Home > Bimbingan Islam > Tematik > Hukum Puasa Ramadhan

Hukum Puasa Ramadhan

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Amir As Soronji, M.Pd.I.
📗 Kajian Tematik | Ramadhan
📝 Serial Kultum Ramadhan
〰〰〰〰〰〰〰

HUKUM PUASA RAMADHĀN

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله وصلاة و سلم على رسول الله و على آله صحبه ومن ولاه. اما بعد

Ikhwāniy wa Akhawātiy A’ādzakumullāh wa Rahīmakumullāh.

Puasa Ramadhān merupakan salah satu ibadah yang sangat agung.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhān atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allāh, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

(Hadīts riwayat Al-Bukhāri nomor 38 dan Muslim nomor 760)

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mewajibkan umat Islām, mewajibkan umat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk berpuasa di bulan Ramadhān.

Hukum wajib ini diambil dari firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“Barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka wajib ia berpuasa pada bulan itu.”

(QS Al-Baqarah:185)

Bahkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan puasa Ramadhān menjadi salah satu pilar di antara rukun-rukun Islām.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islām dibangun di atas lima pilar, Syahadat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) Muhammad Rasūlullāh menegakkan Shalāt , membayar Zakat, Hajji, dan Puasa Ramadhān.”

(Hadīts riwayat Al-Bukhāri nomor 8)

Islām dibangun di atas lima pilar atau lima arkan, salah satunya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam katakan, “dan puasa di bulan Ramadhān”.

Ketika datang bulan Ramadhān wajib bagi orang-orang yang merasa dirinya beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan hari akhir, beriman kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka wajib baginya untuk melaksanakan puasa di bulan tersebut.

Bagaimana cara kita menentukan datang atau masuknya bulan Ramadhān?

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah menjelaskan caranya.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah mengajarkan kita bagaimana cara kita menentukan datangnya bulan Ramadhān sehingga kita wajib melaksanakan puasa Ramadhān.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَ أَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ

“Berpuasalah kalian ketika kalian melihatnya. Begitu pula ketika kalian telah melihat hilal bulan Syawwal maka hendaklah kalian berbuka.”

Yaitu ketika melihat hilal bulan Ramadhān, yaitu bulan sabit, bulan yang pertama kali muncul di setiap awal bulan.

Ketika kalian melihat hilal bulan Ramadhān maka berpuasalah !

وَ أَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ

“Begitu pula ketika kalian telah melihat hilal bulan Syawwal maka hendaklah kalian berbuka.”

فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ

Bagaimana bila kita tidak bisa melihat hilal? Mungkin karena mendung atau hal lainnya sehingga kita tidak bisa melihat hilal bulan Ramadhān.

Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjelaskan:

فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ

“Maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’bān menjadi 30 hari.”

Dua cara inilah yang Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam jelaskan dan telah disepakati oleh para ulama dari dulu untuk menjadi patokan dalam menentukan bulan Ramadhān, dalam menentukan kapan wajibnya seseorang melaksanakan puasa Ramadhān.

Para ulama dari dulu menjelaskan, bulan Ramadhān tidaklah ditetapkan dengan cara hisab, karena Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjadikan sebab puasa tersebut yaitu dengan melihat hilal bulan Ramadhān.

Ketika kita melihat hilal bulan Ramadhān maka ketika itu juga wajib kita melaksanakan puasa.

Alhamdulillāh, di negara kita sudah ada tim yang disiapkan untuk melihat hilal bulan Ramadhān, yang mana ketika ada yang melihat hilal bulan Ramadhān dilaporkan kepada pemimpin kita (ulil amri atau wakilnya) lalu diumumkan kepada masyarakat ketika tampak hilal bulan Ramadhān, maka besoknya kita sudah wajib berpuasa.

Namun apabila tidak terlihat, maka bilangan bulan Sya’bān digenapkan menjadi 30 hari.

Semoga apa yang disampaikan ini bisa bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم ثم السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

_______

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top