🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Kitābul Jāmi’ | Bulughul Maram
📝 AlHāfizh Ibnu Hajar ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
~~~~~~~
وعَنْ ابن مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قاَلَ: قاَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ، فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فاَعِلِهِ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ .
Dari shahābat Ibnu Mas’ūd radhiyallāhu Ta’āla anhu, beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka bagi dia pahala yang orang yang mengerjakan kebajikan tersebut.”
(HR Muslim)
~~~~~~~
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Kita masih dalam Bāb Al-Birru wa Ash-Shilah dari Kitābul Jāmi’ dari Kitāb Bulūghul Marām.
Kita lanjutkan hadits berikutnya:
وعَنْ ابن مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قاَلَ: قاَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ، فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فاَعِلِهِ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ .
Dari shahābat Ibnu Mas’ūd radhiyallāhu Ta’āla anhu, beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka bagi dia pahala yang orang yang mengerjakan kebajikan tersebut.”
(HR Muslim)
Hadits ini adalah hadits yang agung, yang menjelaskan tentang keutamaan memberi petunjuk kebaikan kepada orang lain.
Disini kata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ
“Barangsiapa yang menunjukkan akan kebaikan.”
Kalau kita perhatikan konteksnya adalah konteks persyaratan:
“Barangsiapa… maka…”
Ini namanya konteks persyaratan.
⇒ Barangsiapa menunjukkan pada kebaikan maka…
Jawabannya:
فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فاَعِلِهِ
“Bagi dia seperti pahala orang yang mengerjakannya.”
Disini memberikan faidah keumuman;
⑴ Man (من): siapa saja
Yaitu siapa saja yang menunjukkan kepada kebaikan.
⇒ Jadi siapa saja baik laki-laki maupun perempuan, baik orangtua atau anak muda, yang penting dia bisa menunjukkan kebaikan kepada orang lain.
⇒ Maka dia akan mendapatkan pahala seperti yang diamalkan oleh orang yang mengamalkan kebaikan tersebut.
⑵ Khayrin (خيْرٍ): kebaikan
Di sini, kebaikan datang dalam:
• Bentuk nakirah, dan
• Dalam konteks jumlah syarthiyyah (kalimat syarat)
⇒ Maka memberikan faidah keumuman.
⇒ Artinya, barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan APAPUN, maka mencakup kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat.
Dan kalau kita perhatikan hadits ini, kita bacakan haditsnya secara lengkapnya di dalam Shahīh Muslim, kita akan dapati hadits ini datang dalam bentuk masalah kebaikan duniawi, yaitu:
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي أُبْدِعَ بِي فَاحْمِلْنِي فَقَالَ مَا عِنْدِي فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا أَدُلُّهُ عَلَى مَنْ يَحْمِلُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Dari Ibnu Mas’ūd Al-Anshāriy radhiyallāhu ‘anhu, beliau berkata: Datang seorang lelaki kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.”
Kemudian lelaki ini berkata:
“Yā Rasūlullāh, sesungguhnya tungganganku (ontaku) tidak bisa lagi aku naiki maka berilah tunggangan bagiku.”
Jawab Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
“Aku tidak memiliki tunggangan yang bisa aku berikan kepadamu.”
Tiba-tiba ada seorang lelaki mengatakan:
“Yā Rasūlullāh, aku bisa menunjukkan kepada orang ini terhadap orang yang bisa memberikan tunggangan kepada dia.”
Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan,
“Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, bagi dia seperti pahala orang yang melakukannya.”
Perhatikan di sini, hadits ini berkaitan dengan kebaikan dunia.
Artinya, ada orang yang tidak memiliki tunggangan dan dia minta tolong kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam agar diberi tunggangan.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan, “Aku tidak memiliki tunggangan untuk aku berikan kepadamu.”
Ada lelaki (shahābat) lain mengatakan, “Saya bisa menunjukkan ada orang yang bisa memberikan dia tunggangan.”
Si penunjuk ini, dia tidak memiliki tunggangan, tetapi dia bisa menunjukkan kepada “donatur” yang punya tunggangan yang bisa dipakai oleh orang yang minta tunggangan tadi.
Ternyata dia juga dapat pahala sebagaimana “donatur” tadi.
“Donatur” tadi yang mempunyai tunggangan mendapat pahala karena memberi tunggangan kepada lelaki yang minta tunggangan.
Demikian juga lelaki yang memberi petunjuk yang menunjukkan kepada “donatur” tersebut.
Subhanallãh, betapa besar karunia Allãh Subhānahu wa Ta’āla dan betapa luas rahmat Allãh Subhānahu wa Ta’āla.
Lelaki ini tidak punya uang/kemampuan/tunggangan, namun dia hanya menunjukkan kepada orang yang punya tunggangan, ternyata kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, dia juga berpahala sebagaimana orang yang memiliki tunggangan untuk diberikan kepada orang lain.
Padahal ini berkaitan dengan masalah kebaikan dunia (masalah memberikan tunggangan kepada orang lain), bagaimana lagi tentang masalah akhirat?
Seperti seseorang yang menunjukkan kepada orang lain bagaimana belajar shalat yang benar, bagaimana beraqidah yang benar.
Kalau seseorang mungkin tidak mampu jadi ustadz, tidak mampu untuk menjelaskan tentang ‘aqīdah dan fiqih, tapi dia menunjukkan dimana tempat ustadz, maka sebagaimana orang tadi yang menunjukkan dimana lokasi “donatur” yang bisa membantu dia, juga berpahala.
Demikian juga seseorang yang menunjukkan dimana tempat ustadz.
Maka bisa jadi, jika seseorang membuat iklan, membagikan (share) informasi dimana tempat kajian sehingga ada orang lain yang tahu tempat kajian tersebut gara-gara membaca “share” yang dia tebarkan atau iklan yang dia tempelkan kemudian orang itu datang ke pengajian, maka dia juga mendapatkan pahala karena dia yang menunjukkan kepada kebaikan.
Dari sini kita tahu bahwasanya keutamaan dakwah itu luar biasa.
Kalau orang-orang mendapatkan petunjuk gara-gara dakwah maka sang da’i tersebut juga mendapatkan pahala.
Semakin banyak orang yang mendapat hidayah karena dia, maka akan semakin banyak pahala yang akan dia peroleh.
Para ulama menyebutkan bahwasannya para shahābatlah mereka adalah generasi terbaik karena mereka adalah para da’i (dū’āt ilallāh).
Tidak perduli apapun pekerjaan mereka, ada yang petani, ada yang pedagang, semuanya bersepakat dalam satu perkara yaitu mereka sama-sama berdakwah di jalan Allãh bersama Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Oleh karenanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
“(Katakanlah) Ini adalah jalanku, aku menyeru kepada Allãh diatas ilmu, aku dan bersama-sama orang yang mengikutiku.”
(Yūsuf 108)
Oleh karenanya para shahābat yang mengikuti Nabi, mereka juga berdakwah di jalan Allãh Subhānahu wa Ta’āla.
Semoga Allãh menjadikan kita semua adalah para da’i yang menyeru pada kebaikan, baik yang memberikan materi ataupun yang menunjukkan kepada lokasi-lokasi pengajian.
وبالله التوفيق
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________
Assalamualaikum.. Terimakasih Yaaa.