Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 103 | Dosa Memberikan Mudharat Kepada Keimanan Seorang Mukmin

Halaqah 103 | Dosa Memberikan Mudharat Kepada Keimanan Seorang Mukmin

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-103 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.

Beliau mengatakan

وَلَا نَقُولُ لَا يَضُرُّ مَعَ الإِيمَانِ ذَنْبٌ لِمَنْ عَمِلَهُ

Kita memang tidak mengkafirkan orang yang melakukan dosa besar, tetapi kita katakan dia termudharati, berkurang keimanannya dengan sebab dosa besar tadi, bukan berarti tidak keluar dari agama Islam kemudian dosa itu tidak ada pengaruhnya pada dirinya. Tetap ada pengaruhnya.

Itu adalah prinsip Ahlussunnah: Al-Īmānu Yazīdu wa Yanquṣu, iman itu bertambah dan juga berkurang (dengan kemaksiatan), sebagaimana dia bertambah maka dia juga bisa berkurang

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah mereka yang apabila disebut nama Allāh, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karena ayat-ayat itu), dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.”
(QS. Al-Anfāl: 2)

Sebagaimana iman bisa bertambah, dia juga bisa berkurang dengan sebab dosa. Makanya kita katakan, orang yang melakukan dosa besar memang tidak keluar dari agama Islam (ini kita katakan untuk menentang Khawārij), tetapi keimanannya berkurang. Ini berbeda dengan orang-orang Murji’ah yang mengatakan tidak termudharati, kalau kita mengatakan termudharati dengan sebab dosa tersebut. Sehingga Syaikh mengatakan

وَلَا نَقُوْلُ لَا يَضُرُّ مَعَ ٱلْإِيمَانِ ذَنْبٌ لِمَنْ عَمِلَهُ

Dan kami Ahlussunnah tidak mengatakan bahwa dosa tidak memudharati bersama iman (kalau sudah ada iman dosa tidak memudharati) bagi orang yang mengamalkan dosa tersebut.”

Kami tidak meyakini demikian, karena keyakinan ini adalah keyakinan Murji’ah. Orang-orang Murji’ah mengatakan bahwasanya dosa, kalau sudah ada keimanan, maka dosa itu tidak akan memudharati. Orang-orang Murji’ah satu dalam keyakinan, yaitu bahwasanya amalan ini bukan termasuk iman. Ini keyakinan semua Murji’ah, cuma mereka berbeda-beda apa hakikat dari iman.

Al-Qarramiyah, mereka mengatakan iman itu yang diucapkan oleh lisan. Kalau dia sudah mengucapkan “Laa ilaha illallāh,” ya sudah, itulah iman. Dia mau mengerjakan apa saja, tidak masalah. Itu Al-Qarramiyah. Ada yang mengatakan bahwasanya iman itu ya ma’rifat, seperti orang-orang Jahmiyah.

Adapun Ahlussunnah wal Jama’ah, maka mereka meyakini bahwasanya iman itu yang diucapkan dengan lisan, dilakukan oleh perbuatan, dan diyakini dalam hati. Sehingga terkadang dia mengucapkan ucapan yang memudharati imannya — bohong misalnya, atau ghibah misalnya — atau melakukan perbuatan yang mengganggu keimanannya, mencuri, memukul tanpa hak, atau keyakinan yang mengganggu keimanannya, hasad, su’udzon, dan seterusnya.

Sehingga Ahlussunnah mereka mengatakan dosa-dosa tersebut, baik yang dilakukan oleh lisan atau hati atau perbuatan, itu akan memudharati. Nah, ini berbeda dengan Murji’ah.

Maka beliau mengatakan وَلَا نَقُوْلُ, kita tidak mengatakan ucapan Murji’ah yang mengatakan bahwasanya dosa ini tidak akan memudharati bersama keimanan. Adapun kita maka meyakini itu akan memudharati sesuai dengan kadar dosa yang dilakukan, semakin besar dosanya maka semakin besar mudharatnya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top