Home > Bimbingan Islam > Tematik > Adab-Adab Yang Disunnahkan Ketika Berpuasa

Adab-Adab Yang Disunnahkan Ketika Berpuasa

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Rasyid Abu Rasyidah, M.Ag.
📗 Kajian Tematik | Ramadhan
📝 Serial Kultum Ramadhan
〰〰〰〰〰〰〰

*ADAB-ADAB YANG DISUNNAHKAN KETIKA BERPUASA*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله وصحبه ومن ولاه. اما بعد

Ikhwātal Iman Ahabakumullāh, saudara-saudaraku sekalian yang mencintai sunnah dan dicintai oleh Allāh Azza wa Jalla.

Kembali kita lanjutkan Majelis Syahri Ramadhān, kita telah masuk majelis yang ke-11 setelah pertemuan yang lalu telah kita bahas adab-adab yang wajib. Maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas adab-adab yang sunnah.

Apa saja adab-adab yang sunnah?

Syaikh Utsaimin rahimahullāh menjelaskan setidaknya ada lima poin adab-adab sunnah yang bisa mengantarkan kita kepada pahala sempurna dalam puasa Ramadhān.

Di antaranya:

⑴ Sahur

Seyogyanya kita tidak meninggalkan ibadah sahur, kenapa kita sebut ibadah? Karena Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menganjurkannya saat Ramadhān.

Sahur bukan hanya sekedar kebutuhan kita untuk melengkapi nutrisi di siang hari saat Ramadhān.

Ketika kita niatkan ini untuk mengikuti sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, yang mana beliau mengatakan:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

“Sahurlah kalian! Karena di dalam sahur ada keberkahan.”

(Hadīts riwayat Al-Bukhāri nomor 1923)

Kalau kita tinjau ulang ketika keberkahan ini sudah diucapkan dan dijelaskan oleh para ulama, maka tidak ada makna yang mengartikan keberkahan selain dipenuhinya kebaikan.

⇒ Dan sahur ini yang paling afdhal dilakukan di akhir waktu.

Kenapa di akhir waktu?

Ketika kita melakukan sahur di akhir waktu setidaknya ada 2 kebaikan,

• Pertama | Kebaikan karena beginilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan para sahabat.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa jarak antara sahur dan juga adzan subuh kurang lebih 50 ayat.

Kalau kita tela‘ah ulang dan kita lihat ayat-ayat dalam Al-Qur’ān surat yang genap 50 ayat adalah surat Al-Mursalat.

Kalau kita lihat dan dengarkan muratal-muratal yang ada, yang bacaannya standar, tidak terlalu cepat maka membaca surat Al-Mursalat kurang lebih 5 sampai 10 menit. Inilah waktu sahur, bukan kemudian kita sahur di tengah malam lalu bablas sampai subuh. Tapi sahur benar-benar di akhir waktu menjelang Subuh.

Dan ketika kita lihat, mengapa para sahabat sahur dengan kondisi seperti ini? yakni antara 50 ayat jaraknya dengan shalāt subuh. Karena memang para sahabat tidak berlebihan.

Tidak seperti zaman kita sekarang, ketika makan di sana ada appetizer dulu, di sana ada main course dulu, di sana pun ada dessert. ada berbagai macam lapisan dalam makan. Ada pembuka, makanan utama juga penutup.

Maka bersederhana dalam sahur, asalkan benar-benar mengikuti sunnah Nabi, niatnya bener-bener ittiba’. In syā Allāh berpahala dan In syā Allāh di situlah keberkahannya.

Mengapa sahur di akhir waktu ini adalah hal yang afdhal

• Kedua | Karena menghindari diri kita untuk kesiangan shalāt subuh.

Kita tahu pada pertemuan yang lalu kita sampaikan, bagaimana ketika seseorang sahur maka berarti dia tidak akan kehilangan shalāt subuh.

Tatkala orang-orang munafik berat dalam melakukan shalāt subuh, maka tindakan kita mengakhirkan sahur sehingga mendekati waktu shalāt subuh.

Sehingga setelah sahur lalu kita akhiri dengan dikumandangkannya adzan subuh dan kita pun langsung shalāt subuh.

Terhindarlah diri kita dari apa yang disebut sebagai orang-orang munafik yakni berat dalam shalāt isya dan shalāt subuh

⑵ Menyegerakan berbuka

Berbuka adalah moment-moment emas, moment dimana kaum muslimin menghilangkan dahaganya dan di sini Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

لا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْر

“Tidaklah manusia ini senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.”

(Hadīts riwayat Al-Bukhāri nomor 1957)

Karena keberkahan selain hadir di akhir waktu sahur, di sanapun juga ada di moment-moment berbuka karena itu adalah nikmat dari Allāh.

Maka tidak layak bagi kita kemudian untuk menunda-nundanya. Segerakan berbuka jangan sampai berpikir bahwa semakin lama berpuasa semakin banyak pahalanya.

⑶ Berbuka dengan kurma

Berbuka dengan kurma In syā Allāh telah menjadi pengetahuan umum bagi kita akan sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalamnya dan disebutkan dalam hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memiliki runtutan.

Prioritas pertama beliau berbuka dengan ruthab (kurma basah), kalau tidak didapati maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), kalau tidak didapati baru beliau berbuka dengan air.

Di zaman sekarang, In syā Allāh sudah semakin banyak kita dapati kurma baik itu ruthab ataupun tamr, bahkan kita pun juga sudah dapat bagaimana kurma ini masuk dalam berbagai jenis minuman mulai infus water dan lain sebagainya maka pergunakan ini.

⑷ Tidak melupakan do’a saat akan berbuka

Inilah moment-moment spesial, bagaimana ketika kita akan berbuka di situ kita sebanyak-banyak bermunajat kepada Allāh Azza wa Jalla.

Maka celakalah orang yang masih berpikir tentang ngabuburit, ia menyia-nyiakan waktu emas, ia menyia-nyiakan momentum spesial untuk berpuasa, ia menyia-nyiakan momentum spesial untuk berdo’a bermunajat kepada Rabb-Nya tentang segala hajat dunia maupun akhiratnya.

Gunakan ini untuk berdo’a, maka di antara hikmah ketika di zaman sekarang ada pembatasan sosial, ada lock down, ada berbagai macam kendala. Dianjurkan Social distancing, physical distancing, ini adalah ibrah bagi kita semua agar kita lebih khusyuk lagi untuk berdo’a menjelang berbuka.

Hingga nanti kita akan dapati banyak di antara kaum muslimin di segala penjuru dunia, ketika menunggu adzan akan menengadahkan tangannya ke langit dengan berdo’a dengan penuh kekhusyukan hati.

⑸ Memperbanyak amalan-amalan sunnah

Adab yang terakhir yang dinukilkan oleh Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah, adalah memperbanyak ibadah secara umum, seperti membaca Al-Qur’ān, shalāt sunnah, berdzikir, dan juga bersedekah.

Khusus poin sedekah, ini menjadi kesempatan kita untuk berbagi, berbagi kepada sesama kita. Di moment-moment yang mungkin sulit, di moment-moment yang mungkin banyak orang membutuhkan.

Maka berbagi untuk takjil berbagi untuk ifthar. In syā Allāh ini yang terbaik untuk kita semua.

Semoga Allāh menjaga kita dan menjadikan diri kita sebagai pribadi yang dapat memanfaatkan momentum Ramadhān ini apapun keadaannya dengan semaksimal kemampuan kita semua.

اخركلم واخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
ثم السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

____________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top