🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah seorang yang sangat fasih, di mana saat kecil Beliau di rawat di Bani Sa’ad di Thāif oleh ibu susuan beliau yaitu Halimah As Sa’diyyah.
Kata para ulamā hikmahnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dijauhkan dari kota Mekkah adalah karena kota Mekkah banyak orang asing yang masuk ke sana. Ada orang Persia, Habasyah dan lainnya sehingga dikhawatirkan bahasa yang dipelajari Nabi bukan bahasa Arab fasih.
Oleh karena itu kebiasaan orang-orang Arab adalah membiarkan anak-anak mereka untuk tinggal di perkampungan (di Bādiyyah), termasuk Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Sehingga Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjadi seorang yang bahasa Arabnya sangat fasih dan indah, serta mengetahui bagaimana balaghah bahasa Arab.
Saat mendengar firman Allāh surat Al ‘Alaq ayat 1-5, Beliau tahu ini bukan perkataan biasa, ini perkataan yang menakjubkan dari susunan balaghah dan bahasanya.
Kemudian isi dari kalimat tersebut, “Bacalah dengan menyebut nama Rabb-Mu.”
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkhalwat ingin mengenal Rabbnya, ini yang dicari selama ini.
Ternyata malāikat Jibrīl datang membawa perkara tentang Tuhan dan menimbulkan pertanyaan dalam hati Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Disebutkan oleh para ulamā, kenapa malāikat memeluk Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kemudian melepaskannya sampai 3 kali?
Sebagian ulamā mengatakan agar Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sadar bahwasanya beliau sedang tidak tidur, tapi terjaga. Karena sebelumnya Beliau selalu mimpi (ru’yah shālihah) dan terjadi. Dan sekarang yang terjadi di hadapan Beliau adalah kenyataan.
Akhirnya malāikat Jibrīl pergi dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam segera pulang kepada istrinya (Khadījah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā) dalam kondisi gemetar hebat, beliau ketakutan keluar hingga berkeringat dingin.
Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata, “Selimuti aku.”
Maka Khadījah pun menyelimuti suaminya dan tidak bertanya apapun, namun langsung menyelimuti suaminya.
Seperti kita tahu, Khadījah hidup 25 tahun bersama Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak pernah mengangkat dan meninggikan suaranya kepada suaminya. Seluruh waktunya beliau gunakan untuk berkhidmat kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Betapa menunjukkan bagaimana sangat sayang dan cintanya beliau kepada suaminya.
Nabi pun diselimuti oleh Khadījah sampai rasa takut Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mereda.
Beliau berbicara kepada Khadījah dan menceritakan apa yang terjadi.
Setelah menceritakan, Beliau berkata, “Wahai istriku, aku takut sesuatu menimpa diriku.”
Ada yang mengatakan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam takut gila karena kejadian aneh yang Beliau alami.
Maka saat itulah peran seorang istri. Khadījah berkata kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, “Sekali kali tidak, engkau tidak perlu takut sesuatu. Allāh tidak akan menghinakan engkau selamanya. Engkau senantiasa menyambung silaturrahim, membantu orang yang tidak mampu, menjamu tamu, membantu orang yang terkena musibah.”
Maka Khadījah ingin lebih menenangkan suaminya lagi dengan membawa kepada Waraqah bin Naufal, sepupu Khadījah. Sebenarnya, bapaknya Khadījah dengan bapaknya Waraqah bersaudara kandung.
Dalam hadīts disebutkan bahwa Waraqah itu beragama Nashrāni.
Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam mendapat wahyu sekitar tahun 600 Masehi, sehingga jarak antara Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām dengan Nabi Muhammad selama kurang lebih 600 tahun.
Di dalam Al Qurān disebutkan:
وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām memberi kabar gembira kepada pengikutnya, “Akan datang Rasūl setelahku bernama Ahmad.”
(QS Shaff: 6)
Waraqah bin Naufal di zaman Jāhilīyyah beragama Nashrāni. Namun dikatakan Nashrāni yang masih asli (lurus) dan masih bertauhīd.
Adapun agama Nashrāni sekarang telah banyak perubahan dan kitāb Injīl pun juga banyak mengalami tahrif (perubahan).
Mereka terjerumus dan terpengaruh kepada penyembahan kepada berhala dan manusia.
Waraqah bisa menulis dengan bahasa Ibrāni, bahkan dia menyalin Injīl dengan bahasa Ibrāni. Saat itu dia sudah tua dan buta.
Maka Khadījah berkata kepada Waraqah:
“Wahai anak pamanku, dengarkanlah dari pembicaraan anak saudaramu (yaitu Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam).”
Maka Waraqah berkata kepada Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
“Wahai anak saudaraku, apa yang terjadi?”
Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menceritakan tentang apa yang terjadi pada dirinya.
Lalu Waraqah berkata:
“Ini adalah pembawa kabar yang Allāh turunkan kepada Nabi Mūsā.”
Waraqah lalu mengatakan :
“Sesungguhnya, seandainya saya masih muda dan seandainya saya masih hidup di saat kaummu akan mengusirmu, saya akan menjadi orang yang pertama kali menolongmu dengan sekuat tenaga.”
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam terheran dan berkata:
“Apakah kaumku akan mengusirku?”
Waraqah menjawab:
“Ya, Karena tidak ada yang datang seperti yang engkau bawa (seorang Rasūl) kecuali pasti akan dimusuhi.”
Tidak lama kemudian, Waraqah pun meninggal dunia, jadi tidak mendapati masa di mana Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berdakwah dan dimusuhi oleh kaumnya.
Demikian saja.
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_______