Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله
Halaqah yang ke-104 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.
Beliau mengatakan
وَنَرْجُو لِلْمُحْسِنِينَ مِنَ المُؤْمِنِينَ
di antara keyakinan kami, Ahlussunnah wal Jama’ah, bahwasanya kami berharap untuk orang-orang yang muhsin, yaitu orang-orang yang berbuat baik. Dan berbuat baik di sini bukan hanya maksudnya berbuat baik kepada orang lain, tapi baik di dalam amalannya — dia beramal, dia beriman. Itu berarti muhsin.
Nah, kita Ahlussunnah wal Jama’ah berharap untuk mereka-mereka ini. Bahwasanya orang-orang yang demikian, orang yang beriman, beramal shalih, menuntut ilmu, menjaga kewajibannya, meninggalkan perkara yang diharamkan, di antara orang-orang yang beriman, kita berharap semoga mereka ini adalah termasuk penduduk Surga. Kita berharap semoga mereka ini adalah penduduk Surga karena Allāh ﷻ telah memberikan taufiq kepada mereka untuk berislam dan juga beramal shalih. Kita berharap semoga mereka ini adalah termasuk penduduk Surga.
Tidak boleh kita memastikan. Makanya di sini beliau menggunakan narjū — kita berharap. Yang tidak boleh adalah najzim — memastikan seseorang ini termasuk penduduk Surga.
Melihat seseorang, dia rajin shalat ke masjid, kemudian mengatakan, “Fulan min ahlil-jannah.” Ini berarti jazm. Ini tidak boleh. Dalam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, dalam aqidah kita, tidak boleh mengatakan demikian.
Kenapa? Karena kita tidak tahu dengan apa dia akan menutup amalannya. Sekarang kita lihat dia istiqomah secara zhāhir, tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi, apa yang sudah ditulis dalam Lauh Mahfūdz, apa yang ada dalam hati beliau kita tidak tahu.
Sehingga, sebagaimana dalam hadits:
وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى لَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا
Sungguh, salah seorang dari kalian mengamalkan amalan penduduk Surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan Surga kecuali satu jengkal saja. Kemudian sudah ditulis dalam Lauh Mahfūdz, akhirnya dia mengamalkan amalan penduduk Neraka, dan akhirnya dia masuk ke dalam Neraka.
Kita tidak tahu apa yang menjadi akhir dari amalan seseorang. Ada orang yang dulunya dia da’i, bahkan membantah orang-orang liberal, membantah orang-orang atheis, ternyata Subḥānallāh, dia sendiri yang keluar dari agama Islam. Itu terjadi.
Makanya, apa yang diucapkan oleh Imam Abū Ja’far At-Tahāwī, shahih.
نَرْجُو — narjū — kita berharap saja semoga Allāh ﷻ memasukkan dia ke dalam Surga dan menjadikannya termasuk penduduk Surga.
Adapun memastikan, “Fulan min ahlil-jannah,” maka ini harus ada dalilnya. Kalau memang ada dalilnya, Fulan termasuk penduduk Surga, ya tidak masalah. Memang kita harus memastikan, sebagaimana dipastikan oleh Nabi ﷺ.
Seperti ketika beliau mengatakan:
أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ
Abu Bakr di Surga, Umar di Surga, Utsman di Surga, Ali di Surga.
Dan sepuluh orang yang dikabarkan oleh Nabi ﷺ masuk ke dalam Surga, maka kita memastikan mereka masuk ke dalam Surga, sebagaimana Nabi ﷺ memastikan.
Bahkan, yang meragukan itu yang berbahaya. Atau mengatakan yang sebaliknya, “Abu Bakr di Neraka,” padahal Nabi ﷺ mengabarkan beliau di dalam Surga. Ini bahaya.
Nabi ﷺ mengabarkan bahwasanya Al-Hasan dan Al-Husain:
سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
Keduanya adalah pemuka para pemuda yang ada di dalam Surga.
Nabi ﷺ mengatakan tentang Ukkasyah:
أَنْتَ مِنْهُمْ
Engkau termasuk mereka.
Itu termasuk orang yang masuk ke dalam Surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Nah, yang seperti ini kita pastikan mereka adalah termasuk penduduk Surga.
Adapun yang lain, yang tidak ada kabarnya, maka kita berharap untuk orang-orang yang berbuat baik di antara mereka.
وَلَا نَأْمَنُ عَلَيْهِمْ — dan kita tidak merasa aman atas mereka.
Ya, kita berharap semoga mereka masuk ke dalam Surga, tapi tidak boleh kita merasa aman atas mereka. Yaitu, kalau sudah beriman berarti pasti nanti istiqomah sampai mati misalnya, ini merasa aman.
Kita tidak merasa aman, karena yang namanya hati ini berada di antara dua jari di antara jari-jari Allāh ﷻ.
Allāh ﷻ gerakkan kapan saja Allāh ﷻ kehendaki.
Maka, kita tidak boleh merasa aman. Kita berharap semoga mereka masuk ke dalam Surga Allāh ﷻ dan kita jangan merasa aman, “Pasti dia akan demikian sampai dia mati.” Ini tidak boleh. Kita harus waspada, banyak berdoa:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Yā Muqallibal Qulūb, tsabbit qalbī ‘alā dīnik.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Rabbana, lā tuzigh qulubanā ba’da idh hadaytanā wahab lanā min ladunka rahmatan, innaka anta Al-Wahhāb.
Kita tidak boleh merasa aman. Kita bersyukur mereka mendapatkan hidayah, tapi kita tidak boleh merasa aman mereka akan demikian keadaannya.
Makanya adanya tawāṣī — kita saling berwasiat satu dengan yang lain, saling bekerja sama, saling bergandengan untuk tetap istiqomah di atas tauhid, di atas sunnah.
Karena terkadang seseorang tidak sadar kecuali ketika dinasihati oleh orang lain, bagaimanapun tingkatan keimanannya, tingkatan amal shalihnya, tapi harus ada di sana saudara yang mengingatkan.
وَلَا نَأْمَنُ عَلَيْهِمْ وَلاَ نَشْهَدُ لَهُمْ بِالْجَنَّةِ
Dan tidak boleh kita mempersaksikan untuk mereka dengan Surga.
Maksudnya adalah memastikan. Seperti yang tadi kita sebutkan, tidak boleh kita memastikan dia adalah termasuk penduduk Surga.
Jadi, kita berharap, kita berdoa, kita berhusnuzan kepada Allāh ﷻ. Semoga Allāh ﷻ memasukkan Fulan ini ke dalam Surga-Nya karena dia orang baik, dia menjaga shalat. Kemudian, kita tidak boleh merasa aman. Ya, kita memohonkan ampun untuk beliau.
وَلَا نَشْهَدُ عَلَيْهِمْ بِالْجَنَّةِ
Kita tidak boleh bersaksi, memastikan bahwasanya dia adalah penduduk Surga. Sebatas kita berharap saja.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته