🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 Silsilah Al-Ushulu Ats-Tsalasah
سم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Halaqah yang ke-42 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitāb Al-Ushūlu Ats-Tsalātsah wa Adillatuhā (3 Landasan utama dan dalīl-dalīlnya) yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb bin Sulaimān At Tamimi rahimahullāh.
Beliau rahimahullāh mengatakan :
وأدناها إماطة الأذى عن الطريق
Cabang-cabang keimanan yang paling rendah
adalah menyingkirkan gangguan dijalan.
⇒ Cabang yang paling bawah adalah yang paling kecil pahalanya yaitu menyingkirkan gangguan di jalan.
Contoh :
Seseorang melihat dijalan ada sesuatu yang bisa membuat ban bocor atau ada sesuatu yang dikhawatirkan terkena kaki seseorang atau ada lubang yang dikhawatirkan bila ada sepeda lewat bisa jatuh.
Kemudian dia singkirkan gangguan tersebut, jika dia melakukannya dengan mengharap pahala dari Allāh, maka dia akan mendapatkan pahala, meskipun pahalanya kecil.
Menyingkirkan gangguan di jalan adalah cabang keimanan yang paling rendah namun jangan beranggapan bahwa orang yang tidak menyingkirkan gangguan di jalan dia tidak memiliki keimanan.
JANGAN dipahami demikian !
Jika cabang keimanan yang paling rendah saja dia tidak punya menunjukkan dia telah keluar dari Islām.
JANGAN dipahami demikian !
Pemahaman yang benar wallāhu ta’āla a’lam adalah seperti yang tadi kita sebutkan bahwasanya menyingkirkan gangguan di jalan adalah cabang keimanan yang pahalanya paling kecil dan TIDAK berarti orang yang tidak melakukannya kemudian dia keluar dari Iman atau keluar dari Islām.
Banyak diantara kita (umat Islām) ketika melihat sesuatu yang menganggu orang lain di jalan dia biarkan saja. Bahkan dia sendiri yang menjadi penyebabnya (menganggu orang lain)
misalnya dengan parkir sembarangan.
Perkara ini tidak diajarkan di dalam agama Islām !
√ Ketika sedang kajian jangan kita parkir sembarangan.
√ Jangan sampai kotoran dari rumah kita menganggu orang lain di jalan.
Orang beriman memiliki perasaan jangan sampai dia menjadi sebab terganggunya orang lain di jalan.
Ketika kita melihat gangguan di jalan yang bisa menganggu orang lain kita diperintahkan untuk menyingkirkan. Dan kita diperintahkan untuk tidak menjadi sebab terganggunya orang lain dijalan.
Apakah yang kecil ini Allāh sia-siakan di akhirat? Tidak.
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًۭا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” (QS. Al-Zalzalah :7)
مَن جَآءَ بِٱلْحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
“Orang yang datang membawa kebaikan di akhirat maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. Al-An’ām: 160)
Bukan semuanya kemudian dilipat-gandakan hanya 10 kali. Tidak
Allāh akan lipat-gandakan sesuai dengan kehendaknya, di lihat dari keikhlāsan, kesungguhannya dan mutaba’ahnya, mungkin bisa 20, 50, 100 sampai 700 bahkan bisa lebih.
Disebutkan di dalam hadīts :
بَيْنَما كَلْبٌ يُطيف بِركِيَّةٍ قَدْ كَادَ يقْتُلُه الْعطَشُ إِذْ رأتْه بغِيٌّ مِنْ بَغَايا بَنِي إِسْرَائيلَ، فَنَزَعَتْ مُوقَهَا فاسْتَقت لَهُ بِهِ، فَسَقَتْهُ فَغُفِر لَهَا بِهِ
“Telah diampuni seorang wanita pezina yang lewat di depan anjing yang menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata, “Anjing ini hampir mati kehausan”. Lalu dilepasnya sepatunya lalu diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya minum. Maka diampuni wanita itu karena memberi minum.”
Allāh melihat keikhlāsan wanita ini, dia melakukannya tanpa ada seorangpun yang melihat tanpa seorang pun yang memuji, dia lakukan karena Allāh, sehingga Allāh mengampuni dosa-dosanya.
Dosa berzina adalah dosa besar, dilakukan bukan hanya sekali atau dua kali tapi ini dijadikan sebagai mata pencaharian tapi Allāh mengampuni dosanya dengan sebab keikhlāsan menolong seekor anjing yang kehausan.
Ini adalah syahid terkadang amalan yang kecil jika kita sertai dengan keikhlasan maka akan menjadi pahala yang besar disisi Allāh.
Kemudian setelahnya beliau menyebutkan cabang-cabang keimanan yang berada diantara yang tinggi dan yang rendah.
Beliau rahimahullāh mengatakan :
والحياء شعبة من الإيمان
“Dan rasa malu adalah cabang dari keimanan”
Darimana kita tahu bahwasanya hayāa (حياء) Ini bukan yang a’lā (أعلا) bukan juga yang adna (أدن). Tapi dia ada diantara yang a’lā dan adna, dia adalah salah satu diantara cabang-cabang keimanan.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak menyebutkan apakah rasa malu ini ada di nomor 60 atau 50 atau 40 yang jelas dia adalah satu diantara cabang-cabang keimanan.
Yang dimaksud dengan malu disini adalah malu yang menyebabkan seseorang menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allāh.
Misalnya :
√ Malu karena jahil terhadap agamanya kemudian dia belajar
√ Malu menjadi seorang laki-laki yang shalāt nya dirumah terus akhirnya dia shalāt berjam’ah di masjid.
√ Malu kepada Allāh karena sudah diberi nikmat tetapi nikmat tersebut digunakan untuk kemaksiatan.
√ Malu kepada Allāh yang telah memberinya rezeki (misalnya) tapi tidak semakin baik amalannya tidak semakin baik ketaatannya.
Inilah malu yang merupakan cabang keimanan (malu yang terpuji).
Adapun malu yang menjadikan seseorang meninggalkan perintah Allāh
Seperti (misalnya) :
√ Ana malu untuk berjilbab nanti dikatakan sok suci.
√ Ana malu kalau ke masjid nanti dikatakan sok Shālih.
√ Ana malu kalau menghadiri majelis ilmu.
√ Ana malu kalau di dalam bus baca Al-Qur’an.
√ Ana malu kalau di dalam bus membaca Kitāb agama.
Maka ini adalah rasa malu yang tercela dan bukan merupakan cabang dari keimanan.
Rasa malu yang merupakan cabang keimanan adalah rasa malu yang hasilnya menjadikan seseorang menjalankan perintah Allāh dan menjauhi larangan Allāh.
Beliau ingin menjelaskan bahwasanya iman
dengan makna umum mencakup amalan dhāhir maupun amalan bathin.
Coba antum lihat yang ada di dalam hadīts,
بضع وسبعون شعبة
Adakah disini amalan yang dhāhir mengucapkan Lā ilāha illallāh ?
Apalagi yang dhāhir? إماطة الأذى عن الطريق
Adakah amalan yang bathin?
الحياء شعبة من الإيمان
Ini adalah amalan bathin
Ini adalah Iman secara umum mencakup amalan yang dhāhir maupun yang bathin.
Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya
Wallāhu Ta’āla A’lam
وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته