🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
Alhamdulillāh, Allāh Subhānahu wa Ta’āla masih memberikan kita kesempatan untuk bersua kembali dalam rangka untuk mempelajari perjalanan sejarah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
In syā Allāh, kita akan membahas poin tentang pernikahan antara Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan sayyidah Khadījah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā.
Khadījah radhiyallāhu ‘anhā memiliki banyak sekali keutamaan, diantaranya :
⑴ Dalam hadīts disebutkan, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
خير نساء العالمين أربع: مريم بنت عمران، و خديجة بنت خويلد، وفاطمة بنت محمد، وآسية امرأة فرعون
“Sebaik-baik wanita di alam semesta itu ada empat orang, yaitu Maryam putri ‘Imrān, Khadījah binti Khuwailid, Fāthimah bintu Muhammad, Āsiyah istri Fir’aun.”
(HR Bukhāri dan Muslim)
⇒Menurut para ulamā adalah yang terbaik di zamannya.
Tentang Maryam bintu ‘Imrān Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (٤٢)
Dan (ingatlah) ketika malaikat berkata: “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allāh telah memilihmu dan menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala wanita di dunia.”
(QS Āli ‘Imrān: 42)
Tentang ‘Āisyah juga disebutkan dalam hadīts:
وإن فضل عائشة على النساء كفضل الثريد على سائر الطعام. (رواه البخاري ومسلم)
“Dan sesungguhnya keutamaan ‘Āisyah atas wanita-wanita seperti keutamaan tsarīd (roti yang diremuk dan direndam di dalam kuah) atas seluruh makanan.”
(Diriwayatkan oleh Al Bukhāri dan Muslim dari Abū Mūsā)
⇒Tsarīd adalah makanan yang dikenal di zaman Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagai makanan yang lezat yang ada daging dan kuahnya dan makanan favorit.
Kata para ulamā, ini adalah dalīl bahwa ‘Āisyah merupakan wanita terbaik di zamannya.
⑵ Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sering mengingat Khadījah walaupun Khadījah sudah meninggal dunia.
Ini menunjukkan betapa cintanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Khadījah, yang selama 25 tahun hidup bersama Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Dan Nabi saat itu tidak berpoligami, diantara alasannya adalah karena Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam sangat cinta kepada Khadījah, dan tidak ingin menyinggung hati Khadījah radhiyallāhu ‘anhā.
Setelah Khadījah meninggal lalu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menikah lagi dan baru berpoligami.
Ini merupakan bantahan kepada orang-orang orientalis barat yang mengatakan bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam seorang yang mengikuti syahwat (syahwaniy), ini tidak benar!
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pun tidak poligami selama 25 tahun.
Dan meskipun poligami, wanita yang dinikahi rata-rata sudah tua dan janda kecuali hanya satu yang masih gadis yaitu ‘Āisyah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā, itupun karena perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menikahi ‘Āisyah karena Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mimpi didatangi oleh malāikat Jibrīl 2 kali atau 3 kali membawa gambar ‘Āisyah dan Jibrīl mengatakan kepada Nabi:
أَنَّ جِبْرِيلَ جَاءَ بِصُورَتِهَا فِي خِرْقَةِ حَرِيرٍ خَضْرَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ هَذِهِ زَوْجَتُكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Bahwasannya Jibrīl datang kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersama gambar ‘Āisyah dalam secarik kain sutera hijau, lalu berkata:
“Sesungguhnya ini adalah isterimu di dunia dan akhirat.”
(Jāmi’ At Tirmidziy nomor 3880)
⇒Kita tahu bahwa mimpi para Nabi adalah wahyu Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Pada asalnya istri Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam semua adalah janda.
Jikalau Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengikuti hawa nafsu belaka niscaya beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan menikahi gadis perawan.
Akan tetapi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berpoligami karena ada mashlahat di dalamnya.
Diantara dalīl Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sering mengingat Khadījah adalah hadīts ‘Āisyah :
عَنْ عائشة، قالت: ما غرت على امرأة من نساء النبي صلى الله عليه وآله الا على خديجة، واني لم أدركها، قالت: وكان رسول الله صلى الله عليه وآله إذا ذبح الشاة يقول: أرسلوا بها الى أصدقاء خديجة، قالت: فأغضبت يوما فقلت: خديجة ؟ قال: اني قد رزقت حبها
Suatu ketika ‘Āisyah radhiyallāhu ‘anhā berkata:
“Tidaklah aku lebih cemburu kepada istri-istri Nabi kecuali kepada Khadījah, meskipun aku belum pernah bertemu dengannya.”
‘Āisyah pun menceritakan ketika Nabi menyembelih seekor kambing, Nabi pun berkata:
“Berikanlah sebagian sembelihan ini kepada teman-temannya Khadījah.”
Maka aku pun kesal dan berkata:
“Khadījah lagi!?”
Nabi lalu menjawab:
“Sesungguhnya aku diberikan anugerah yang lebih untuk mencintai Khadījah.”
(HR. Muslim)
Ini adalah diantara bentuk inshafnya (obyektifnya) ‘Āisyah, walaupun beliau melakukan beberapa kesalahan (yaitu merasa kesal) namun beliau tetap meriwayatkannya, tidak beliau sembunyikan kesalahannya karena di dalamnya terdapat ilmu.
Tidak seperti orang-orang syi’ah yang mencaci maki ‘Āisyah, kata mereka ‘Āisyah itu lisannya kotor.
Kita katakan, “Tidak”, namun lisan orang-orang syiah itu sendirilah yang kotor.
Dalam riwayat lain, ‘Āisyah pernah membicarakan salah seorang istri Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yaitu Shafiyyah.
Kata ‘Āisyah: “Shafiyyah adalah wanita yang pendek.”
Lalu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam marah. Kalau seandainya kesalahan ‘Āisyah adalah masalah duniawi maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak marah dan mengalah. Akan tetapi kalau kesalahan ‘Āisyah sudah sampai derajat ghībah dan menyangkut masalah agama maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menegur dengan berkata:
“Wahai ‘Āisyah, kau telah mengucapkan sesuatu yang buruk, kau mengghībah Shafiyyah. Kalau seandainya ucapan kotor ini dicampur dengan air laut maka akan merubah air laut tersebut.”
Jika kita perhatikan, hadīts ini diriwayatkan oleh ‘Āisyah sendiri dan beliau sampaikan apa adanya.
⇒Ini menunjukkan bagaimana inshafnya beliau.
Sungguh mencela dan mencaci ibunda ‘Āisyah sebagaimana tuduhan kaum syiah, bahwa ‘Āisyah itu bermulut kotor adalah ucapan yang keji.
Bagaimana kita mencaci ‘Āisyah sementara:
– ‘Āisyah adalah kekasih yang sangat dicintai oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
– Yang Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam wafat di pangkuan ‘Āisyah radhiyallāhu ‘anhā.
– Yang Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dikuburkan di rumah ‘Āisyah radhiyallāhu ‘anhā.
Hadīts ini adalah sekedar isyarat yang menunjukkan bahwa ‘Āisyah itu sebagaimana wanita lainnya, yaitu bersifat pencemburu.
Suatu hal yang wajar apabila seorang istri cemburu dengan wanita lain.
Khadījah bukanlah istri biasa, beliau memiliki peran dalam perkembangan Islam.
Bagaimana beliau berkorban dengan segala hal, termasuk harta untuk mendukung dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Karena itu tidak heran jika Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam membanggakan kecintaan Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Khadījah dengan mengatakan:
“Aku telah di anugerahi Allāh untuk cinta kepada Khadījah.”
Demikian yang bisa disampaikan, In syā Allāh besok kita lanjutkan pada pembahasan selanjutnya.
__________