Home > Bimbingan Islam > Sirah Nabawiyyah > Bab 08 | Dakwah Secara Sembunyi Dan Terang-Terangan (Bag. 1 dari 6)

Bab 08 | Dakwah Secara Sembunyi Dan Terang-Terangan (Bag. 1 dari 6)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وأخوانه

Pada pertemuan kemarin kita telah membahas tentang bagaimana turunnya wahyu kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman kepada nabi Nya:

قُمْ فَأَنْذِرْ

“Bangun dan berilah peringatan!”

(QS Al Muddatsir: 2)

Setelah turun firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla ini, maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sadar bahwasanya beliau telah diutus oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk mengemban risalah.

Suatu beban yang sangat berat untuk mendakwahi umat manusia yang tatkala itu dalam keadaan serusak-rusaknya, secara umum di muka bumi dan khususnya di kota Mekkah. Perzinahan, saling membunuh (peperangan antar kabilah), perjudian, minum khamr, penyembahan terhadap berhala, penyembelihan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla, perdukunan, semua jenis kesyirikan terkumpulkan.

Pengkramatan terhadap hewan-hewan, bahkan di Ka’bah ada 360 patung di sekitarnya.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam diperintah oleh Allāh:

قُمْ فَأَنْذِرْ

“Bangun dan berilah peringatan!”

Maka Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjalankan tugas yang Allāh bebankan kepada beliau.

Disebutkan oleh para ulama, sebelum beliau berdakwah dengan terang-terangan, beliau mengalami suatu fase dakwah yang disebut dengan “ad da’wah as sirriyyah”, yaitu dakwah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Ada khilaf di antara para ulamā, berapa tahun Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjalankan dakwah secara sembunyi-sembunyi.

Ada yang berkata 3 tahun dan ada yang 4 tahun. Tetapi ahli sejarah mengatakan beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun.

Tatkala Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berdakwah secara sembunyi-sembunyi, secara tabi’at dan lumrah, beliau memulai dakwah kepada orang yang dekat, yang mengenal dan mengetahui bagaimana seluk beluk kehidupan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, bagaimana akhlaq beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam).

Oleh karenanya, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mendakwahi orang-orang yang mencintai Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Ini adalah metode dakwah, karena dakwah sulit diterima dari orang yang membenci kita.

Oleh karenanya dakwah dibangun di atas 2 yaitu:

⑴ Kecintaan orang tersebut terhadap kita.
⑵ Hujjah yang kuat yang difahami oleh orang lain tersebut.

Sehingga Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memulai dakwahnya dengan orang-orang yang terdekat yang mencintai beliau.

Yaitu:

⑴ Khadījah bintu Khuwailid radhiyallāhu ‘anhā, istri beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam).

Kita tahu bahwasanya dialah orang yang pertama berimān kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Tatkala Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam didatangi oleh malāikat Jibrīl, kemudian beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) ketakutan dan yang menenangkan adalah istrinya, Khadījah radhiyallāhu ‘anhā.

⑵ Waraqah Ibnu Naufal, sepupu Khadījah radhiyallāhu ‘radhiyallāhu ‘anhā.

Dia adalah seorang pendeta Nashrāni namun masih di atas ajaran yang benar (tauhīd), dia berkata:

يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ

“Duhai seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh kaummu.”

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bertanya, “Apakah aku akan diusir mereka?”

قَالَ نَعَمْ لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا

Waraqah menjawab, “ya, karena tidak ada satu orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi). Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu dengan pertolongan yang sangat kuat.”

(HR Bukhari nomor 3)

Ini menunjukkan bahwa Waraqah berimān kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, meskipun setelah itu dia meninggal dunia dan tidak sempat menjalani Islām.

Akan tetapi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengabarkan dalam hadīts yang shahīh yang diriwayatkan oleh Imām Al Hākim dalam Mustadraknya, kata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

لا تسبوا ورقة بن نوفل، فإني قد رأيت له جنة وجنتين

“Janganlah engkau mencela Waraqah bin Naufal, karena aku telah melihat baginya sebuah surga atau dua buah surga.”

Oleh karenanya kita yakin berdasarkan hadīts yang shahīh bahwasanya Waraqah telah dijamin masuk surga oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan dia orang yang pertama kali berimān, setelah Khadījah radhiyallāhu ‘anhā.

Kemudian, di antara orang yang berimān kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah:

⑶ Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu ‘anhu.

Kita tentu tahu bahwasanya Waraqah lebih dulu berimān daripada Abū Bakr Ash Shiddīq, akan tetapi Waraqah radhiyallāhu ‘anhu tidak sempat menjalankan dakwah karena beliau keburu meninggal.

Oleh karenanya lelaki pertama Islām yang berperan dalam dakwah adalah Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.

Dan peran Abū Bakr Ash Shiddīq sangatlah banyak, yang akan kita sebutkan, bagaimana Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu setelah beliau menerima dakwah dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka beliaupun segera berdakwah.

Beliau juga memikul beban yang dipikul oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Maka, banyak di antara orang-orang yang dijamin masuk surga oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, masuk Islām karena dakwah Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.

Oleh karenya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memuji Abū Bakr Ash Shiddīq dalam banyak hadīts.

Seperti dalam hadītsnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:

وما عرضتُ الإسلام على أحد إلا كانت له كَبْوَة، إلا أبو بكر، فإنه لم يَتَلَعْثَم في قوله

“Tidak ada seorangpun yang aku tawarkan Islām kepadanya kecuali semuanya ragu-ragu, kecuali Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu. Begitu mendengar Islām langsung menerima.”

Kenapa?

Karena, Abū Bakr Ash Shiddīq adalah teman dekat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Umurnya sebaya, bedanya hanya 2.5 atau 2 tahun.

Tatkalala Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam diangkat menjadi Nabi berumur 40 tahun, sedangkan Abū Bakr Ash Shiddīq berumur 38 tahun atau 37,5 tahun.

Sebagian shahābat menerima Islām tetapi ada keraguan, mereka tidak langsung menerima.

Abū Bakr Ash Shiddīq ketika masuk Islām langsung menyumbangkan hartanya untuk Islām sebagaimana Khadījah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā, tatkala Khadījah masuk Islām maka dia mengobarkan seluruh hartanya untuk suaminya berdakwah.

Karenanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memuji Abū Bakr Ash Shiddīq dalam hadītsnya Beliau berkata:

ما نفعني مال مانفعني مال أبي بكر فبكى أبو بكر

“Tidak ada harta yang bermanfaat bagiku sebagaimana manfaatnya hartanya Abū Bakr Ash Shiddīq.”

Artinya, setelah Islām berkembang, banyak orang yang menyumbang hartanya mungkin lebih banyak dari hartanya Abū Bakr Ash Shiddīq.Tetapi di awal Islām, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sangat butuh bantuan dalam dakwahnya.

Oleh karenanya meskipun harta yang dikeluarkan Abū Bakr Ash Shiddīq banyak juga tetapi tatkala dikeluarkan di saat-saat genting di awal Islām maka tidak ada yang memberi manfaat sebagaimana manfaatnya hartanya Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:

لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَابَكْرٍ خَلِيلًا، وَلَكِنَّهُ أَخِي وَصَاحِبِي، وَقَدِ اتَّخَذَاللهُ ﻷصَاحِبَكُمْ خَلِيلًا

“Sekiranya aku diizinkan oleh Allāh untuk menjadikan seseorang sebagai khalîl, niscaya aku jadikan Abu Bakar sebagai khalîlku, akan tetapi ia adalah saudara dan sahabatku, sedangkan Allâh Azza wa Jalla telah menjadikan sahabat kalian ini (diriku) sebagai kekasih.”

(HR Bukhâri nomor 3656, Muslim nomor 2383)

Kalau seandainya saya boleh mengambil kekasih selain Allāh maka saya akan mengambil kekasih dari kalangan manusia maka saya akan ambil Abū Bakr Ash Shiddīq sebagai kekasihku, akan tetapi aku adalah kekasih Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

⇒ Luar biasa perjuangan Abū Bakr Ash Shiddīq.

Kemudian juga, bagaimana cintanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Abū Bakr Ash Shiddīq. Tatkala Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam ditanya:

أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ : عَائِشَةُ، فَقُلْتُ : مِنَ الرِّجَالِ؟ فَقَالَ : أَبُوهَا

“Siapa orang yang paling engkau cintai?”

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:

”Āisyah.”

Kemudian ditanya lagi:

“Lelaki siapa yang paling engkau cintai?”

Kata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

“Ayahnya.”

(HR Bukhâri nomor 3662, Muslim nomor 2384)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah berkata:

إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ فَقُلْتُمْ كَذَبْتَ، وَقَالَ أَبُوبَكْرٍ صَدَقَ، وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ

Allāh mengutus aku kepada kalian dan tatkala itu kalian mengatakan, “Engkau berdusta.” dan Abū Bakr berkata, “Kau benar.” Dan dia telah menolongku dengan jiwanya dan dengan hartanya.

(HR Bukhari nomor 3661)

Ada zaman di mana Nabi menawarkan Islām tetapi para shahābat tatkala itu menolak. Semua mengatakan, “Engkau berdusta wahai Muhammad.” Adapun Abū Bakr langsung berkata, “Engkau benar wahai Muhammad.”

Inilah Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu ‘anhu.

Demikian saja.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
————————————-

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top