Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 106 | Merasa Aman Dari Makar Allāh ﷻ Dan Berputus Asa Dari Ampunan-Nya Bisa Mengeluarkan Seseorang Dari Islam

Halaqah 106 | Merasa Aman Dari Makar Allāh ﷻ Dan Berputus Asa Dari Ampunan-Nya Bisa Mengeluarkan Seseorang Dari Islam

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-106 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.

Beliau mengatakan

وَالأَمْنُ وَالإِيَاسُ يَنْقُلَانِ عَنْ مِلَّةِ الإِسْلَامِ

Dan merasa aman dan putus asa ini bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam

Yang dimaksud dengan al-amn (merasa aman) di sini adalah merasa aman dari makar Allāh ﷻ. Kalau seseorang tidak ada rasa takut sama sekali terhadap Allāh ﷻ, sama sekali tidak ada rasa takut, merasa aman dari makar Allāh ﷻ, merasa aman dari adzab Allāh ﷻ, tidak ada rasa takutnya kepada Allāh ﷻ, maka inilah yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam.

Ini maksud ucapan beliau: wal-amnu wal-iyaasu yankulāni ‘an al-millah. Kalau sama sekali tidak ada rasa takut kepada Allāh ﷻ:

أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ.
“Apakah mereka merasa aman terhadap makar Allāh? Maka tidak merasa aman dari makar Allāh kecuali orang-orang yang rugi.” (QS. Al-A’rāf: 99)

Tapi kalau seseorang masih ada rasa takut terhadap adzab Allāh ﷻ, tetapi dia masih melakukan dosa dan seterusnya, tapi ada rasa takut, maka ini tidak sampai mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Yang mengeluarkan adalah merasa aman dari adzab Allāh ﷻ dan tidak ada rasa takut sama sekali kepada Allāh ﷻ.

Wal-iyaasu (putus asa) demikian pula, putus asa dari rahmat Allāh ﷻ. Artinya, putus asa di sini adalah sama sekali tidak ada harapan kepada Allāh ﷻ. Maka inilah yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam:

وَلَا تَيْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَيْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَـٰفِرُونَ
“Dan tidaklah putus asa dari rahmat Allāh kecuali orang-orang yang kafir.” (QS. Yūsuf: 87)

Yaitu, yang sama sekali tidak punya harapan di dalam hatinya. Tapi kalau seseorang berkurang keimanannya, kemudian ada harapan di dalam hatinya cuma tipis, maka ini tidak sampai mengeluarkan seseorang dari agama Islam.

Seharusnya seorang Muslim menggabungkan antara dua ibadah ini, yaitu mengharap kepada Allāh ﷻ dan juga takut kepada Allāh ﷻ. Mengharap kepada Allāh ﷻ tapi jangan sampai merasa aman dari makar Allāh ﷻ, dan takut kepada Allāh ﷻ tapi jangan sampai membawa kita kepada putus asa dari rahmat Allāh ﷻ. Jadi yang benar adalah di antara keduanya.

Makanya setelahnya beliau mengatakan

وَسَبِيلُ الحَقِّ بَيْنَهُمَا لِأَهْلِ القِبْلَةِ

jalan yang benar adalah di antara keduanya, bagi rang-orang yang termasuk ahlul-qiblah — yaitu orang-orang Islam — mereka menggabungkan antara rasa takut dengan rasa harap. Jadi rasa takut mereka tidak berlebihan hingga membawa mereka kepada putus asa terhadap rahmat Allāh ﷻ, dan pengharapan mereka kepada Allāh ﷻ tidak sampai menjadikan mereka merasa aman dari makar Allāh ﷻ. Inilah jalan ahlussunnah wal-jama’ah.

Orang yang beribadah kepada Allāh ﷻ dengan rasa takut saja, ini adalah orang-orang Khawārij. Mereka itu menyembah Allāh ﷻ hanya dengan ibadah khauf (rasa takut) saja, tanpa ada rasa harap.

Adapun orang-orang Murji’ah, mereka beribadah kepada Allāh ﷻ hanya dengan harapan saja, tidak ada di sana rasa takut, atau ada rasa takut tapi sangat-sangat sedikit. Demikian pula orang-orang Khawārij, takut saja, ada harapan tetapi sangat-sangat sedikit.

Sedangkan orang-orang Ṣūfi, mereka menyembah Allāh ﷻ dengan mahabbah (rasa cinta) saja, bukan karena mengharap Surga atau meminta dihindarkan dari Neraka. Tentunya ini adalah kesesatan sehingga sebagian ulama mengatakan:

مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِالْخَوْفِ فَقَطْ فَهُوَ حَرُورِيٌّ، وَمَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِالرَّجَاءِ فَقَطْ فَهُوَ مُرْجِئٌ، وَمَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِالْمَحَبَّةِ فَقَطْ فَهُوَ صُوفِيٌّ أَوْ زِنْدِيقٌ، وَمَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِالْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ وَالْٱلْمَحَبَّة فَهُوَ سُنِّيٌّ
“Barangsiapa menyembah Allāh dengan rasa takut saja, maka dia Haruriyyah (Khawārij). Barangsiapa menyembah Allāh dengan harapan saja, maka dia Murji’ah. Barangsiapa menyembah Allāh dengan cinta saja, maka dia Ṣūfiyyah (Zindiq). Dan barangsiapa menyembah Allāh dengan rasa takut, harapan, dan cinta, maka dia Sunni.”

Beribadalah kepada Allāh ﷻ dengan harapan, dengan rasa takut, yaitu antum beribadah karena mengharap pahala dari Allāh ﷻ. Antum beribadah di waktu yang sama karena takut terhadap adzab Allāh ﷻ. Antum beribadah kepada Allāh ﷻ dengan maksud untuk menunjukkan kecintaan kita kepada Allāh ﷻ. Maka inilah seorang Sunni.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top