Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله
Halaqah yang ke-110 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.
Beliau mengatakan
وَجَمِيعَ مَا صَحَّ عَنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ مِنَ الشَّرْعِ وَالبَيَانِ كُلُّهُ حَقٌّ
Baik berupa syari’at, maka ini yang dimaksud wallāhu taʿālā aʿlam adalah perintah dan juga larangan, hukum-hukum. Wal-bayān, dan juga penjelasan, ini yang dimaksud adalah khabar sebagaimana dalam ayat:
وَتَمَّتۡ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدۡقٗا وَعَدۡلٗاۚ
Syariatnya adalah ‘adil, bayannya adalah khabarnya ṣidq (benar). Baik yang ada di dalam Al-Qur’an maupun di dalam sunnah Nabi ﷺ. Karena sebagaimana di dalam Al-Qur’an ada syar’ dan juga khabar, ada bayān, demikian pula di dalam sunnah Rasulullāh ﷺ juga ada syar’ dan juga bayān. Jadi, syar’ di sini adalah al-ḥukm, kemudian al-bayān di sini, wallāhu taʿālā aʿlam, adalah al-khabar.
Sebagaimana Al-Qur’an, hukumnya adalah adil dan khabarnya adalah benar, demikian pula hadits-hadits Nabi ﷺ yang shahih, maka hukumnya adalah adil dan khabarnya adalah benar adanya.
كُلُّهُ حَقٌّ
Semuanya adalah ḥaqq. Ini harus menjadi prinsip bagi kita semuanya. Semuanya adalah ḥaqq kalau memang itu adalah shahih dari Nabi ﷺ.
Terkadang kita, karena kekurangan akal dan kemampuan kita, ada yang belum kita pahami. Kita baca Al-Qur’an, ada yang belum kita pahami, bahkan banyak yang belum kita pahami. Demikian pula hadits Nabi ﷺ, banyak yang belum kita pahami. Tapi prinsip yang dasarnya harus ada pada diri kita adalah bahwa Al-Qur’an ini, meskipun kita belum paham, tetap merupakan ḥaqq, benar adanya. Kalau memang itu dari Al-Qur’an, maka itu adalah ḥaqq. Kita yakini hadits Nabi ﷺ juga demikian.
Terkadang kita tidak memahami maksudnya. Tapi kalau itu shahih, misalnya diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim, maka kita harus yakin bahwa ini adalah ḥaqq sebagaimana yang diinginkan oleh Rasulullāh ﷺ, meskipun kita belum memahaminya. Dan tidak mungkin apa yang shahih di dalam sunnah ini bertentangan dengan apa yang ada di dalam Al-Qur’an, atau yang shahih bertentangan dengan yang shahih lainnya. Semuanya adalah ḥaqq dan semuanya berasal dari Allāh ﷻ, maka tidak mungkin saling bertentangan satu dengan yang lain.
Kalau dzahirnya seperti bertentangan, maka ini disebabkan kekurangan pada diri kita, pada ilmu kita. Harus ada di dalam diri kita keyakinan semuanya adalah ḥaqq, cuma ilmu kita yang belum sampai kesana ada yang belum kita ketahui. Tapi para ulama ar-rāsikhūn, ulama yang mendalam keilmuannya, maka mereka mengetahui cara menjama’ antara ayat dan juga hadits, cara menjama’ antara satu hadits dengan hadits lainnya.
Jangan kita tergesa-gesa, kemudian mengambil kesimpulan bahwa suatu hadits tidak shahih, karena kekurangan ilmu yang kita miliki.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته