Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Belajar Tauhid > Halaqah – 17 Tathoyyur (Merasa Sial Dengan Sesuatu)

Halaqah – 17 Tathoyyur (Merasa Sial Dengan Sesuatu)

👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 Belajar Tauhid

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Pelajaran yang ke-17 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Tathayyur”, yaitu merasa sial dengan sesuatu.

Tathayyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau mendengar kejadian tertentu, Seperti:

• Melihat tabrakan atau,
• Orang yang berkelahi atau, yang semisalnya.

Kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya, seperti bepergian, berdagang dan lain-lain. Tathayyur termasuk syirik kecil apabila perasaan tersebut kita ikuti, Rasūlullāh ﷺ bersabda,

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barangsiapa yang thiyarah menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya maka dia telah berbuat syirik.” (Hadits shahīh diriwayatkan oleh Imām Ahmad)

Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir, sebagaimana hal ini dinafikan dan di ingkari oleh Rasūlullāh ﷺ, Beliau bersabda,

وَلاَ الطِّيَارَة

“Tidak ada thiyārah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Maksudnya, thiyārah ini hanya sebuah perasaan saja yang tidak akan berpengaruh terhadap takdir Allāh ﷻ. Oleh karena itu seorang Muslim tidak boleh mengikuti was-was syaithān ini. Dan hendaknya dia Memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi di permukaan bumi berupa kebaikan & keburukan adalah dengan takdir Allāh ﷻ semata, Yakin bahwa tidak (ada yang) mendatangkan kebaikan kecuali Allāh ﷻ dan tidak (ada yang) melindungi dari keburukan kecuali Allāh ﷻ. Hanya bertawakal kepada Allāh ﷻ semata dan berbaik sangka kepada Allāh ﷻ.

Apabila datang perasaan tersebut maka hendaknya segera dihilangkan dengan tawakkal dan tetaplah dia melaksanakan hajatnya. Dan apa yang terjadi setelah itu adalah takdir Allāh ﷻ semata.

Adapun tafā’ul maka diperbolehkan didalam agama kita. Tafā’ul artinya adalah berbaik sangka kepada Allāh ﷻ karena melihat atau mendengar sesuatu. Dahulu Nabi ﷺ sering bertafā’ul seperti ketika Perjanjian Hudaibiyah. Utusan Quraisy saat itu bernama Suhail. Dan Suhail adalah bentuk pengecilan dari kata “sahl” yang artinya “yang mudah”. Maka Beliau pun berbaik sangka kepada Allāh ﷻ bahwa perjanjian ini akan membawa kemudahan dan kebaikan bagi umat Islam.

Maka benarlah persangkaan Beliau. Allāh ﷻ, membuka setelah itu (yaitu setelah perjanjian tersebut) pintu-pintu kemudahan bagi umat Islam.

Itulah halaqah yang ke-17 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top