🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, ونتوب إليه وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لا نبي بعده.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فإن اصدق الحديث كتاب الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَاتٍ بدعة وكلّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ وكلّ ضلالة في النار
Ikhwāni Fīllāh ‘Azaniyallāhu wa iyyakum.
Bukan berarti semua kerusakan ada pada bangsa Arab, tapi ada juga sifat-sifat baik yang tersebar dikalangan mereka (orang-orang Arab).
Diantara sifat-sifat mereka yang mulia, yaitu:
√ Ringan tangan untuk membantu.
√ Memuliakan tamu.
Bahkan disebutkan jika salah seorang diantara mereka hanya memiliki 1 ekor unta saja dan unta itu merupakan sumber penghasilan mereka satu-satunya, ketika datang tamu dari jauh dan tidak ada yang bisa dia gunakan untuk memuliakan tamu tersebut, maka dia akan memotong unta tersebut untuk disuguhkan kepada tamunya.
Diantara orang jāhilīyyah yang terkenal mulia dan dermawan adalah:
⑴ ‘Amr bin Luhay Al Khuzā’i
‘Amr bin Luhay Al Khuzā’i (pembawa kesyirikan pertama kali dikota Mekkah), dia memotong 10 ribu unta setiap tahun untuk jama’ah haji, ini luar biasa.
⑵ ‘Abdullāh bin Jud’an
‘Abdullāh bin Jud’an sangat dermawan dan terkenal kedermawanannya.
Dia meninggal sebelum Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam diutus menjadi seorang Nabi, tetapi Nabi mendapati masa ‘Abdullāh bin Jud’an ini.
Diantara kebaikannya adalah tatkala Syuhaib Ar Rūmi datang dalam kondisi menjadi budak, kemudian dibeli dan dibebaskan oleh ‘Abdullah bin Jud’an, lalu tinggal bersamanya sampai ‘Abdullāh bin Jud’an meninggal. Sehingga dikenal dengan Syuhaib maula Ibnu Jud’an karena yang membebaskan dia adalah ‘Abdullāb bin Jud’an.
‘Abdullāh bin Jud’an juga sering menyambung silaturahim dan sering mengundang tamu. Kalau ada masalah, orang-orang akan kumpul dirumahnya.
Bahkan ada perjanjian yang namanya Al Hilful Fudhul, yaitu ketika terjadi kezhaliman Mekkah dimana pada saat itu ada seorang yang menjual barang lalu barangnya diambil tetapi tidak dibayar oleh orang Quraysh, sehingga orang ini berteriak dan didengar oleh orang-orang Quraysh yang lain. Lalu mereka berkumpul dirumahnya ‘Abdullah bin Jud’an untuk mengatasi masalah ini, sampai Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengingat hal tersebut.
Nabi mengatakan:
لَوْ دُعِيتُ إِلَيْهِ فِي الْإِسْلَامِ لَأَجَبْتُ
_”Kalau seandainya saya sudah diutus menjadi Nabi kemudian diajak pertemuan seperti itu maka saya akan penuhi.”_
Kenapa?
Karena baiknya ‘Abdullāh bin Jud’an.
Bahkan disebutkan dalam suatu riwayat, Ibnu Katsīr menyebutkan dalam Al Bidayah wa An Nihāyah bahwa tatkala dalam perang Uhud, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyuruh para shahābat untuk mencari mayatnya Abū Jahl. Kemudian kata Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam):
“Kalau kalian ragu dia Abū Jahl atau bukan maka coba lihat lututnya, kalau ada bekas lukanya maka dia Abū Jahl. Karena waktu kami masih kecil pernah diundang makan oleh ‘Abdullāh bin Jud’an. Kami rebutan makanan sehingga Abū Jahl jatuh dan lututnya luka dan sampai sekarang masih ada bekasnya.”
Oleh karenanya dalam hadīts, ‘Āisyah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā pernah bertanya kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam :
يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْنُ جُدْعَانَ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَصِلُ الرَّحِمَ وَيُطْعِمُ الْمِسْكِينَ فَهَلْ ذَاكَ نَافِعُهُ قَالَ ” لاَ يَنْفَعُهُ إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ “
“Yā Rasūlullāh, bagaimana dengan ‘Abdullāh bin Jud’an, dia adalah orang yang baik, yang menyambung silaturahim, memberi makan kepada tamu, memberi makan kepada orang-orang miskin, apakah bermanfaat bagi dia kebaikannya dahulu di zaman jāhilīyyah?”
Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
“Tidak bermanfaat, dia tidak pernah berdo’a kepada Allāh: Yā Allāh ampunilah dosa-dosaku pada hari kiamat kelak.”
(Hadits Riwayat Imam Muslim nomor 214)
Dia mati dalam keadaan musyrik sama seperti ‘Amr bin Luhay, meskipun mereka orang yang sangat dermawan.
⑶ Al Hātim
Hātim adalah ayah Adi bin Hātim, Hātim adalah seorang yang sangat dermawan bahkan sering disebutkan cerita-cerita tentang kedermawannya, sampai dijadikan permisalan kedermawanan orang Arab. Dan anaknya, Adi bin Hātim (seorang shahābat) masuk Islām.
Anaknya pernah bertanya kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبِي كَانَ يَصِلُ الرَّحِمَ وَيَفْعَلُ وَيَفْعَلُ فَهَلْ لَهُ فِي ذَلِكَ يَعْنِي مِنْ أَجْرٍ قَالَ إِنَّ أَبَاكَ طَلَبَ أَمْرًا فَأَصَابَهُ
_”Yā Rasūlullāh, ayahku dulu menyambung silaturahim dan dia melakukan ini dan ini, apakah dia dapat pahala?”_
_Maka kata Nabi:_
_”Sesungguhnya ayahmu melakukan itu semua karena dia mencari sesuatu dan dia mendapatkan sesuatu tersebut.”_
(Hadits Riwayat Ahmad nomor 18576)
Dalam riwayat yang lain kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:
إِنَّ أَبَاكَ أَرَادَ أَمْرًا فَأَدْرَكَهُ
_”Ayahmu dahulu mencari sesuatu, lalu ia pun mendapatinya.”_
(Hadits Riwayat Ahmad nomor 17550)
==> Mencari sesuatu yaitu karena ingin dipuji sehingga tidak bermanfaat seluruh kebaikannya karena riyā.
⇒ Inilah diantara kebaikan-kebaikan orang Arab di zaman jāhilīyyah.
Diantara sifat baik dan mulia orang Arab jāhilīyyah yang lain adalah:
√ Menepati janji, mereka bila berjanji selalu memenuhi janjinya.
√ Keberanian mereka.
√ Kejujuran mereka, mereka menganggap dusta merupakan perkara yang sangat menjatuhkan harga diri seseorang, mereka sangat menjunjung tinggi kejujuran meskipun mereka terjerumus dalam kerusakan yang lain.
Dari sini, kita tahu bahwasanya kondisi orang Arab sangat parah, dari sisi agama dan akhlaq sangat parah dan rusak, meskipun ada sisi akhlaq yang baik.
Oleh karena itu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
_”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”_
Artinya, sudah ada akhlaq yang mulia dikalangan orang-orang jāhilīyyah dan disempurnakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla agar dipupuk dan dikembangkan.
Karena kondisi umat seperti itu, maka saatnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengutus Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk memperbaharui agama nenek moyangnya (yaitu) agama Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām (agama Tauhīd) dan juga agama Nabi Ismā’īl ‘alayhissalām.
In syā Allāh, kita lanjutkan pembahasan kita tentang nasab Nabi dan juga Kelahiran Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan perkara-perkara yang berkaitan dengan sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Demikian saja yang bisa saya sampaikan. Kita cukupkan sampai disini saja, In syā Allāh besok kita lanjutkan lagi.
Wabillāhi taufīq walhidayah.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
_____________________