Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 62 | Larangan Memahami Dalil tentang Rukyatullah dengan Takwil Menggunakan Akal dan Mereka-reka dengan Hawa Nafsu

Halaqah 62 | Larangan Memahami Dalil tentang Rukyatullah dengan Takwil Menggunakan Akal dan Mereka-reka dengan Hawa Nafsu

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Beliau mengatakan rahimahullāh,

لاَ نَدْخُلُ فِي ذَلِكَ مُتَأَوِلِينَ بِآرَائِنَا

Kita tidak masuk ke dalamnya dalam keadaan kita mentakwil dengan ro’yu²/ akal-akal kita.

Seseorang sudah memiliki keyakinan terlebih dahulu, kemudian ketika membaca firman Allāh,

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍۢ نَّاضِرَةٌ
إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Kemudian mengatakan, oh melihat disini maksudnya melihat dengan mata hati,

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ

Kalian akan melihat Rabb kalian,

Ini adalah melihat dengan mata hati bukan dengan mata, ini mentakwil dengan akalnya, padahal dalam bahasa Arab yang namanya nadhor setelah Illa itu berarti melihat dengan mata, kalau melihat dengan mata hati itu annadhorofi, ini mengikuti hawa nafsu dalam hadits tadi Nabi mengatakan dalam sebuah riwayat,

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ عَيانًا

Takiif bahwasanya melihat disini melihat dengan ain bukan dengan qolbu, Ahlu Sunnah bukan demikian sikapnya,

لاَ نَدْخُلُ فِي ذَلِكَ مُتَأَوِلِينَ بِآرَائِنَا

Mentakwil, mentafsir dengan pendapat² kita, kita kembali kepada apa yang diinginkan oleh Allāh dan juga RasulNya

وَلَا مُتَوَهِّمِينَ بِأَهْوَائِنَا

dan tidak boleh kita menyangka² dengan hawa nafsunya, artinya sudah ada hawa, sudah ada hawa nafsu yang sudah meyakini bahwasanya kita tidak akan melihat Allāh di hari kiamat, kemudian ketika dalil Al-Qur’an maupun hadits akhirnya dia berbicara dengan hawa nafsu ya hadits ini adalah hadits yang dhoif atau ayatnya maksudnya adalah demikian dan demikian, padahal tidak ada di sana dalil dia berbicara dengan kebodohan dia, mendhoifkan apa yang ada dalam shahih Muslim apa yang ada dalam sahih Bukhari karena mengikuti hawa nafsu, atau kalau dia punya ilmu sedikit pernah belajarnya dia menamakan itu sebagai ta’wil, mutaawina atau mutaawina bi ahwaina, kita tidak mengikuti hawa nafsu dan kita tidak mau takwil dengan pendapat-pendapat kita ini bukan sikap seorang ahli Sunnah wal jamaah, Ahlussunnah wal jamaah mereka berserah diri, beriman dengan Allāh dan juga RasulNya dan apa yang datang dari Allāh dan juga RasulNya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allāh dan juga RasulNya

فَإِنَّهُ مَا سَلِمَ فِي دِينِهِ إِلَّا مَنْ سَلَّمَ لِلَّهِ ﷻ،وَلِرَسُولِهِ ﷺ

Karena sesungguhnya tidak akan selamat di dalam agama ini, kecuali orang yang menyerahkan diri untuk Allāh dan juga untuk Rasul-nya, perhatikan ucapan beliau sesungguhnya tidak akan selamat agama seseorang kecuali apabila dia memiliki Taslim memiliki penyerahan diri untuk Allāh dan juga untuk Rasul-nya, beriman membenarkan Allāh dan juga RasulNya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allāh dan juga RasulNya baru akan selamat, seseorang hanya mengimani Al-Qur’an dan juga hadits tetapi maknanya dia takwil sendiri dia pahami sendiri maka ini tidak selamat, ini agamanya terkena musibah selama dia masih belum menyerahkan maknanya makna yang benar sesuai dengan kehendak Allāh dan juga RasulNya, dia masih mencari-cari mentakwil, mencari-cari maknanya & tidak ada di dalam dirinya taslim atau kurang taslimnya menyerahkan dirinya kepada Allāh maka ini adalah kekurangan dan juga musibah di dalam diri seseorang Allāh subhanahu wa ta’ala mengatakan,

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
[QS An Nisa 65]

Maka Demi Rabb mu dan mereka tidak akan beriman, mereka mereka tidak dinamakan orang yang beriman sampai mereka menjadikan kamu wahai Muhammad sebagai hakim.

Mereka mengingkari rukyatullah kita jadikan Nabi Muhammad ﷺ sebagai Hakim, beliau memberikan keputusan apa yang beliau katakan, kita berselisih atau kita mengatakan tidak melihat Allāh, kami mengatakan kita akan melihat Allāh sekarang kita kembalikan apa kata Nabi ﷺ

حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ

Sampai mereka menjadikan engkau wahai Muhammad sebagai hakim didalam perselisihan,

ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا

Kemudian mereka tidak menemukan didalam diri mereka حَرَجًا
merasa berat, kalau masih ada beratnya ketika mendengar ucapan Nabi,

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ
وتعلَمونَ أنَّه لن يرى أحدٌ منكم ربَّه حتى يموتَ،

Berarti bada maut mereka akan melihat, kemudian mereka tidak menemukan di dalam diri mereka rasa berat dengan apa yang diputuskan oleh Nabi yang digambarkan oleh Nabi ﷺ,

ثُمَّ لَا يَجِدُوا۟ فِىٓ أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

Dan mereka menyerahkan diri dengan sebenar-benar penyerahan,

ini baru selamat tapi kalau masih ada rasa berat sebelumnya dia meyakini kita tidak akan melihat, kemudian mendengar hadits Nabi berat untuk meninggalkan keyakinannya dan kembali kepada apa dikabarkan oleh Nabi ﷺ maka tentunya adalah menunjukkan agamanya belum selamat , tentunya ini bukan hanya dalam masalah rukyatullāh , dalam permasalahan² yang lain secara umum kita harus memiliki Taslim ,

وَرَدَّ عِلْمَ مَا اشْتَبَهَ عَلَيْهِ إِلَى عَالِمِهِ،

Dan dia mengembalikan ilmu tentang sesuatu yang samar atasnya kepada yang mengetahui,

Dia mengembalikan sesuatu yang samar atasnya kepada yang mengetahui, Allāh subhanahu wa ta’ala Dialah yang lebih mengetahui

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ
إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

كَلَّا إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوبُونَ
[QS Al Mutafifin15]

Allāh Yang lebih tahu tentang apa yang terjadi dihari kiamat, kenapa kita ragu² untuk mengatakan kita akan melihat Allāhdi hari kiamat, Allah lebih tahu tentang apa yang terjadi dihari kiamat dan Rasulullah ﷺ lebih tahu tentang apa yang terjadi disana daripada kita karena telah diwahyukan kepadanya, beliau telah mengabarkan kita akan melihat Allāh sebagaimana kita melihat bulan, maka selamat diri kita kalau kita kembalikan apa yang kita samar yang kita tidak tahu kepada yang mengetahui kita kembalikan kepada Allāh dan juga RasulNya selesai, jangan kita terus ngotot dengan hawa nafsu kita ini adalah jalan keselamatan di dalam agama seseorang.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Transkrip: Abu Mandala

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top