Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 114 | Mukmin Yang Termulia Ialah Yang Paling Taat dan Paling Mengikuti Al-Qur’an

Halaqah 114 | Mukmin Yang Termulia Ialah Yang Paling Taat dan Paling Mengikuti Al-Qur’an

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-114 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.

Beliau mengatakan raḥimahullāh:

وَأَكْرَمُهُمْ أَطْوَعُهُمْ وَأَتْبَعُهُمْ لِلْقُرْآنِ

Yang paling mulia di antara mereka adalah yang paling taat dan yang paling mengikuti Al-Qur’an:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
(QS. Al-Ḥujurāt: 13)

Yang paling mulia diantara mereka yaitu yang paling mulia di sisi Allāh adalah orang yang paling taat dan paling mengikuti Al-Qur’an. Semakin seseorang taat dan semakin seseorang mengikuti apa yang ada di dalam Al-Qur’an, maka dia semakin mulia di sisi Allāh. Termasuk mengikuti apa yang ada di dalam Al-Qur’an adalah mengikuti ḥadīṡ Nabi ﷺ. Karena di dalam Al-Qur’an, betapa banyak Allāh ﷻ memerintahkan kita untuk menaati Rasūlullāh ﷺ:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا.
Apa yang diberikan oleh Rasūl kepada kalian maka ambillah, dan apa yang dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah. (QS. Al-Ḥasyr: 7)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ.
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allāh dan taatilah Rasūl. (QS. An-Nisā’: 59)

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ.
Barangsiapa yang menaati Rasūl, maka sungguh dia telah menaati Allāh. (QS. An-Nisā’: 80)

Jangan kita pahami bahwa disini tidak disebutkan hadits. Mengikuti Al-Qur’an di antara konsekuensinya adalah mengikuti hadits, karena dalam Al-Qur’an, Allāh ﷻ banyak menyebutkan perintah untuk mengikuti Rasūlullāh ﷺ, dan ketaatan kepada beliau adalah bagian dari ketaatan kepada Allāh ﷻ:

مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ.
Barangsiapa yang menaati aku, maka sungguh dia telah menaati Allāh. (Ḥadīṡ Riwayat Bukhārī dan Muslim)

Al-Qur’an semuanya adalah petunjuk

إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ
Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus. (QS. Al-Isrā’: 9)

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ.
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. (QS. Al-Baqarah: 185)

Semakin seseorang sempurna dalam mengikuti apa yang ada dalam Al-Qur’an, maka akan semakin baik kehidupannya, di dunia dia akan mendapatkan ḥayātun ṭayyibah (kehidupan yang baik), dan di akhirat dia akan dibalas oleh Allāh ﷻ dengan balasan yang lebih sempurna.

Sehingga beliau mengatakan: أَطْوَعُهُمْ وَأَتْبَعُهُمْ لِلْقُرْآنِ.
Hal ini menunjukkan pentingnya seorang Ahlussunnah memiliki perhatian yang besar terhadap Al-Qur’anul Karīm, baik dalam membacanya, kita rutinkan untuk membaca Al-Qur’an karena ia adalah kalāmullāh; di dalamnya ada petunjuk bagi kita.

Kemudian juga kita berusaha untuk memahaminya. Bagaimana kita bisa mengikuti Al-Qur’an dan mengamalkan Al-Qur’an kalau kita tidak memahami Al-Qur’an?. Sebagian kita semangat untuk mendengarkan ceramah, semangat untuk membaca buku ini dan buku itu, tapi buku dan juga Kitabullah yang merupakan Kalamullah kita kurang semangat untuk mempelajari. Padahal, di situlah petunjuk sebenarnya.

Seandainya seseorang mentadaburi satu ayat dalam Al-Qur’an, bi’idznillah akan memberikan pengaruh pada diri seseorang. Dia baca, kemudian dia ulang-ulang, dia pahami, dia tadabburi. Sebagian karena sudah mendapatkan waswas dari syaiton, melihat bahwasanya petunjuk ini pada selain Al-Qur’an. Jadi, tenangnya ketika mendengarkan ceramah si fulan atau tenangnya ketika dia mendengarkan nasyid, dan dia tidak akan mendapatkan ketenangan kalau dia masih meyakini bahwasanya ketenangan ada di selain Al-Qur’an, petunjuk ada di selain Al-Qur’an.

Ini sebenarnya adalah dorongan dari Mu’allif raḥimahullāh supaya kita memiliki perhatian yang besar terhadap Al-Qur’an. Kalau memang kita bisa menghafal, maka tentunya ini adalah sebuah keutamaan bagi seseorang—dipilih hatinya, dipilih dadanya di antara sekian banyak dada manusia untuk menghafal Kalamullah, tentunya sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.

Ahlus-Sunnah mereka memiliki perhatian yang besar terhadap Al-Qur’an. Mereka memiliki perhatian yang besar terhadap sunnah Nabi ﷺ. Bukan hanya sekadar dibaca, tapi mereka juga mempelajarinya, mengajarkan tafsirnya, mengajarkan kaidah-kaidah bagaimana cara menafsirkan Al-Qur’an.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top