Home > Bimbingan Islam > Kitab AtTauhid > Halaqah 026 : Surat Al-An’am Ayat 151-153 (6)

Halaqah 026 : Surat Al-An’am Ayat 151-153 (6)

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab At-Tauhid
〰〰〰〰〰〰〰

*SURAT AL AN’ĀM AYAT 151-153 (LANJUTAN)*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ولاحول ولاقوة إلا بالله, قال الله تعالى في كتاب الكريم, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Ikhwāh Fīllāh rahimakumullāh.

Kembali kita lanjutkan pembahasan yang lewat masih pada kitāb Tauhīd.

Hari ini kita akan membahas firman Allāh yang pada pembahasan yang lewat, telah kita sampaikan di surat Al An’ām 151.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan:

قُلۡ تَعَالَوۡا۟ أَتۡلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمۡ عَلَیۡكُمۡۖ أَلَّا تُشۡرِكُوا۟ بِهِۦ شَیۡـࣰٔاۖ وَبِٱلۡوَ ٰلِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنࣰاۖ وَلَا تَقۡتُلُوۤا۟ أَوۡلَـٰدَكُم مِّنۡ إِمۡلَـٰقࣲ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكُمۡ وَإِیَّاهُمۡۖ وَلَا تَقۡرَبُوا۟ ٱلۡفَوَ ٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَۖ وَلَا تَقۡتُلُوا۟ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِی حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّۚ ذَ ٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ۞

_Katakanlah (Wahai Muhammad), “Kemarilah aku akan membacakan apa saja yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla haramkan atas kalian.”_

_”Janganlah kalian menyekutukan Allāh dengan sesuatu apapun.”_

_”Dan hendaklah kalian berbuat baik kepada orang tua.”_

_”Janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Sungguh kami yang akan memberikan rezeki kepada kalian dan kepada mereka (anak-anak kalian).”_

_”Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi.”_

_”Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.”_

_Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)._

(Al An’ām : 151)

Perkara haram yang Allāh canangkan, adalah:

أَلَّا تُشۡرِكُوا۟ بِهِۦ شَیۡـࣰٔاۖ

_”Janganlah kalian menyekutukan Allāh dengan sesuatu apapun.”_

Perintah Allāh yang paling agung adalah beribadah kepada-Nya dan larangan yang paling besar adalah seseorang hendaknya tidak menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan sesuatu apapun.

Karena Dia-lah (Allāh) Dzat yang telah berfirman:

ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ

_”Allāh tempat bergantung.”_

(QS Ikhlās : 2)

Hendaklah seorang muslim menggantungkan dirinya, menggantungkan urusannya hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bukan kepada yang lainnya.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan suatu pernyataan:

إتّقوا المُهْلِكَاتٌ

_”Jauhilah hal-hal yang bisa membuat kalian binasa.”_

Maka perkara yang pertama disebut adalah syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan:

ألَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ

_”Maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar di antara dosa besar yang ada?”_

Tatkala sahabat berkata, “Tentu kami siap untuk mengetahui, apakah perkara itu wahai Rasūlullāh?”

Kemudian beliau menyebutkan:

الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ

_”Janganlah kalian menyekutukan Allāh.”_

Kemudian Allāh berfirman:

وَبِٱلۡوَ ٰلِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنࣰاۖ

_”Dan hendaklah kalian berbuat baik kepada orang tua.”_

Imam Al Quthubi di dalam Kitāb Fathul Majid, jilid I hal 96 mengatakan :

الإحسان إلى الوالدين برهما و حفظهما و صيانتهما، امتثال أمرهما، وإزالة الرق عنهما، وترك السلطنة عليهما

_Yang dimaksud: الإحسان إلى الوالدين , adalah berbuat baik kepada orang tua (bapak dan ibu) menjaganya dan berusaha untuk senantiasa memberikan pengawasan atasnya, melaksanakan apa yang menjadi diperintahnya. Jika mereka statusnya budak, maka hendaknya dimerdekakan dan meninggalkan hal-hal yang membuat keduanya tidak suka_

Maka di sini orang tua memiliki kedudukan yang tinggi terhadap anak.

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ

_Seorang laki-laki datang kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sambil berkata:_

_“Wahai Rasūlullāh, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?”_

_Beliau menjawab: “Ibumu.”_

_Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?”_

_Beliau menjawab: “Ibumu.”_

_Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi?”_

_Beliau menjawab: “Ibumu.”_

Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?”

_Beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.”_

Di sini disebutkan berbuat baik kepada ibu tiga kali, setelah itu barulah berbuat baik kepada ayah.

Kenapa seorang ibu mendapatkan kemuliaan dengan tiga kali ?

Karena:
√ Ibu adalah wanita yang telah mengandungnya.
√ Ibu adalah wanita yaang melahirkannya.
√ Ibu adalah orang yang telah menyusuinya.

Maka tiga hal yang harus kita ketahui bersama bahwasanya hak ibu lebih besar dibanding dengan hak ayah.

Allāh menyebutkan:

وَبِٱلۡوَ ٰلِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنࣰاۖ

_”Dan hendaklah kalian berbuat baik kepada orang tua.”_

Maka dikatakan:

واحسنوا بالوالدين إِحۡسَـٰنࣰاۖ

_”Berbuat baiklah kepada orang tua kalian.”_

Disini menggunakan: إِحۡسَـٰنࣰاۖ , tidak dikatakan: الإحسان, karena jika dikatakan: الإحسان , maka kebaikan itu terbatas. Tetapi tatkala dikatakan: إِحۡسَـٰنࣰاۖ , maka kebaikan itu sifatnya adalah umum.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top