Home > Bimbingan Islam > Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah dan Hari Tasyrik > Halaqah 03: Sebab-sebab Mendapatkan Pembebasan dan Ampunan pada Hari Arafah

Halaqah 03: Sebab-sebab Mendapatkan Pembebasan dan Ampunan pada Hari Arafah

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Abul Aswad Al-Bayaty, BA حفظه لله تعالى
📖 Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah dan Hari Tasyrik Serta Beberapa Panduan Praktis Berkurban
📗 Lathā’if Ma’ārif Karya Imam Ibnu Rajab dan Talkhish Kitab Ahkam Udhiyyab wa Ad-Dzakah Karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin رحمهما الله
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله رب العالمين وأفضل الصلاة وأتم التسليم على
نبينا هذا الآمين المبعوث في رحمة للعالمين و على آله و أصحابه أجمعين اما بعد

Sahabat BiAS yang senantiasa dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Pada kesempatan kali ini kita akan bersama mendengarkan paparan tentang :

▪︎ Sebab-sebab Mendapatkan Pembebasan dan Ampunan pada Hari Arafah

Ketika kita memaparkan pada pertemuan yang lalu bahwa sebagian ulama. Sebagian ulama ulul Islām menyatakan bahwa hari Arafah merupakan hari yang paling utama.

Maka di dalamnya kita teramat sangat dianjurkan sekali untuk memperbanyak ibadah, untuk memperbanyak berdoa dan berdzikir di hari tersebut (sebanyak-banyaknya).

ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرٗا كَثِيرٗا

_”Ingatlah kepada Allāh, dengan mengingat nama-Nya sebanyak-banyaknya.”_

(QS. Al-Ahzāb: 41)

Dan di hari tersebut sebagaimana sudah kita bacakan dalīlnya, di hari itu Allāh Subhānahu wa Ta’āla paling banyak membebaskan hamba-hamba-Nya dari neraka.

Tidak ada hari lain yang melebihi banyaknya pembebasan dari neraka (dari sisi jumlah hamba-hamba Allāh yang dibebaskan).

Kalau di hari lain Allāh memberikan ampunan, maka di hari Arafah Allāh lebih banyak lagi memberikan ampunan dan Allāh lebih banyak lagi membebaskan manusia dari neraka.

Maka pada kesempatan kali ini kita akan sampaikan sebab atau sarana yang bisa menjadikan kita mendapatkan pembebasan dan ampunan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla di hari Arafah.

Barangsiapa berantusias tinggi meraih pembebasan dan perlindungan dari api neraka serta pengampunan dosa-dosanya pada hari Arafah hendaknya ia menjaga sebab-sebab dan meraih pembebasan serta ampunan. Tidak cukup seseorang bercita-cita untuk mendapatkan ampunan, tidak cukup seseorang bercita-cita untuk dibebaskan dari neraka kalau dia tidak menempuh sebab-sebabnya.

Kata pepatah disebutkan:

ترجو النجاة و لم تسلك مسالكها إن السفينة لَا تجرى على اليبس

_”Engkau mengharapkan keselamatan, namun engkau tidak menempuh jalan-jalan yang bisa mengantarkan engkau kepada keselamatan. Karena sesungguhnya perahu dan kapal, sampan dan kano tidak akan mampu berjalan atau berlayar di atas daratan yang kering kerontang.”_

Maka keinginan kita untuk diampuni oleh Allāh, terbebas dari neraka Allāh harus disertai usaha:

⑴ Berpuasa pada hari Arafah bagi orang-orang yang tidak berhaji.

Sebagaimana disebutkan dalam shahīh Muslim dari Abu Qatadah radhiyallāhu ‘anhu, dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

صِيَامُ يَومِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ علَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتي بَعْدَهُ

_”Puasa yang dilakukan pada hari Arafah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah setiap tahunnya. Aku harapkan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla, untuk menghapuskan dosa satu tahun yang telah lalu dan dosa satu tahun yang akan datang.”_

(Hadits riwayat Muslim no. 1162)

Adapun dosa-dosa yang diampunkan di sini adalah dosa-dosa kecil, adapun dosa yang besar tidak akan terhapus dan dia hanya bisa terhapus dengan taubatan nasuha.

Beristighfar kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla kemudian berjanji tidak akan mengulangi dan meninggalkan sebab-sebab yang bisa mengantarkan dia kepada perbuatan dosa besar tersebut.

Para ulama mengatakan:

لَا صَغائر مع الإستمرار و ما كبائر مَعَ اِسْتِغْفَارٍ

_”Tidak ada dosa-dosa kecil jika dosa itu dilakukan terus menerus, dan tidak ada dosa besar ketika dia diikuti dengan taubatan nasuha.”_

⑵ Menjaga seluruh badan dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan pada hari tersebut.

Dan biasanya maksiat berhenti, yang biasanya bangun tidur membuka HP menonton hal-hal yang dilarang berhenti.

Dan hendaknya kita membuka hari tersebut dengan dzikir, dengan doa perlindungan agar Allāh Subhānahu wa Ta’āla melindungi kita dari perbuatan-perbuatan mungkar di hari tersebut sejak awal hari sampai di penghujung hari.

Jadi menjauhi perbuatan kemaksiatan dengan sekuat tenaga dan tidak cukup untuk mengandalkan kemampuan diri di dalam menghindari kemaksiatan.

Disebutkan ada satu doa khusus yang bisa kita panjatkan:

اللهم أرنا الحق حقاً وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلاً وارزقنا اجتنابه

“Allahumma arinal haqqo, haqqo, warzuqnattiba’ah, wa arinal batila, batila, warzuqnajtinabah.

_”Yā Allāh, tunjukkan kepadaku yang haq itu haq, berikanlah kekuatan untukku untuk mengikutinya dan tunjukkan kepadaku yang bathil itu bathil dan anugerahkan kekuatan kepadaku untuk menjauhi kebathilan tersebut.”_

⑶ Memperbanyak membaca syahadatu tauhīd dengan penuh keikhlasan, kejujuran.

Tentu yang lebih utama adalah kita mempelajari apa itu kalimat al-tauhīd, syarat dan rukunnya seperti apa? Agar tatkala kita membacanya kita membaca di atas ilmu dan basyir.

Karena ia merupakan pokok dan dasar islam yang telah disempurnakan oleh Allāh pada hari tersebut.

Disebutkan dalam Al-Musnad dari Abdullāh bin Amr bahwasanya, beliau berkata:

كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُولِ اَللَّهِ ‏-صلى الله عليه وسلم- يَوْمِ عَرَفَة

_”Doa yang paling banyak dipanjatkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam terjadi pada hari Arafah.”_

Di hari yang lain Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berdoa, namun di hari Arafah doa Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam lebih banyak lagi.

Di antara yang bisa kita ucapkan (sebanyak-banyaknya) di hari Arafah adalah dzikir dengan redaksi:

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Dzikir ini kita baca berulang-ulang sebanyak mungkin di hari Arafah. Sejak kita bangun tidur sampai menjelang malam (kita perbanyak membaca dzikir ini).

(Hadits riwayat At-Tirmidzi no. 3585, dihukumi shahih oleh Al-Albani)

Sebab yang bisa mengantarkan kita kepada penggampunan Allāh, adalah:

⑷ Memperbanyak berdoa meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla ampunan dan meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla pembebasan dari api neraka.

Karena doa pada hari itu (Arafah) sangat diharapkan untuk dikabulkan, dan di dalam berdoa hendaknya kita mengetahui pula adab-adab berdoa, cara mengangkat tangan ketika berdoa.

Kemudian kita menghindari hal-hal yang bisa menghalangi terkabulnya doa kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, di antaranya adalah memutus silaturahim. Tidak boleh kita memutus silaturahim. Kemudian berdoa dengan menyebut Asmaul Husna.

Kata Allāh:

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ

_”Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki Asmaul Husna, berdoalah kalian dengan menyebut Asmaul Husna.”_

(QS. Al-Ar’āf: 180)

Berdoalah kalian dengan menyebut
Asmaul Husna, mengangkat tangan karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla malu kepada hamba-Nya ketika hamba-Nya berdoa (meminta) mengangkat tangan dan dia menurunkan tangannya dalam keadaan hampa (kosong), Allāh Subhānahu wa Ta’āla malu.

Kemudian selain sebab-sebab tersebut kita juga harus berhati-hati dari dosa-dosa yang menghalangi kita dari mendapatkan ampunan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di antaranya adalah:

① Kesombongan.

Orang yang sombong, orang yang takabur merasa dirinya paling besar, angkuh, merasa dirinya hebat adalah orang-orang yang tidak disukai oleh Allāh.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍ

_”Dan Allāh tidak suka kepada setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”_

(QS. Al-Hadīd: 23)

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga mengatakan:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ‏

_”Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan, meskipun sombong itu beratnya hanya sebesar darrah.”_

(Hadīts shahīh riwayat Muslim)

Di dalam riwayat lain Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga bersabda:

إن الله لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ ‏

_”Sesungguhnya Allāh tidak akan memandang orang yang menyeret pakaiannya karena sombong”_

(Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri nomor 5783)

Menjulurkan celananya, jubahnya melebihi mata kaki, dan ini hukum khusus untuk para lelaki. Allāh tidak mau melihatnya!

Bagaimana kita berdoa kepada Allāh dalam keadaan kita melakukan penyimpangan seperti itu, terus kemudian kita berharap Allāh mengabulkan doa kita?

ما شَيْء وكَلاَّ

Sesuatu yang tidak mungkin !.

② Terus menerus melakukan dosa-dosa besar.

Kita berdoa, kita berdzikir, kita meminta kepada Allāh di hari Arafah tapi di sisi yang lain kita terus menjalankan dosa besar. Kita tetap menikmati harta riba, dan kita merasa nyaman, merasa tenang (tentram) memakan harta riba. Merasa nyaman, merasa tenang menganggu wanita yang bukan mahramnya, menggoda (merayu) nya melalui media sosial (Na’ūdzubillāhi min dzālik)

Dan dosa-dosa besar yang lainnya. Hendaknya kita tinggalkan agar Allāh Subhānahu wa Ta’āla berkenan menganugerahkan ampunan dan pembebasan dari neraka untuk kita.

Wallāhu ta’āla a’lam bishawab.

____________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top