Home > Bimbingan Islam > Panduan Lengkap Membenahi Aqidah > Halaqah 15 : At-Tathayyur

Halaqah 15 : At-Tathayyur

🎙 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shohīhil I’tīqod (الإرشاد إلى صحيح الإعتيقاد)
📝 Fadhillatus Syaikh Sholih bin Fauzan حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين
وصلاة وسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Tema pada kesempatan kali ini adalah tentang :

▪︎ AT TATHAYYUR

Apa tathayyur itu?

Tathayyur adalah merasa sial.

Merasa sial karena melihat hewan, merasa sial dengan angka, merasa sial dengan bulan, merasa sial dengan orang dan lain sebagainya.

Dan anggapan sial seperti ini adalah termasuk perbuatan syirik yang bisa menodai tauhīd seorang hamba. Menjadikan dia lemah, menjadikan dia was-was, sedih, galau dan lain sebagainya.

Dan khurafat seperti ini masih bercokol disebabkan masyarakat kita. Masih banyak yang merasa sial kalau melihat hewan. Kalau ada burung gagak, menurut mereka tanda ada yang meninggal. Kalau orang mau bepergian kemudian melihat ular berarti ada bencana. Mereka merasa sial dengan angka-angka 13. Merasa sial dengan bulan (biasanya bulan Syura), sehingga mereka tidak berani membuat acara (hajatan) tidak berani membuat usaha besar dan lain sebagainya.

Tentu semua ini adalah termasuk bentuk kesyirikan yang bisa menodai tauhid seorang hamba. Seorang muslim harus bertawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dia yakin dan optimis. Dia husnuzhān dan bergantung hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Tidak terpengaruh kepada khurafat-khurafat seperti ini.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menegaskan:

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ

_”Thiyyarah adalah kesyirikan.”_

(Hadīts riwayat Abu Dawud nomor 3910)

Dan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

لا عَدْوَى ولا طِيَرَةَ،

_”Tidak ada penyakit menular dengan sendirinya, tidak ada thiyyarah.”_

(HR. Bukhari no. 5757, Muslim no. 2220)

Ditiadakan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, merasa sial baik dengan angka, baik dengan bulan dan bintang, tidak boleh. Kita harus bergantung kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Yang memberikan manfaat dan menolak mudharat hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Tidak boleh bagi kita merasa sial dengan hal-hal seperti itu.

Kemudian Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:

وَيُعْجِبُنِى الْفَأْلُ

_”Yang mengagungkan aku adalah al fā’lu.”_

(Hadīts riwayat Al Bukhāri nomor 5776 dan Muslim nomor 222)

Al fā’lu (الفَأْلُ) artinya optimis, al kalimat thayyibah (كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ)

Kalau melihat ada orang namanya Selamet (misalkan), optimis ini tanda keselamatan in syā Allāh. Husnuzhān kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla karena kita dianjurkan untuk husnuzhān kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Intinya thiyyarah itu dilarang.

Apakah termasuk dosa besar atau dosa kecil?

Tergantung, kalau kita meyakini bahwa selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla, baik itu hewan, baik itu angka, baik itu bulan, itu yang bisa mendatangkan manfaat atau menolak mudharat maka ini syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islām.

Tetapi jika kita tidak meyakini hal itu, maka ini termasuk dosa atau syirik kecil yang merupakan sarana menuju syirik besar.

Jadi apapun itu wajib bagi kita untuk membersihkan diri kita dari hal-hal yang bisa menodai tauhīd termasuk dari thiyyarah.

Solusinya bagaimana?

Tawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, kuatkan Iman kita, gantungan seluruh harapan kita bertumpu hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan perbanyak doa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla agar Allāh Subhānahu wa Ta’āla menghilangkan kecemasan, was-was, pada dari diri kita.

Makanya dalam hadīts yang lain Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ

_”Barangsiapa yang tidak jadi melaksanakan hajatnya karena merasa sial berarti dia telah berbuat syirik.”_

قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟

_”Apa kafarahnya, wahai Rasūlullāh?”_

قَالَ: أَنْ يَقُوْلَ أَحَدُهُمْ :اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.

_Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab, “Hendaklah ia mengucapkan: ‘Ya Allāh, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathayyur) melainkan makhluk-Mu dan tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau’.”_

(Hadīts riwayat Ahmad (II/220), dishahīhkan oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam Tahqīq Musnad Imam Ahmad (no. 7045). Lihat Silsilatul Ahādīts ash-Shahīhah (no. 1065)).

Jadi, selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan berpengaruh. Serahkan semuanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Jangan mengikuti was-was dari syaithan.

Kuatkan iman, perbanyak doa dan dzikir, husnuzhān kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menganugerahkan kepada kita keimanan dan menganugerahkan kepada kita tawakal. Dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjauhkan kita semua dari kejelekan dan kesyirikan.

Allāhumma Àamiin.

وصلى الله على نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

____________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top