Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 61 | Memahami Hadits Tentang Rukyatullah Sesuai Dengan Yang Dipahami Rasulullāh

Halaqah 61 | Memahami Hadits Tentang Rukyatullah Sesuai Dengan Yang Dipahami Rasulullāh

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Setelah beliau menyebut ayat maka beliau mengatakan,

وكل ما جاء في ذلك من الحديث الصحيح عن الرسول صلى الله عليه وسلم فهو كما قال،

Dan setiap yang datang didalam permasalahan ini yaitu didalam masalah rukyatullah,

من الحديث الصحيح عن الرسول اللهﷺ فهو كما قال

Berupa hadits yang shahih dari Nabi ﷺ maka itu seperti apa yang beliau ﷺ katakan,

Disana ada hadits² dari Nabi ﷺ yang menunjukkan tentang benarnya rukyatullah ﷻ , seperti misalnya hadist Jarir radhiyallahu taala anhu beliau menyebutkan

كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النبي اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ

Kami dalam keadaan duduk bersama Nabi ﷺ

إِذْ نَظَرَ إِلَى الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ

Tiba² beliau melihat kepada bulan dimalam bulan purnama,

Kemudian beliau mengatakan

قَالَ إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا القمر، لاَ تُضَامُونَ فِي رُؤْيَتِهِ

Sesungguhnya kalian (orang² yang beriman secara umum) akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini,
Apa yang dimaksud sebagaimana melihat bulan ini?
maksudnya adalah,

، لاَ تُضَامُونَ فِي رُؤْيَتِهِ

Kalian tidak akan saling mendhalimi ketika melihat Allāh subhanahu wa ta’ala tidak saling mendhalimi, yaitu tidak saling menyikut/ tidak saling memukul satu dengan yang lain sebagaimana ketika kalian melihat bulan.

Kita ketika melihat bulan maka masing-masing berada di tempatnya yang tidak ada orang yang saling berperang karena sama-sama ingin melihat bulan seperti itulah kalian akan melihat Allāh subhanahu wa ta’ala dihari kiamat yaitu tidak akan saling mendhalimi satu dengan yang lain, masing-masing melihat Allāh ditempatnya,

عَلى الأرائِكِ يَنْظُرُونَ﴾ ﴿تَعْرِفُ في وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيمِ

Dalam riwayat lain/atau dibaca

لَا تٓضَامونَ فِي رُؤْيَتِهِ

Kalian tidak saling berdesak-desakan di dalam melihat Allāh berarti < كَمَا > disini persamaan di sini adalah sama-sama tidak berdesak-desakan, sama-sama tidak saling mendholimi satu dengan yang lain,

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ

kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini tidak saling menzalimi satu dengan yang lain.

Jadi yang ditashbih disini yang disamakan disini bukan yang dilihat bukan berarti menyamakan Allāh dengan bulan, tidak tapi yang disamakan disini adalah kaifiyati rukyat ,bagaimana melihat yaitu sama-sama tidak saling berdesak-desakan sama-sama tidak saling menzalimi satu dengan yang lain.

Dalam riwayat yang lain,

إنَّكم سترَوْن ربَّكم عَيانًا

Kalian akan melihat Allāh subhanahu wa ta’ala dalam keadaan < عَيانًا> yaitu dengan ain/mata kalian semakin menjelaskan makna ucapan beliau.

Dalam hadits Abu Hurairah,

Ada sebagian orang bertanya kepada Nabi ﷺ

يا رَسولَ اللَّهِ عن رَبَّنَا يَومَ القِيَامَةِ؟

Wahai Rasulullah apakah Kami akan melihat Allāh Rabb kami di hari kiamat,

ini adalah ucapan orang-orang yang rindu dan cinta kepada Allāh

apakah kami akan melihat Allah di hari kiamat, maka Nabi ﷺ mengatakan

هل تُضارّون في رؤية القمر ليلة البدر؟

Apakah kalian saling memudharoti ketika melihat bulan di malam bulan purnama,

قالوا: لا يا رَسولَ اللَّهِ

Mereka mengatakan tidak wahai Rasulullah

قال: هل تُضارّون في الشمس ليس دونها سحاب؟

Apakah kalian saling memudharoti dalam
Melihat matahari yang tidak ada di sana awan?

قالوا : لا يا رَسولَ اللَّهِ

Mereka mengatakan tidak wahai Rasulullah

فإنكم ترونه كذلك

Sesungguhnya kalian akan melihat Allāh demikian.

Yaitu tidak saling memudharoti satu dengan yang lain.

Berarti yang bisa kita ambil kita akan melihat Allāh dan kita tidak akan berdesak-desakan di dalam melihat Allāh bagaimanapun banyaknya orang-orang yang beriman bagaimanapun banyaknya ahlul Jannah mereka akan melihat Allāh subhanahu wa ta’ala dan tidak akan mendesak-desakan satu dengan yang lain. Ketika Nabi ﷺ mengingatkan tentang Dajjal, Dajjal mengaku sebagai Rabbul alamin maka Nabi ﷺ mengajarkan kepada umat Islam diantara hal yang membedakan antara Dajjal yang mengaku sebagai Rabbul alamin dengan Allāhu Rabbul alamin, apa yang membedakan?

kita tidak akan melihat Allāh kecuali setelah kita meninggal, yaitu di dalam surga, adapun kita dalam keadaan masih hidup kemudian ada orang yang mengaku sebagai rabbul alamin maka ini jelas Dajjal, ini adalah kadzab/pendusta,

Beliau ﷺ mengatakan,

وتعلَمونَ أنَّه لن يرى أحدٌ منكم ربَّه ﷻ حتى يموتَ،

Ketahuilah oleh kalian bahwasanya seseorang diantara kalian tidak akan melihat Allāh ﷻ sampai dia meninggal dunia.

Kalau kita masih dalam keadaan hidup di dunia kemudian ada yang mengaku dia adalah Rabbul’alamin maka itu jelas dusta, maka ini pentingnya kita belajar agama supaya kita selamat dari fitnah, lihat Nabi ﷺ ketika mengabarkan tentang akan adanya Dajjal bagaimana beliau mengajarkan kepada kita supaya kita selamat dari Dajjal, karena fitnahnya besar ketika Dajjal keluar itu manusia dalam keadaan musibah yang besar mereka dalam keadaan paceklik yang panjang enggak ada hujan, bagaimana manusia hidup tanpa adanya air, bagaimana mereka menanam kalau enggak ada hujan berarti enggak ada tanaman kalau nggak ada tanaman bagaimana mereka makan, ekonomi dalam keadaan sangat terperosok, keluar Dajjal dalam keadaan manusia membutuhkan dan sangat membutuhkan ditambah lagi Allāh subhanahu wa ta’ala menjadikan Dajjal tersebut ketika dia mengatakan,

Wahai bumi keluarkan apa yang ada pada dirimu, maka keluarlah tanaman wahai langit turunkan hujan maka turun hujan,

Manusia yang dalam keadaan mereka kelaparan dalam keadaan mereka kehausan melihat yang demikian tentunya sangat terpukau ketika Dajjal mengatakan aku adalah Rabbul alamin, banyak diantara mereka yang beriman dengan Dajjal terutama orang yang tidak belajar agama orang yang tidak mengenal Allāh adapun orang-orang yang beriman maka mereka terbekali dengan ilmu, oh dulu Nabi ﷺ sudah berpesan bagaimanapun dia dalam keadaan kekurangan tapi dia tahu Nabi ﷺ sudah mengatakan bahwasanya kita enggak mungkin melihat Allāh didunia ini kita akan melihat Allah kelak Surga, berarti ini bukan Allāh ini Dajjal, dengan sebab ilmu maka dia selamat karena dia mau belajar apa yang terjadi di dunia ini dan apa yang dibutuhkan oleh manusia untuk menghadapi segala sesuatu yang terjadi di dunia ini Allāh subhanahu wa taala sudah bekali kita, di dalam Al-Qur’an semuanya, memang itu adalah petunjuk bagi manusia ,

هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ …

Maka orang yang mengarungi kehidupan dunia ini dan dia berpegang apa yang ada di dalam Al-Qur’an dia akan dengan selamat dengan mudah dia akan mengarungi kehidupan.

Itu adalah dalil-dalil dari sunnah Nabi ﷺ yang menunjukkan tentang kebenaran rukyatullah, maka sebagaimana yang beliau sebutkan setiap hadist² yang berbicara tentang masalah rukyatullāh dan itu adalah hadits yang shahih dari Rasulullah ﷺ, harus hadits yang shahih adapun hadits yang maudhu kita tidak memerlukan yang demikian, kalau itu adalah hadits yang shahih maka yang demikian adalah seperti yang diucapkan oleh Nabi maksudnya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Nabi kita pahami dengan bahasa Arab yang dengannya Nabi ﷺ berbicara kita pahami Dengan pemahaman para shahabat dengan pemahaman mereka telah direkomendasi oleh Nabi ﷺ,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

Sebaik-baik manusia adalah yang hidup di zaman ku yaitu para sahabat,

Berarti yang diinginkan oleh Nabi itulah disampaikan oleh para sahabat radhiyallahu taala sebagaimana kita memahami ayat sesuai dengan kehendak Allāh demikian pula kita memahami hadits sesuai dengan kehendak Nabi ﷺ untuk Rasulullah

أمانة بالرسول الله وبما جاء عن الرسول الله على مرضى رسول الله

Aku beriman dengan Rasulullah dan apa yang datang dari Rasulullah berupa hadits sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah ﷺ,

Jangan kita memahami Dengan pemahaman lain,

فهوا كما قال

Maka itu seperti yang beliau sampaikan,

ومعناه على ما أراد،

Dan maknanya sesuai apa yang beliau kehendaki,

Kami beriman, kami tidak mendatangkan dari kehendak kami sendiri,

Oleh karenanya berhati² didalam memaknai sebuah ayat/hadits bukan hanya sekedar seseorang mendapatkan ayat/hadits tapi sudah sesuaikah pemahaman kita dengan apa yang diinginkan oleh Allāh dan juga RasulNya, kita kembali kepada bahasa Arab ( belajar bahasa Arab) kita kembali kepada pemahaman para salaf, kita menelaah ucapan para ulama Ahlu Sunnah wal jama’ah para mufasirin dari kalangan Ahlu Sunnah jama’ah, Ahlu hadits dari kalangan Ahlu Sunnah wal jama’ah,kita berusaha dalam memahami makna dari ayat dan juga hadits Nabi ﷺ.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Transkrip: Abu Mandala

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top