Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله
Halaqah yang ke-111 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.
Beliau mengatakan, raḥimahullāh,
وَالإِيمَانُ وَاحِدٌ، وَأَهْلُهُ فِي أَصْلِهِ سَوَاءٌ
“Iman itu adalah satu, dan ahlunya, yaitu orang-orang yang beriman, di dalam asal keimanan adalah sama.”
Ucapan beliau ini adalah ucapan yang perlu ada catatan di sini. Karena, kalau kita kembali kepada dalil, ternyata iman itu bukan satu, tetapi bercabang. Nabi ﷺ bersabda:
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً
“Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih.”
Jadi, iman bukan satu, melainkan banyak cabangnya, dan cabangnya bukan tiga, lima, atau tujuh, tetapi ada tujuh puluh cabang lebih keimanan. Sehingga, kalau dikatakan “al-īmānu wāḥidun,” maka ini tidak benar yang demikian, ini bertentangan dengan dalil.
Kemudian, wa ahluhu fī aṣlihi sawā’, dan orang-orang yang beriman di dalam asal keimanan adalah sama. Aṣlul īmān (pokok dari keimanan) adalah rukun iman yang enam, yaitu: beriman kepada Allāh ﷻ, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan juga takdir.
Beliau mengatakan di sini bahwa orang-orang yang beriman di dalam asal keimanan, yakni uṣūlul īmān (beriman kepada rukun iman yang enam), sawā’un (mereka sama). Ini juga tidak bisa diterima. Yang demikian ini karena iman memiliki tingkatan-tingkatan. Ada iman yang kuat dan ada iman yang tipis. Bahkan di dalam aṣlul īmān, dalam masalah pokok keimanan, tidak bisa dikatakan bahwa mereka sama.
Orang-orang yang beriman semuanya beriman kepada Allāh ﷻ, dan beriman kepada Allāh ﷻ ini termasuk pokok keimanan. Coba masing-masing dari kita merasakan: apakah berimannya kepada Allāh seorang sahabat Nabi ﷺ sama dengan berimannya kepada Allāh salah seorang di antara kita? Tentu berbeda. Padahal sama-sama beriman kepada Allāh. Bagaimana tawakal mereka, bagaimana rasa cinta mereka, bagaimana rasa keyakinan mereka kepada Allāh, dan bagaimana ketergantungan mereka kepada Allāh.
Tentang masalah beriman dengan hari akhir, kita semuanya sama-sama beriman kepada hari akhir. Tapi ada di antara kita yang keimanannya kepada hari akhir sangat luar biasa, sehingga di mana-mana terngiang dan terbayang padanya kejadian-kejadian di hari kiamat. Sehingga dia sangat berhati-hati dalam kehidupannya, khawatir terhadap nasibnya kelak di hari kiamat. Tapi ada juga di antara kita yang beriman kepada hari akhir hanya secara global, dan dia tidak terlalu mendalam, sering lupa terhadap hisab dan balasan di hari kiamat.
Sehingga, kita lihat kehidupannya berbeda dengan yang pertama: bermudah-mudahan dalam berbuat maksiat, bermudah-mudahan dalam mencari rezeki, dan bermalas-malasan dalam beramal shalih. Kalau ditanya, apakah engkau beriman dengan hari akhir? Jawabannya “Iya”, menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman, meskipun mereka sama-sama di dalam masalah aṣlul īmān (pokok keimanan), tetapi mereka berbeda-beda tingkatannya.
Iman Abu Bakar aṣ-Ṣiddīq raḍiyallāhu ʿanhu tentu berbeda dengan iman salah seorang di antara kita. Selain dalam masalah pondasi keimanan, mereka berbeda, keimanan mereka juga berbeda dari sisi kuantitasnya. Jadi, kualitasnya berbeda, kuantitasnya juga membedakan.
Sama-sama, misalnya, melakukan shalat Ashar empat rakaat. Dari sisi kuantitasnya sama, empat rakaat. Tapi yang satu khusyuk dalam melakukan shalat, yang satunya tidak khusyuk dalam melakukan shalat. Yang satu memiliki keimanan yang kuat, yang satu lemah keimanannya. Dari sisi kualitas, mereka berbeda.
Dan terkadang dari sisi kuantitas juga berbeda. Misalnya, dalam melakukan shalat malam, yang satu melakukan shalat malam 11 rakaat, sedangkan yang satu hanya satu rakaat. Yang satu berinfak dengan seratus ribu, yang satunya berinfak dengan seribu. Sama-sama ikhlasnya, tapi yang satu lebih besar daripada yang kedua. Tentunya berbeda kualitas keimanan dan berbeda pahalanya.
Ini menunjukkan bahwa perbedaan tingkatan keimanan bukan hanya pada amalnya, tetapi juga termasuk pada pondasi keimanan yang berbeda-beda.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته