🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
Kita lanjutkan pembahasan kita tentang sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, kita masuk pada pembahasan tentang “Pembangunan Ka’bah”.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah berkata kepada ‘Āisyah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā:
لَوْلَا حَدَاثَةُ قَوْمِكِ بِالْكُفْرِ لَنَقَضْتُ الْبَيْتَ ثُمَّ لَبَنَيْتُهُ عَلَى أَسَاسِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَإِنَّ قُرَيْشًا اسْتَقْصَرَتْ بِنَاءَهُ وَجَعَلْتُ لَهُ خَلْفًا
“Seandainya bukan karena zaman kaummu yang masih lekat dengan kekufuran tentu aku sudah membongkar Ka’bah lalu aku bangun kembali di atas pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, karena orang-orang Quraisy telah mengurangi pembangunannya. Dan aku akan buatkan pintu (dari belakangnya).”
(HR Bukhari nomor 1482, versi Fathul Bari nomor 1585)
Ini cita-cita dan keinginan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang didengar oleh ‘Āisyah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā.
‘Āisyah memiliki keponakan yang bernama ‘Abdullāh bin Zubair radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu.
Karena itulah ‘Āisyah diberi kunyah dengan Umū ‘Abdillāh, yaitu beliau berkuniyah dengan nama keponakannya.
Saat pemerintahan ‘Abdullāh bin Zubair, Ka’bah mengalami kerusakan akibat kebakaran dan dia ingin memperbaiki dan merestorasi Ka’bah.
Tapi seperti biasa, orang-orang takut terjadi apa-apa pada dirinya.
‘Abdullāh bin Zubair berhasil membangun Ka’bah dengan sempurna dan Hijr Ismā’īl berhasil ditutup dengan lengkap sehingga Ka’bah menjadi lebih panjang dan lebih tinggi lagi dari 9 adzrā menjadi 27 adzrā (kira-kira 15 meter).
Di zaman ‘Abdullah bin Zubair inilah, Ka’bah berhasil dipugar secara sempurna dan lengkap sebagaimana keinginan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Namun setelah ‘Abdullāh bin Zubair meninggal, Al Hajjaj bin Yūsuf Ats Tsaqafiy yang terkenal kejam, lalim dan membunuh sebagian tābi’īn, karena dibakar kejengkelannya terhadap ‘Abdullāh bin Zubair, dia pun mengembalikan Ka’bah sebagaimana zaman jāhilīyyah.
Maka dia minta izin kepada khalifah untuk membongkar Ka’bah sehingga Ka’bah sebagaimana seperti sedia kala, dikurangi dan dipasang Hijr Ismā’īl lagi, tetapi tingginya tidak dikurangi. Dan jadilah bentuk Ka’bah seperti sekarang ini.
Kemudian di zaman Imām Mālik, khalifahnya ingin mengembalikan bentuk Ka’bah sebagaimana impian Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Maka Imām Mālik menegur, jangan sampai Ka’bah menjadi mainan para Raja.
Setiap ada raja yang ingin merubah maka dirubah. Maka dibiarkanlah bentuk Ka’bah seperti sekarang ini.
⑶ Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dikenal sebagai orang yang berakhlaq mulia.
Oleh karenanya ketika beliau masuk dari Bābush Shaffa, di kala orang-orang Quraisy sedang bertikai, dengan serta merta dan serentak mereka mengatakan:
“Telah datang kepada kita orang yang amanah.”
Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam dikenal amanah karena Beliau bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat.
Oleh Karena itu, hendaknya seorang da’i atau seorang yang ingin menyebarkan Islām, dia harus bergaul dan berinteraksi.
Lihatlah masyarakat Nabi saat itu adalah masyarakat jāhilīyyah, penuh dengan kerusakan.
Namun, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagai pemuda tetap bergaul dengan mereka.
Perhatikan pula bagaimana Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bergaul, beliau tidak pernah bergaul pada perkara-perkara yang harām.
Oleh karena itu, orang yang rajin ke masjid tidak boleh acuh tak acuh.
Islām mengajarkan untuk bersosialisasi dan bermasyarakat.
Meskipun seseorang itu rajin shalāt dan hafal Al Qurān, tidak ada salahnya dia bergaul dengan masyarakat, bertemu dan menyalami mereka, menunjukkan akhlaq yang mulia.
Namun apabila mereka melakukan kemaksiatan, seperti minum khamr atau berjudi, maka jangan ikut-ikutan dan menjauhi mereka.
Ada orang yang ingin “luwes” dengan masyarakat tetapi kebablasan, sehingga ikut-ikutan berjudi atau minum khamr, ini tidak benar.
Seorang muslim yang memiliki aqidah yang kuat, bukan berarti dia tidak bergaul dengan masyarakat.
Lantas bagaimana kiranya seseorang menjadi da’i, tetapi dia tidak pernah bergaul dengan masyarakat sehingga tidak ada yang mengenalnya.
⑷ Allāh menjaga Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam agar tidak tersingkap auratnya.
Saat paman beliau mengusulkan untuk menggunakan sarungnya mengangkat batu.
⑸ Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berakal cerdas.
Terlihat saat orang-orang Quraisy sedang bertikai dan berebut tentang siapa diantara mereka yang berhak meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.
Mereka ini adalah kalangan orang-orang tua, ada paman-paman Nabi dan orang-orang terpandang.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam masih muda ketika itu (baru berumur 35 tahun). Namun saat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan ide untuk mengangkat hajar aswad di atas kain, maka merekapun setuju dengan Beliau. Ini menunjukkan cerdasnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Seandainya yang mengungkapkan ide tersebut bukan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka bisa jadi mereka tidak terima. Tetapi karena yang mengungkapkan adalah seorang yang dikenal amanah dan jujur, sehingga mereka pun mau tunduk, yang pada akhirnya yang meletakkan Hajar Aswad adalah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sendiri, bukan mereka.
Inilah kejadian yang terjadi sebelum Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam diangkat menjadi seorang Nabi.
Dengan kejadian ini maka semakin terpandanglah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Dengan adanya peristiwa orang-orang Quraisy yang berselisih, kemudian Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjadi pemberi keputusan di antara mereka, maka Nabipun terangkat kedudukannya diantara orang-orang Quraisy ini.
Ini merupakan pendahuluan tanda kenabian yang Allāh berikan agar Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam saat diangkat menjadi Nabi. Beliau telah dikenal di kalangan mereka sebagai orang yang amanah, jujur dan cerdas.
Sampai disini saja kajian kita, In syā Allāh besok kita lanjutkan.
Yang benar datangnya dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang salah dari pribadi saya sendiri, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengampuni kita semua.
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
________