Home > Bimbingan Islam > Syarah Ushul Iman > Halaqah 12 : Iman Kepada Kitab Allāh ﷻ

Halaqah 12 : Iman Kepada Kitab Allāh ﷻ

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Syarhu Ushul Iman Nubdzah Fīl ‘Aqīdah (شرح أصول الإيمان نبذة في العقيدة)
📝 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمد الله وصلاة وسلام على رسول الله وعلى آله واصحابه و من والاه، و لا حول ولا قوة إلا بالله اما بعد

Sahabat BiAS, kaum muslimin rahīmani wa rahīmakumullāh.

In syā Allāh kita melanjutkan pembahasan dari Risalah Syarah Ushul Iman Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāhu ta’āla.

In syā Allāh, kita masuk pada pembahasan,

▪︎ IMAN KEPADA KITAB-KITAB ( الإيمان بالكتب)

Beriman kepada kitab-kitab adalah satu di antara rukun iman yang wajib kita imani. Adapun yang dimaksud dengan Al-Kutub (الكتب) jamak dari kitāb (الكتاب) maknanya adalah مكتوب yang ditulis.

Tetapi yang dimaksud dengan beriman kepada kitab-kitab di sini adalah:

الكتب التي أنزلها تعالي على رسله رحمة للخلق وهداية لهم

Beriman kepada kitab-kitab yang Allāh turunkan kepada para rasul sebagai rahmat Allāh kepada para makhluk dan menjadi hidayah, panduan, bimbingan bagi mereka dalam meniti kehidupan.

ليصلوا بها إلى سعادتهم في الدنيا والآخرة

Dalam rangka mengantarkan mereka, agar mereka betul-betul berbahagia di dunia dan di akhirat.

Ini adalah kitab yang Allāh turunkan kepada setiap nabi dan rasul atau kepada para rasul Allāh, yang Allāh kehendaki. Allāh turunkan kitab-kitab ini untuk menjadi kitab panduan hidup menuju kehidupan, kebahagian yang hakiki dunia dan akhirat.

Adapun iman kepada kitab meliputi beberapa perkara, di antaranya:

الإيمان بأن نزولها من عند الله حقا

⑴ Beriman bahwa kitab-kitab tersebut betul-betul turun dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla, sehingga tidak ada sangkaan bahwa kitab tersebut datang dari manusia, ucapan malaikat, ucapan makhluk, atau ucapan ilmuwan.

Kita harus betul-betul mengimani bahwa kitab-kitab tersebut datang dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

الإيمان بما علمنا اسمه منها

⑵ Kita mengimani kitab-kitab yang telah Allāh telah jelaskan namanya, kita mengetahui nama-nama kitab tersebut.

Seperti kitab:

√ Al-Qur’ān yang Allāh turunkan kepada Rasūlullāh Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
√ Taurat yang Allāh turunkan kepada nabiyullāh Musa alayhissallām.
√ Injil yang Allāh turunkan kepada nabiyullāh Isa alayhishshalātu wassalām.
√ Zabbur yang Allāh turunkan kepada nabiyullāh Dawud alayhissallām.

Adapun kitab yang tidak kita ketahui namanya maka kita mengimaninya secara global (فنؤمن به إجمالا), kita imani bahwa kitab-kitab tersebut Allāh turunkan kepada para rasul tetapi kita tidak tahu namanya.

Adapun yang Allāh sebutkan namanya seperti Al-Qur’ān, Taurat, Injil, Zabbur maka kita imani kitab-kitab tersebut.

تصديق ما صح من أخبارها

⑶ Membenarkan khabar-khabar shahīh yang disampaikan di dalam kitab-kitab tersebut.

Seperti (umpamanya):

Al-Qur’ān yang telah menyampaikan khabar-khabar, khabar tentang surga, khabar tentang neraka, khabar tentang Allāh, khabar tentang jin, tentang malaikat. Khabar-khabar (perkara-perkara) ini sifatnya wajib kita benarkan.

Selama pengkhabaran itu tidak diubah-ubah sebagaimana kitab-kitab terdahulu yang telah banyak diubah oleh para penjahat yang mengubah kitab-kitab tersebut.

Sebagaimana Allāh katakan tentang orang-orang yahudi:

يُحَرِّفُونَ ٱلْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ

_”Mereka telah mengubah-ubah kitab (perkataan Allāh) dari tempat-tempatnya.”_

(QS. Al-Māidah: 13)

Oleh karena itu apa yang tertera di dalam kitab perjanjian lama, perjanjian baru atau Taurat dan Injil yang ada pada mereka, semuanya sudah diubah, semuanya bukan kalamullāh tetapi perkataan-perkataan paulus atau pendeta-pendeta mereka.

العمل بأحكام

⑷ Mengamalkan kitab ini dengan hukum-hukum selama hukum itu belum di nash atau dihapus.

Karena ada hukum-hukum yang Allāh turunkan tetapi sudah dihapus, ada yang dihapus hukumnya dan ada juga yang dihapus kalimatnya. Selama tidak dihapus secara hukum maka kita wajib mengamalkan hukum-hukum tersebut.

Seperti (umpamanya):

Rajam, ayat tentang rajam pernah diturunkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla kemudian dihapus oleh Allāh, tetapi rajam tetap dilaksanakan oleh nabi dan dilakukan sebagai hukum islam.

Ridha, tunduk dan patuh terhadap apa yang ada di dalam tuntutan syariat agama ini, walaupun dia memahami atau tidak memahami hikmahnya. Kalau itu merupakan hukum syariat, yang pertama kali adalah dia wajib untuk ridha, taslim, baik dia memahami hikmahnya atau belum memahami hikmahnya.

Tapi yang jelas semua yang Allāh sampaikan pasti mengandung hikmah. Karena Allāh adalah Al-Hakīm (الحكيم) keputusan Allāh tepat dan bijak. Allāh-lah sang pembuat hukum, dan Allāh paling mengetahui apa yang baik bagi manusia.

Oleh karena itu, dalam masalah ini tidak boleh kita mengamalkan hukum-hukum dari kitab-kitab sebelum Al-Qur’ān kecuali yang dibenarkan oleh Al-Qur’ān dan ditetapkan oleh Al-Qur’ān sebagai hukum yang diperintahkan untuk kita imani.

Ini adalah beberapa poin, bagaimana kita mengimani kitab-kitab yang Allāh turunkan.

Kemudian ketika kita mengetahui bahwasanya kitab-kitab tersebut adalah datang dari Allāh dan merupakan petunjuk bahkan merupakan rahmat bagi kita semua. Maka ketika kita mengimani kitab-kitab tersebut dengan cara yang benar maka akan membuahkan buah-buahan yang sangat indah.

Di antaranya:

العلم بعناية الله تعالي بعباده

⑴ Kita akan mengetahui bagaimana pertolongan Allāh atau perhatian Allāh kepada para hamba-Nya.

Allāh yang menurunkan kitab kepada setiap kaum untuk membimbing mereka, ini adalah pertolongan dan kenikmatan dari Allāh agar manusia betul-betul bisa mendapatkan kebahagiaan yang hakiki dunia dan akhirat mereka.

Ini merupakan rahmat Allāh, keutamaan Allāh, dimana Allāh memberikan pertolongan kepada kita dengan menurunkan kitab agar kita tidak kerepotan dan tidak meraba-raba, kepastian cara untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Kalau tidak, kita akan meraba-raba seperti orang buta.

العلم بحكمة الله تعالى في شرعه

⑵ Kita akan mengetahui hikmah Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam syariatnya, setiap syariat Allāh sangat bijak, tepat. Sehingga semua hukum Allāh adalah yang terbaik untuk manusia.

Maka Allāh katakan:

أَفَحُكْمَ ٱلْجَـٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكْمًۭا لِّقَوْمٍۢ يُوقِنُونَ

_”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allāh bagi orang-orang yang yakin?”_

(QS. Al-Māidah: 50)

Kalau seandainya manusia menerapkan hukum rajam, maka kehidupan ini akan sangat bersih dari pelaksanaan zina. Paling tidak sangat menimimalkan, karena orang akan berpikir 100 kali atau 1000 kali ketika akan berzina.

Ketika diterapkan hukum potong tangan, maka orang akan berpikir ketika akan mencuri dengan cara apapun, karena nanti akan terlihat bekas potongan tangannya (dia adalah seorang pencuri) dan akan menjadi pelajaran seumur hidup. Demikian pula yang lainnya.

Ini adalah syariat yang paling membawa efek jera, memberikan manfaat bagi manusia, sehingga betul-betul memberikan kehidupan yang hakiki kepada manusia, termasuk semua syariat yang Allāh syariatkan di situ, semua penuh dengan hikmah dan paling tepat untuk diterapkan di tengah kehidupan.

شكر نعمة الله في ذلك

⑶ Mensyukuri nikmat Allāh dengan diturunkannya kitab-kitab yang merupakan rahmat, petunjuk dan bimbingan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ini nikmat yang terbesar, seandainya kita tanpa bimbingan kitab-kitab Allāh, kita ini seperti binatang, kita akan terjun ke lembah syahwat, ke lembah kemauan yang penuh dengan kegelapan. Sehingga boleh jadi kita seperti binatang bahkan lebih hina daripada binatang.

Semoga bermanfaat.
Semoga Allāh memberikan kepada kita keimanan yang benar kepada kitab dan membuahkan dalam hati kita apa yang telah kita sebutkan tersebut.
Terima Kasih.

و صلى الله عليه وسلم الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *