Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 112 | Pembeda Di Antara Kaum Mukminin Ialah Ketaqwaan dan Penyelisihannya Terhadap Hawa Nafsu

Halaqah 112 | Pembeda Di Antara Kaum Mukminin Ialah Ketaqwaan dan Penyelisihannya Terhadap Hawa Nafsu

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-112 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.

Beliau mengatakan, raḥimahullāh,

وَالتَّفَاضُلُ بَيْنَهُمْ بِالتَّقْوَى، وَمُخَالِفَةِ الهَوَى

Dan yang membedakan di antara mereka, yaitu orang-orang beriman, adalah dengan ketakwaan, yaitu rasa takutnya kepada Allāh ﷻ. Jelas masalah ketakwaan ini ada perbedaan, makanya Allāh ﷻ berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
(“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allāh adalah yang paling bertakwa.”)
(QS. Al-Ḥujurāt [49]: 13)

Ini menunjukkan bahwa ketakwaan pada diri orang-orang yang bertakwa bertingkat-tingkat satu dengan yang lain. Ada di antara mereka yang atqā (lebih bertakwa) daripada yang lain. Dan Nabi ﷺ juga mengabarkan bahwasanya beliau adalah orang yang paling bertakwa dan orang yang paling takut kepada Allāh ﷻ .

Dalam Al-Qur’an, Allāh ﷻ berfirman:

وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى
(QS. Al-Lail [92]: 17)

ketika berbicara tentang Abu Bakar aṣ-Ṣiddīq raḍiyallāhu ʿanhu, ‘Dan akan dijauhkan orang yang atqa tersebut dari Neraka’, menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling afdhal setelah para nabi dan juga para rasul. Sampai Allāh ﷻ menyebutkan atqā, yang menunjukkan keutamaan Abu Bakar aṣ-Ṣiddīq raḍiyallāhu ʿanhu.

Tidak diragukan lagi bahwa perbedaan di antara orang-orang beriman di antaranya adalah berdasarkan ketakwaan. Namun, membatasi perbedaan hanya pada ketakwaan, inilah yang perlu kita berikan catatan, karena ternyata dalam pondasi keimanan mereka pun bertingkat-tingkat. Sama-sama beriman dengan rukun iman yang enam, tetapi kualitas keimanan mereka berbeda. Pengetahuan mereka tentang rukun iman yang enam juga berbeda-beda satu dengan yang lain. Ini yang terkadang menjadi perbedaan antara orang yang beriman dengan orang beriman yang lain.

وَمُخَالِفَةِ الهَوَى

Dan diantara yang membedakan adalah masalah menyelisihi hawa nafsu, ada diantara mereka yang bisa menahan hawa nafsunya

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ۝ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
“Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh Surga lah tempat tinggalnya.”
(QS. An-Nāziʿāt [79]: 40-41)

Dia bisa menahan hawa nafsunya. Setiap kali hawa nafsunya menyuruhnya untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allāh ﷻ, dia menahannya. Dia mengetahui bahwa hawa nafsu itu akan membawa kepada kesengsaraan di dunia dan juga di akhirat. Meskipun diawal dia merasakan kenikmatan atau kelezatan tapi dia tahu akhirnya adalah kejelekan. Maka, dia menahan hawa nafsunya dengan mengharapkan balasan dari Allāh ﷻ.

فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
(“Sesungguhnya Surga ini adalah tempat kembali bagi orang-orang yang bisa menahan hawa nafsunya.”)

Ada di antara mereka yang terkadang mampu menahan hawa nafsunya, dan terkadang tidak. Oleh karena itu, mereka bertingkat-tingkat, sebagaimana Allāh ﷻ mengabarkan bahwa hamba-hamba-Nya memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Sebagaimana firman Allāh ﷻ:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
(QS. Fāṭir [35]: 32)

Kemudian Kami wariskan Kitab itu kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Ada di antara mereka yang mendzhalimi dirinya, berarti ada di antara hamba Allāh ﷻ yang mendzhalimi dirinya, mengikuti hawa nafsunya dengan melakukan dosa atau meninggalkan kewajiban yang diperintahkan oleh Allāh ﷻ

Ada diantara mereka yang muqtaṣid, yaitu mereka yang berada di pertengahan. Mereka melakukan kewajiban saja, yang sunnah dia tidak lakukan, dan dia meninggalkan yang haram saja, tetapi masih banyak melakukan perkara yang mubah.

Adapun yang terakhir, yang paling tinggi adalah السَّابِقُونَ بِالْخَيْرَاتِ (orang-orang yang mereka bersegera dalam melakukan kebaikan). Mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban, mengerjakan amalan-amalan sunnah, meninggalkan perkara-perkara yang haram, bahkan perkara yang makruh pun mereka tinggalkan. Allāh ﷻ menyebutkan tentang tingkatan-tingkatan mereka.

Jadi, tidak kita ragukan bahwasanya terjadi perbedaan di antara orang-orang yang beriman sesuai dengan kadar ketakwaan mereka dan juga mukhālafah mereka, bagaimana mereka menahan nafsu ini berbeda-beda satu dengan yang lain, tetapi bukan berarti mereka sama dalam masalah aṣlul īmān. Jadi, sama-sama memang mereka memiliki aṣlul īmān, tetapi aṣlul īmān yang mereka miliki ini berbeda-beda tingkatannya.

Ada di antara mereka yang kuat dalam pondasi keimanan, ada yang sedang, dan ada yang lemah dalam pondasi keimanan. Dan mereka adalah orang-orang yang beriman, mereka adalah hamba-hamba Allāh ﷻ.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top