🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abu Syuja
📝 Ahmad bin Al-Husain bin Ahmad Al-Asfahāniy (Imam Abū Syujā’)
〰〰〰〰〰〰〰
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد
Para sahabat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Alhamdulillāh kita bisa bertemu kembali dan In syā Allāh kita melanjutkan pembahasan tentang bab muāmalāt (المعاملات) dan masuk pada: كتاب البيوع (kitāb tentang jual beli).
Sebelum kita masuk pada bab jual beli (In syā Allāh) kita akan memberikan beberapa prinsip (poin-poin) yang bisa menjadi renungan kita di dalam masalah jual beli.
Dengan prinsip-prinsip ini, mudah-mudahan kita bisa terhindar dari perkara-perkara yang haram, karena jika kita berbicara tentang masalah halal atau haram terkadang ada hadīts-hadīts atau ilmu yang belum sampai kepada kita.
Sambil kita terus mempelajari, maka kita harus menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Adapun tentang jual beli;
√ Ada perkara yang ma’ruf.
√ Ada perkara yang merupakan kebutuhan manusia.
Oleh karena itu hal ini dibahas (disebutkan) di dalam Al Qur’ān dan juga Hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Di antaranya firman Allāh Ta’āla :
وَأَشْهِدُوٓا۟ إِذَا تَبَايَعْتُمْ
“Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli.” (QS Al Baqarah: 282)
Dan hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
البيعان بالخيار ، ما لم يتفرقة
“Bahwasanya antara penjual dan pembeli masih ada hak khiyār (hak pilih) selama mereka belum berpisah.”
Ini semua dibahas di dalam Al Qur’ān dan juga Hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan secara akal ini merupakan kebutuhan hak azasi manusia.
Di sana Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan dorongan agar kita mencari rizki yang halal dan makan dari perkara yang halal (bukan dari perkara yang haram). Ini menunjukan bahwa permasalahan ini diatur di dalam syar’iat.
Di antaranya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ ـ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ـ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
“Dan tidak ada seorangpun yang lebih baik dari seorang yang memakan dari hasil tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud, beliau makan dari hasil tangannya sendiri.” (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 2072)
Artinya tidak meminta-minta. Di sini ada anjuran agar kita bermuamalah, agar kita bekerja dan anjuran untuk berdagang, supaya seorang tidak menjadi beban untuk orang lain
Bahkan di dalam hadīts lain Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan satu motivasi kepada shahābatnya:
لأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ
“Sesungguhnya, seorang di antara kalian membawa tali-tali dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak.” (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 1471)
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan motivasi kepada umatnya agar menjadi umat yang mandiri, umat yang memiliki izzah, tidak meminta-minta kepada orang lain atau mengharapkan orang lain dan tidak menjadi beban orang lain.
Begitu juga anjuran di dalam hadīts lain, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ
“Sesungguhnya Allāh adalah baik dan tidaklah menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allāh memerintahkan kepada kaum mukminin sebagaimana perintah kepada para Rasūl.” (Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 1015)
Allāh Subhānahu wa ta’āla berfirman:
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا
“Wahai sekalian para Rasūl, makanlah yang baik-baik dan beramal shālihlah.” (QS Al Mu’minūn:51)
Allāh Ta’āla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik dari rezeki yang Kami berikan kepada kalian.” (QS Al Baqarah:172)
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ
Kemudian dalam hadīts yang panjang Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) menceritakan tentang seseorang yang melakukan perjalanan panjang, kusut rambutnya. Kemudian mengangkat tangannya dan mengatakan, “Wahai Rabb-ku, Wahai Rabb-ku,” sedangkan makanannya haram, minumannya haram, perutnya diisi dengan sesuatu yang haram, maka bagaimana Kami mengabulkan doanya?
Jadi seorang harus memperhatikan rejeki yang didapat, makanan yang dia makan, pakaian yang dia pakai, nafkah kepada keluarganya dan lain sebagainya.
Darimana harta tersebut?
√ Apakah dari pekerjaan yang halal atau yang haram?
√ Apakah dari perdagangan yang halal atau dari perdagangan yang haram?
Ini semua akan menentukan keberkahan seseorang.
Oleh karena itu sahabat sekalian.
Belajar tentang masalah muamalah adalah perkara yang penting, karena mau atau tidak mau pasti kita akan terjun di dalamnya.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberkahi apa yang kita lakukan dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan taufīq dan hidayah-Nya kepada kita semua dan memudahkan kita di dalam mempelajari perkara-perkara muamalah.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________