Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm > Halaqah 07 | Simpul 05 – Menempuh Jalan yang Menyampaikan kepada Ilmu

Halaqah 07 | Simpul 05 – Menempuh Jalan yang Menyampaikan kepada Ilmu

Kitab: Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Halaqah yang ke-7 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullahu ta’ala.

المعقد الخامس

Simpul yang kelima adalah

سلوك الجادة الموصلة إليه

yaitu kita menempuh jalan yang menyampaikan kepada ilmu, kalau kita memang mengagungkan ilmu maka kita tempuh jalannya karena ilmu ini dia sudah memiliki jalan sendiri, kalau kita menempuh jalan ilmu tadi untuk mendapatkan ilmu maka berarti kita mengagungkan dan memuliakan ilmu, tapi kalau kita memilih jalan sendiri untuk mendapatkan ilmu maka kita tidak sampai dan berarti kita tidak mengagungkan ilmu itu sendiri.

لكلِّ مطلوبٍ طريقٌ يُوصل إليه،

Segala suatu yang dicari itu ada jalannya yang menyampaikan kepada ilmu

فمن سلك جادَّةَ مطلوبه أوقَفَتْهُ عليه

maka barang siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan sesuatu tadi maka dia akan mendapatkan sesuatu tadi

ومن عَدَلَ عنها لم يظفر بمطلوبه

barangsiapa yang menyimpang dari jalan tadi maka dia tidak akan mendapatkan apa yang dicari

وإنَّ للعلم طريقًا

dan sesungguhnya ilmu juga demikian, dia punya cara punya jalan

من أخطأها ضلَّ ولم يَنَلِ المقصود

barang siapa yang salah dan tidak menempuh jalan tadi maka dia akan sesat dan dia tidak akan mendapatkan maksudnya

وربما أصاب فائدةً قليلةً مع تعبٍ كثيرٍ

dan mungkin saja dia mendapatkan faedah, karena dia bermajelis ilmu dia mendapatkan faedah, tapi sedikit yang dia dapatkan berbeda dengan orang yang menempuh jalan yang benar dalam menuntut ilmu maka dia akan mendapatkan faedah yang banyak

مع تعبٍ كثيرٍ

disertai dengan capek yang luar biasa.

Karena dia tidak menempuh jalannya akhirnya dia sedikit sekali mendapatkan ilmu tadi dan dia capek, capek karena dia salah jalan.

Dia orang yang tersesat ingin ke surabaya misalnya maka mungkin dia tidak sampai ke surabaya atau dia sampai ke surabaya tapi setelah dia capek, setelah dia mutar ke sana kemari baru dia sampai ke surabaya. Ini semua karena dia tidak mengikuti rambu-rambu tidak mengikuti jalan, kalau dia menempuh jalan dalam menuntut ilmu seperti yang ditempuh oleh para ulama maka insyaAllāh dia akan sampai kepada ilmu tersebut.

وقد ذكر هٰذا الطَّريق بلفظٍ جامعٍ مانعٍ محمَّدُ مرتضىٰ بن محمَّدٍ الزَّبيديُّ – صاحب تاج العروس

Dan telah menyebutkan jalan ini dengan lafadz yang menyeluruh dan dia lafadz yang menyingkirkan yang bukan masuk di dalamnya yaitu Muhammad Murtadha Ibnu Muhammad Azzabidiy yang mengarang Tājul ‘Arūs

في منظومةٍ له تُسمَّىٰ الفية السند يقول فيها

di dalam sebuah mandzumah yang dinamakan dengan Alfiatu Assanad, beliau mengatakan

فما حوىٰ الغايةَ في ألفِ سَنَهْ
شخصٌ فخذ من كلِّ فنٍّ أحسنهْ

tidak akan mencapai puncak di dalam 1000 tahun seseorang, maksudnya adalah seseorang yang tidak menempuh jalan ilmu meskipun dia belajar 1000 tahun kalau dia tidak menggunakan tidak menempuh jalan ilmu maka dia tidak akan sampai puncaknya

فخذ

maka beliau memberikan nasihat, maka ambillah

من كلِّ فنٍّ أحسنهْ

maka ambillah dari setiap cabang ilmu itu yang paling baik, maksudnya yang paling baik disini

بحفظ متنٍ جامعٍ للرَّاجحِ

dengan cara Antum menghafal, harus ada menghafalnya

متنٍ جامعٍ للرَّاجحِ

yang Antum hafal adalah matan yang menyeluruh atau matan yang isinya adalah perkara-perkara yang rajih menurut orang-orang yang ahli di dalam bidang tersebut, karena ilmu ini sudah berlalu bertahun-tahun dan para ulama yang menekuni bidang tadi mereka sudah mengetahui mana yang lebih kuat di antara permasalahan-permasalahan.

Di sana ada Matan yaitu kitab yang ringkas isinya adalah ringkasan dari ilmu-ilmu tadi, dijadikan dalam satu kitab yang ringkas dengan kata-kata yang mudah atau dengan kata-kata yang ringkas dan isinya adalah perkara-perkara yang lebih kuat di antara permasalahan-permasalahan tadi. Kalau memang di sana ada khilaf ada permasalahan yang diperselisihkan maka yang disebutkan dalam kitab tadi tidak semuanya tapi cukup dengan yang dikuatkan, ini namanya Matan.

Berarti disini jangan sampai kita menghafal Matan yang masih disebutkan disitu khilaf, carilah Matan yang memang dia menyeluruh diringkas ilmu tadi dalam Matan tersebut dan itu hanya mengumpulkan pendapat-pendapat yang kuat saja.

تأخذُه علىٰ مفيدٍ ناصحٍ

Bukan hanya menghafal Matan itu saja tapi engkau membawanya / mempelajarinya kepada orang yang bisa memberikan faedah, orang yang memahami.

Berarti Antum harus mempelajari Matan tadi kepada orang yang memahami Matan tadi yang bisa memberikan Antum faedah, dan dia adalah orang yang memang ingin kebaikan untuk Antum, ingin Antum paham ingin Antum itu beramal ingin Antum berhasil dalam menuntut ilmu berarti harus mencari seorang guru yang dia adalah مفيدٍ ناصحٍ dan akan diterangkan oleh beliau di sini apa yang dimaksud.

فطريق العلم وجادَّتُه مبنيَّةٌ علىٰ أمرين

Maka cara atau jalan menuntut ilmu adalah dibangun di atas dua perkara

من أخذ بهما كان معظِّما للعلم؛ لأنَّه يطلبه من حيث يُمكن الوصول إليه

barang siapa yang menempuh dua cara tadi atau dua perkara tadi maka berarti dia mengagungkan ilmu, karena dia mencari ilmu dengan caranya / cara yang memungkinkan dia sampai kepada ilmu tadi.

Berarti kalau kita mencari ilmu tapi bukan dengan caranya itu berarti kita dianggap menghinakan ilmu, mau mencari ilmu bukan dengan cara tadi dianggap kita ini menghinakan ilmu, jadi menuntut ilmu harus dengan caranya dan ini adalah menunjukkan kita itu senang dan kita itu ingin mencapai ilmu tersebut.

فأمَّا الأمر الأوَّل

Maka yang pertama

فحفظ متنٍ جامعٍ للرَّاجح

yang pertama adalah kita menghafal Matan yang mencakup atau isinya adalah perkara-perkara yang rajih (kuat)

فا بدَّ من حفظٍ

maka harus menghafal

ومن ظنَّ أنَّه يَنال العلم با حفظٍ فإنَّه يطلب مُحالً

barang siapa yang menyangka bahwasanya dia bisa mendapatkan ilmu tanpa menghafal berarti dia sedang mencari sesuatu yang mustahil.

Para ulama menghafal dan yang dihafal Matan, jadi Matan itu adalah perkara yang ringkas, kalau antum belajar ingin belajar aqidah menghafal matan-matan aqidah Antum ingin belajar fiqih yang menghafal matan-matan ringkas tentang masalah fiqih yang ada dalam setiap mazhab.

والمحفوظ المعوَّل عليه هو المتن الجامع للراجح؛ أي المعتمد عند أهل الفنِّ

Dan yang dihafal adalah Matan yang mengumpulkan perkara-perkara yang rajih maksudnya adalah yang dijadikan pegangan / tumpuan menurut ulama-ulama yang ada di cabang ilmu tersebut.

Jadi mereka semuanya sepakat dan mereka banyak mensyarah kitab tadi atau Matan tadi ini menunjukkan bahwasanya kitab ini adalah menjadi pegangan bagi ulama-ulama yang ada di di dalam cabang ilmu tadi, misalnya kalau ushul fiqh di sana ada al-waraqat kalau masalah aqidah di sana ada aqidah washithiah atau lum’atul i’tiqad ini banyak disyarah oleh para ulama karena ini adalah suatu yang mu’tamad / dijadikan pegangan oleh mereka, ini kita harus semangat untuk menghafalnya.

وأمَّا الأمر الثَّاني

Adapun yang kedua

فأخذه علىٰ مفيدٍ ناصحٍ

adalah kita mempelajari Matan tadi kepada seorang yang bisa memberikan faedah dan dia adalah orang yang menginginkan kebaikan untuk kita

فتفزع إلىٰ شيخٍ تتفهَّمُ عنه معانيَه، يتَّصف بهذين الوصفين

maka hendaklah engkau mendatangi seorang guru yang maksud antum mempelajari ilmu tersebut di hadapan beliau adalah ingin memahami maknanya yang dia memiliki dua sifat ini yaitu

و أوَّلهما

sifat yang pertama adalah

الإفادة

dia bisa memberikan faedah ke Antum

وهي الأهليَّة في العلم، فيكونُ ممَّن عُرف بطلب العلم وتلقِّيه حتىٰ أدرك، فصارت له مَلَكةٌ قويَّةٌ فيه

Dia adalah orang yang ahli di dalam ilmu tersebut maka beliau adalah termasuk yang dikenal dengan menuntut ilmu, jadi orangnya memang dikenal sebagai penuntut ilmu, dan dikenal dia menerima ilmu tersebut dari guru-gurunya

حتىٰ أدرك

sampai dia memahami sehingga dia memiliki مَلَكةٌ قويَّةٌ kemampuan yang kuat di dalam ilmu tersebut, ini kita harus mencari siapa di antara mereka yang memiliki sifat ini.

والأصل في هٰذا ما أخرجه أبو داود في ‘سننه’ بإسنادٍ قويٍّ عن ابن عبَّاسٍ أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: تسمعون، ويُسمع منكم، ويُسمع ممَّن يَسمع منكم

Dalilnya adalah apa yang dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud di dalam sunannya dengan sanad yang kuat dari Ibnu Abbas bahwasanya Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam mengatakan; Kalian mendengar dan didengar dari kalian, kalian mendengar yaitu para sahabat kalian mendengar dari saya

ويُسمع منكم

dan orang yang setelah kalian mendengar dari kalian

ويُسمع ممَّن يَسمع منكم

kemudian orang yang datang setelah kalian diambil ilmunya oleh yang setelahnya, berarti di sini guru ke muridnya kemudian murid ke muridnya lagi murid ke muridnya lagi, ini adalah dalil bahwasanya kita harus mengambil ilmu dari guru (talaqqi) bukan membaca sendiri.

والعرة بعموم الخطاب، لا بخصوص المخاطَب

Dan pelajarannya di sini adalah dengan umumnya ucapan Nabi ﷺ tadi bukan khususnya orang yang diajak bicara oleh Nabi ﷺ, karena saat itu Beliau ﷺ ketika mengatakan تسمعون yang diajak bicara adalah para sahabat tapi yang yang menjadi pelajaran kita yang kita ambil pelajaran di sini adalah keumuman ucapan Beliau ﷺ.

Jadi تسمعون bukan hanya para sahabat saja tapi maksudnya adalah umat ini semuanya bukan hanya sahabat saja tapi ini adalah cara umat ini semuanya dalam menuntut ilmu yaitu dengan dari seorang guru.

فا يزال من معالم العلم في هٰذه الأمَّة أن يأخذه الخالف عن السَّالف

Maka di dalam umat ini senantiasa ketika mereka termasuk menara-menara ilmu cara mereka mendapatkan ilmu adalah yang setelahnya mengambil ilmu dari yang sebelumnya, seorang murid mengambil ilmu dari gurunya dari dulu demikian.

أما الوصف الثَّاني فهو النَّصيحة

Adapun yang kedua maka guru tersebut dia memiliki nashihah

وتجمع معنيين ٱثنين

yang dimaksud dengan nashihah seorang guru yang bernasihat adalah yang memiliki dua sifat

أحدهما

yang pertama seorang guru yang nashih (yang menginginkan kebaikan bagi kita)

صلاحية الشَّيخ للاقتداء به

Syaikh (guru) tersebut pantas untuk ditiru

والاهتداء بهديه

dia pantas untuk ditiru petunjuknya

ودَلِّه وسَمْته

dan juga tingkah lakunya (gerak-geriknya) bisa dijadikan contoh bagi yang lain, itu yang pertama.

والآخر

adapun yang kedua, sifat yang kedua yang ini merupakan sifat seorang guru yang nashih

معرفته بطرائق التَّعليم

beliau punya pengalaman bagaimana cara mengajar, punya pengalaman tentang cara-cara di dalam mengajar

بحيث يُحسِن تعليمَ المتعلِّم

yaitu mampu mengajari orang yang sedang belajar, mengerti keadaan oh ini kalau demikian maka diajari demikian, beliau sudah punya pengalaman untuk mengajar orang yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa orang yang sebelumnya tidak paham menjadi paham.

Karena ada sebagian mungkin secara keilmuan dia bagus diakui tapi belum tentu beliau bisa mengajarkan kepada orang lain, tentunya kita belajar ingin mendapatkan faedah untuk apa kita duduk lama-lama di situ tapi kita tidak paham, beliau sebenarnya berilmu tapi kita tidak paham bagaimana dan apa yang beliau maksud. Tentunya kita ingin mencari seorang guru yang nashih diantaranya adalah yang memiliki kemampuan untuk mentransfer menyampaikan ilmu tadi kepada orang lain.

ويعرف ما يَصلُح له وما يضرُّه

Guru tersebut mengetahui apa yang baik bagi muridnya dan apa yang memudharati muridnya, dia tahu ini jangan dibaca dulu ini kalau antum ingin memahami lebih dalam ini yang Antum lakukan

وَفق التَّربيَّة العلميَّة الَّتي ذكرها الشَّاطبيُّ في – الموافقات

sesuai dengan tarbiyyah ilmiyyah yang disebutkan oleh Asy-Syatibiy di dalam Al-Muwafaqat.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

image_pdfimage_print

3 thoughts on “Halaqah 07 | Simpul 05 – Menempuh Jalan yang Menyampaikan kepada Ilmu”

  1. Alhamdulillaah ….. Masyaa Allah materinya sangat banyak, Syukran telah sangat membatu Jazaakallahu khayran,

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top