Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 115 | Ahlus Sunnah Beriman dengan Rukun Iman yang Enam

Halaqah 115 | Ahlus Sunnah Beriman dengan Rukun Iman yang Enam

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-115 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.

Beliau mengatakan:

وَالإِيمَانُ: هُوَ الإِيمَانُ بِاللَّهِ، وَمَلَائِكَتِه، وَكُتُبِه، وَرُسُلِه، وَاليَوْمِ الآخِرِ، وَالقَدَرِ، خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، وَحُلْوِهِ وَمُرِّهِ، مِنَ اللهِ تَعَالَىٰ

“Sesungguhnya keimanan adalah keimanan kepada Allāh, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit, semuanya adalah dari Allāh Ta’ālā.”

Di sini beliau kembali menjelaskan bahwasanya di antara aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, bahkan ini merupakan pokok aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, adalah beriman kepada rukun iman yang enam. Dan masing-masing dari rukun iman yang enam ini, Alhamdulillāh, sudah disinggung oleh beliau, kecuali beriman kepada hari akhir, insya Allāh nanti ada waktunya.

Beriman kepada Allāh sudah disebutkan berulang kali, seperti beriman dengan nama dan juga sifat-sifat Allāh, beriman dengan Rubūbiyyah Allāh, bahkan ini disebutkan di awal. Beriman dengan Ulūhiyyah Allāh juga telah disebutkan.

Beriman kepada malaikat juga sudah disebutkan oleh beliau. Beriman kepada kitab-kitab, termasuk beriman kepada Al-Qur’ān, juga sudah dijelaskan. Beriman kepada para rasul juga sudah disinggung. Beriman kepada takdir juga telah disebutkan berulang kali oleh beliau pada halaman-halaman sebelumnya.

Tinggal masalah beriman kepada hari akhir. Sebagian sudah disinggung, seperti masalah syafaat yang disebutkan oleh beliau, kemudian masalah Telaga Nabi ﷺ, ini juga sudah disebutkan sebagian perkara yang berkaitan dengan hari akhir, ada sebagian masalah-masalah yang berkaitan dengan hari akhir sudah disebutkan oleh beliau, seperti masalah Ru’yatullāh ini juga berkaitan dengan hari akhir.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penulis raḥimahullāh terkadang tidak urut dalam penyebutan. Jadi, terkadang disebutkan secara khusus, kemudian dibahas kembali secara global atau secara umum.

Sekarang beliau membahas tentang masalah beriman kepada rasul:

وَأَنَحْنُ مُؤْمِنُونَ بِذَلِكَ كُلِّهِ

“Dan kami beriman dengan itu semuanya,” yaitu rukun iman yang enam kita beriman dengan semuanya.

Ahlussunnah wal Jama’ah mereka beriman dengan seluruh rukun iman yang enam, dan tidak sah keimanan seseorang kalau sampai dia mengingkari salah satu di antara rukun iman yang enam tadi. Kita tidak membeda-bedakan, misalnya beriman kepada Allāh, kemudian mengingkari malaikat, atau beriman kepada Allāh tetapi mengingkari hari akhir.

Karena jika seseorang sampai mengingkari salah satu di antara rukun iman yang enam, maka dia telah membatalkan keislamannya. Allāh ﷻ berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا ۝ أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allāh dan rasul-rasul-Nya, serta bermaksud membeda-bedakan antara Allāh dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, ‘Kami beriman kepada sebagian (dari para rasul itu), dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain),’ serta bermaksud mengambil jalan (tengah) di antara itu (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.” (QS. An-Nisā: 150-151)

Orang yang membeda-bedakan, beriman dengan sebagian dan kufur dengan sebagian maka merekalah orang-orang yang benar-benar kufur. Maka ahlussunnah tidak membeda-bedakan di antara rukun iman tersebut. Semua diimani.

لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ

“Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun dari para rasul.”

لَا نُفَرِّقُ maksudnya adalah tidak membeda-bedakan, bagaimana penjelasannya?

Tidak membedakan di sini berarti beriman dengan sebagian dan kufur dengan sebagian. Percaya dan beriman dengan sebagian rasul tetapi mengingkari sebagian yang lain, ini namanya tafrīq baina ar-rusul (membedakan di antara para rasul), dan ini tidak boleh. Karena mengingkari satu orang rasul sama saja dengan mengingkari seluruh rasul. Mengingkari satu orang rasul mengeluarkan seseorang dari agama Islam.

Oleh karena itu, Allāh ﷻ berfirman:

آمَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦۚ
“Rasul telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, begitu pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allāh, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ‘Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.'”
(QS. Al-Baqarah: 285)

Kita tidak membeda-bedakan diantara para rasul. Semua, kalau itu memang adalah seorang rasul kita benarkan, kita beriman. Dan ini berbeda dengan misalnya ahlul kitab. Orang Yahudi percaya kepada Nabi Mūsa, tetapi mereka mengingkari Nabi ʿĪsā. Maka mereka kufur dengan sebab itu. Orang Nasrani percaya kepada Nabi Mūsa, beriman kepada Nabi ʿĪsā, tetapi tidak percaya kepada Nabi Muḥammad ﷺ. Maka mereka pun kufur karena tidak beriman kepada Nabi Muḥammad ﷺ, meskipun mereka beriman kepada seluruh nabi sebelumnya maka inimengeluarkan seseorang dari agama Islam.

Rasūlullāh ﷺ bersabda:

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Demi Dzat yang jiwa Muḥammad berada di tangan-Nya, tidaklah mendengar salah seorang dari umat ini, baik itu seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia meninggal dunia dalam keadaan tidak beriman kepada apa yang aku bawa, kecuali dia termasuk penduduk neraka.” (HR. Muslim, no. 153)

Meskipun sebelumnya dia beriman kepada Nabi Mūsa, Nabi Hārūn, dan Nabi ʿĪsā, tetapi jika tidak beriman kepada Nabi Muḥammad ﷺ, maka dia keluar dari agama Islam, tidak termasuk dalam agama Islam.

Sehingga Allāh ﷻ di dalam Al-Qur’ān, ketika menyebutkan umat-umat yang mendustakan rasul mereka, menganggap bahwa tindakan itu adalah mendustakan seluruh para rasul.

كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍۢ ٱلْمُرْسَلِينَ
“Kaum Lūṭh telah mendustakan para rasul.”
(QS. Asy-Syu‘arā’: 160)

Padahal tidak diutus kepada kaum Luth kecuali Nabi Luth ʿalaihissalām.

كَذَّبَتْ عَادٌ ٱلْمُرْسَلِينَ
“Kaum ‘Ād telah mendustakan para rasul.” (QS. Asy-Syu‘arā’: 123)

Padahal tidak diutus kepada mereka kecuali Nabi Hūd, tetapi Allāh ﷻ mengatakan mereka telah mendustakan para rasul. Karena mendustakan satu orang rasul sama saja mendustakan semuanya.

Ahlussunnah tidak membeda-bedakan. Semuanya diimani oleh ahlussunnah. Beriman kepada Nabi ʿĪsā bukan berarti kita mengikuti syariat Nabi ʿĪsā. Kita beriman bahwasanya beliau adalah seorang rasul, dan kita beriman bahwasanya syariat yang beliau bawa adalah untuk Bani Isrāʾīl.

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ يَـٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًۭا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَ ٱلتَّوْرَىٰةِ وَمُبَشِّرًۭا بِرَسُولٍۢ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِى ٱسْمُهُۥٓ أَحْمَدُ 
“Dan (ingatlah) ketika ‘Īsā putra Maryam berkata, ‘Wahai Bani Isrāʾīl! Sesungguhnya aku adalah utusan Allāh untuk kalian, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad.'”
(QS. As-Shaff: 6)

Itu namanya beriman. Kita beriman kepada Nabi Mūsā, bahwa beliau adalah seorang rasul yang diutus kepada Bani Isrāʾīl. Syariat beliau adalah untuk Bani Isrāʾīl. Yang kita diperintahkan untuk beriman dan mengikuti syariat adalah Nabi Muḥammad ﷺ, sebagai rasul terakhir yang diutus untuk seluruh manusia.

وَنُصَدِّقُهُمْ كُلَّهُمْ عَلَىٰ مَا جَآءُوا بِهِ

“Dan kita membenarkan mereka semuanya sesuai dengan apa yang mereka bawa.”

Membenarkan mereka semuanya. Kita benarkan bahwa mereka adalah rasul yang diutus, diwahyukan kepada mereka, dan mereka adalah orang-orang pilihan. Kita benarkan mereka atas apa yang mereka bawa.

Jadi, apa yang mereka bawa semuanya adalah haqq. Itu adalah wahyu dari Allāh. Taurat adalah benar, Injīl adalah benar, Ṣuḥuf Ibrāhīm, dan juga kitab-kitab lainnya yang kita tidak mengetahui satu per satu dari kitab-kitab tersebut. Kalau itu dibawa oleh seorang rasul yang diwahyukan kepada mereka, maka itu adalah haqq.

Kita harus membenarkan seluruhnya, meskipun kita tidak mengetahui secara terperinci. Tapi kita yakin apa yang mereka bawa adalah haqq dan benar adanya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top