Home > Bimbingan Islam > Sirah Nabawiyyah > Bab 08 | Dakwah Secara Sembunyi Dan Terang-Terangan (Bag. 2 dari 6)

Bab 08 | Dakwah Secara Sembunyi Dan Terang-Terangan (Bag. 2 dari 6)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وأخوانه

Kita lihat bagaimana gerakan Abū Bakr Ash Shiddīq dalam berdakwah.

Abū Bakr Ash Shiddīq tatkala masuk Islām, dia langsung bergerak berdakwah secara sembunyi sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Seakan-akan dia juga diutus menjadi Nabi dan ikut memikul beban yang dipikul shahābatnya, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Maka dia berdakwah dengan luar biasa dan masuklah Islām orang-orang yang hebat dari tangan Abū Bakr Ash Shiddīq.

Siapa yang masuk Islām di tangan Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu ‘anhu?

Yang masuk Islām di tangan Abū Bakr Ash Shiddīq, diantaranya 5 orang yang dijamin masuk surga oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, yaitu:

⑴ ‘Utsmān bin Affan radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.
⑵ Az Zubayr bin Awwam radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu .
⑶ ‘Abdurrahmān bin ‘Auf radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.
⑷ Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.
⑸ Thalhah bin ‘Ubaidillāh radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.

Ini 5 orang dari 10 orang yang dijamin masuk surga.

Kita tahu dari hadīts bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan 10 orang yang dijamin masuk surga.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ

Dari Abdurrahman bin ‘Auf, dia berkata, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Abū Bakr di surga, ‘Umar di surga, Utsman di surga, ‘Alī di surga, Thalhah di surga, Az Zubair di surga, ‘Abdurrahmān bin ‘Auf di surga, Sa’d di surga, Sa’id di surga, dan Abū Ubaidah ibnul Jarrah di surga.”

(Hadīts shahīh riwayat At Tirmidzi nomor 3747)

Lihat saja bagaimana ‘Utsman bin Affan radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu, seluruh amalan dia adalah salah satu dari kebaikan Abū Bakr Ash Shiddīq.

Seluruh kebaikan yang dikerjakan ‘Utsman maka pahalanya mengalir kepada Abū Bakr Ash Shiddīq.

Kenapa?

Karena Abū Bakr Ash Shiddīq yang menyebabkan dia masuk Islām.

Yang kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tentang ‘Utsmān:

أَلَا أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ؟

“Tidakkah sepatutnya aku malu kepada seorang (yakni ‘Utsman) yang para malāikat malu kepadanya?”

(Hadīts Riwayat Muslim dalam Ash Shahīh nomor 2401)

Di mana ‘Utsmān berinfàq dengan harta yang banyak tatkala perang Tabuk, kemudian dia menjadi khalifah dengan sangat baik.

Lihat pula ‘Abdurrahmān bin ‘Auf, saudagar kaya raya yang menginfāqkan hartanya untuk Islām.

Dia mendapat pahala dan juga seluruh pahalanya juga mengalir kepada Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.

Karena Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya (tanpa mengurangi pahalanya).”

(Hadīts riwayat Muslim nomor 1893)

Orang yang mengikuti dapat pahala dan pahalanya juga mengalir kepada orang yang menunjukan kebaikan kepadanya.

Dari sini kita mengetahui bagaimana hebatnya Abū Bakr Ash Shiddīq dalam berdakwah.

Para ulamā menyebutkan kenapa Abū Bakr Ash Shiddīq begitu mudah untuk berdakwah?

Disebutkan karena Abū Bakr Ash Shiddīq adalah orang yang berakhlaq mulia. Dia pedagang besar dan dengan dagangannya membuat orang senang kepadanya.

Dan dia pun berilmu, tahu tentang nasab-nasab Arab sehingga sebagian shahābat senang dengan pembicaraan-pembicaraan Abū Bakr Ash Shiddīq karena dia mudah bergaul.

Sehingga tatkala dia berdakwah maka banyak orang mudah menerima dakwah Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.

Kalau kita berkata tentang keutamaan Abū Bakr Ash Shiddīq maka terlalu banyak. Fialah yang menemani Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam perjalanan maut dari Mekkah menuju Madīnah tatkala hijrah.

Sementara orang-orang kāfir sedang mengadakan sayembara, “Siapa yang bisa membunuh Muhammad atau Abū Bakr maka akan diberikan 100 ekor unta.”

Oleh karenanya sungguh terhina orang-orang yang mereka mengkāfirkan dan mencela Abū Bakr Ash Shiddīq, yang mengatakan bahwasanya Abū Bakr Ash Shiddīq dahulu sujud di zaman Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sementara dia mengalungkan patung di lehernya.

Mereka mengatakan bahwa Abū Bakr Ash Shiddīq menginfāqkan banyak di awal Islām, karena ingin mengambil tahta dari Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam, karena dia telah mendengar dari dukun-dukun bahwasanya Muhammad akan menjadi raja maka, “Saya (Abū Bakr Ash Shiddīq) harus menjadi pengikutnya dan kalau Muhammad meninggal maka saya yang akan menggantikannya.”

Ini perkataan orang-orang Syi’ah yang pekerjaan mereka mengkāfirkan Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu, bahkan mereka beribadah dengan melaknatnya.

Oleh karenanya, kita sebagai Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, kita sadar bahwasanya di antara Islām bisa sampai kepada kita adalah karena jasanya Abū Bakr Ash Shiddīq dan juga para shahābat.

Merekalah orang-orang yang seharusnya kita cintai. Kita cintai mereka karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla (karena agama).

Kita harus bela mereka. Kalau ada orang yang mencaci mereka maka kita harus membenci mereka (yang mencaci).

Bagaimana mereka mencaci pahlawan-pahlawan Islām?

Dan ini yang dicari oleh orang-orang kāfir, mereka ingin kita membenci para shahābat, padahal Islām mengajarkan kita untuk mencintai para shahābat agar kita bisa kembali kepada kejayaan.

Kita harus tahu bagaimana perjuangan para shahābat, kita ajari anak-anak kita tentang perjuangang para shahābat karena Islām jaya dengan mereka.

Lantas datang orang-orang munāfiq mengatakan bahwa para shahābat adalah generasi terburuk, kāfir, munāfiq dan mencari dunia dengan berita-berita dusta yang mereka sebarkan.

Sesungguhnya mereka telah mencela Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Bagaimana seluruh shahābat Nabi semuanya kāfir kecuali 4 orang?

Kalau begitu Muhammad adalah Nabi yang gagal, 23 tahun berdakwah semuanya murtad sepeninggal Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Maka hati-hati dengan pemikiran seperti ini. Firqah sesat seperti ini sudah masuk ditanah air kita. Allāhu Musta’ān

Kemudian, di antara yang masuk Islām adalah:

⑷ ‘Alī bin Abī Thālib radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu

‘Alī bin Abī Thālib radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu adalah seorang pahlawan pemberani yang sangat hebat. Beliau adalah anaknya Abū Thālib.

Kita tahu bahwasanya tatkala ibunya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal Beliau kemudian diasuh oleh kakeknya.

Dan tatkala kakeknya meninggal maka diasuh oleh pamannya Abū Thālib.

Dan Abū Thālib adalah seorang yang miskin (sebagaimana kita telah jelaskan) sampai-sampai Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menggembalakan kambing-kambing orang Mekkah untuk membantu pamannya.

Abū Thālib memiliki 3 putra yaitu;

① Ja’far,
② Aqīl dan
③ ‘Alī.

Maka tatkala Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melihat pamannya (Abū Thālib) hidupnya susah maka beliau memberi usul kepada pamannya ‘Abbas bin ‘Abdul Muththālib. ‘Abbas bin ‘Abdul Muththālib adalah seorang yang kaya, maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan, “Bagaimana kalau kita membantu saudaramu?”

Jadi paman Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah Hamzah, Abū Thālib, Abbas bin ‘Abdul Muththālib dan Abū Lahab, ini semua berbeda sikapnya.

Adapun Hamzah masuk Islām, Abū Thālib tidak masuk Islām tetapi membela Islām, Abū Lahab memusuhi Islām, sedangkan ‘Abbas masuk Islāmnya belakangan.

Maka berangkatlah mereka berdua kepada Abū Thālib kemudian menawarkan bantuan ingin merawat anak-anaknya Abū Thālib.

Kemudian Abū Thālib mengizinkan dan mengatakan, “Selama ‘Aqil bersama saya, lakukanlah apa yang dikehendaki.”

Akhirnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengambil ‘Alī bin Abī Thālib dan dirawat dirumahnya. Al &Abbas mengambil Ja’far. Dan ‘Aqil masih bersama bapaknya, Abū Thālib.

Oleh karenanya, ‘Alī bin Abī Thālib dirawat oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, seakan-akan anaknya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Maka tatkala ditawarkan Islām kepadanya maka tentunya langsung masuk Islām, tatlala itu umur ‘Alī bin Abī Thālib baru 10 tahun.

Namun, meskipun masih kecil, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menawarkan Islām kepada ‘Alī bin Abī Thālib karena tahu bagaimana pintarnya ‘Alī bin Abī Thālib radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.

Demikian saja.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
————————————-

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top