua jenis petaka.
Imam Al Hasan, begitu juga Al Kalbi, beliau mengatakan:
“Maka mereka akan memperoleh rasa aman waktu di akhirat nanti dan mereka berjalan di atas petunjuk.”
Syaikhul Islām rahimahullāh tatkala mengomentari ayat ini, di katakan:
“Mereka orang-orang yang merasa berat, mereka menyangka bahwasanya kezhaliman tersebut adalah suatu hal yang pasti yaitu kezhaliman yang dilakukan oleh hamba itu sendiri, karena setiap orang pasti melakukan kezhaliman sehingga dia tidak akan memperoleh keamanan, tidak memperoleh petunjuk, kecuali siapa saja yang tidak pernah melalukan kezhaliman pada dirinya.”
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan penjelasan yang menjadi kehendak Allāh di dalam surat tersebut adalah:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ في كتاب الله
Yang dimaksud tidak melakukan kezhaliman di sini adalah syirik, dan syirik merupakan kezhaliman sebagaimana disebutkan di dalam kitāb Allāh.
Sehingga jika seseorang melakukan syirik maka dia tidak akan memperoleh keamanan, tidak akan memperoleh ketenangan.
Demikian kajian kita di kesempatan hari ini, lain waktu In syā Allāh kita berikan penjelasan lainnya.
Terima Kasih atas segala perhatiannya.
Jazākumullāh Khayran alā husni ihtimāmikum.
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_________