Home > Dirosah Islamiyah > Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah > Materi 33 – Poin-Poin Beriman Kepada Alloh Yang Terkandung Di Dalam QS As Syura Ayat 49 dan 50 Bag 03 -selesai

Materi 33 – Poin-Poin Beriman Kepada Alloh Yang Terkandung Di Dalam QS As Syura Ayat 49 dan 50 Bag 03 -selesai

🌍 WAG Dirosah Islamiyah
🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ ومن وَالَاه

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala.

Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَـٰثًا

“Atau Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka campur (bermacam-macam) laki-laki dan juga wanita.” [QS Asy-Syura: 50]

Ada di antara kita yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan dua-duanya (anak wanita maupun anak laki-laki). Ini adalah macam yang ketiga, yaitu Allah memberikan kepada seseorang anak laki-laki dan wanita.

⑴ Allah memberikan anak wanita saja.
⑵ Allah memberikan anak laki-laki saja.
⑶ Allah memberikan anak wanita dan laki-laki.

Ini semua kembali kepada masyi’atullah (Allah-lah yang menghendaki).

وَیَجۡعَلُ مَن یَشَاۤءُ عَقِیمًا

“Dan Allah menjadikan siapa yang Allah kehendaki yaitu sebagian yang lain yang Allah kehendaki عَقِیمًاۚ (dalam keadaaan dia mandul) atau tidak memiliki anak.” [QS Asy-Syura: 50]

Berarti semuanya ada empat jenis tidak keluar dari empat jenis ini.

⑷ Allah menghendaki dia tidak memiliki anak.

Siapa yang menghendaki dia mandul? Tentu Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menghendaki.

Maka seorang wanita muslimah maupun muslim. Ingat! Apabila demikian yang menimpa dia, maka kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahwasanya yang telah menjadikan dia mandul adalah Allah.

Kenapa Allah menjadikan dia mandul? Karena di sana ada hikmahnya, hanya saja kita tidak tahu.

Di antara hikmahnya (mungkin) kalau kita diberikan anak, kita lalai kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena anak adalah fitnah sebagaimana disebutkan di dalam beberapa ayat.

إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَـٰدُكُمْ فِتْنَةٌ

“Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah fitnah bagi kalian.” [QS At-Taghabun:15]

Mungkin ada di antara kita, jika diberikan fitnah anak ini kemudian dia lalai atau lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki kita untuk menyibukkan diri dengan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kita.

Seperti (misalnya) menyibukkan diri dengan ilmu, ada sebagian ulama yang mereka tidak memiliki anak, justru mereka memanfaatkan hal tersebut untuk memperbanyak menuntut ilmu. Dia menyampaikan ilmu, bukan malah menghabiskan waktunya termenung, bersedih, karena tidak memiliki anak atau berhura-hura dan seterusnya. Tidak!

Justru dia manfaatkan waktunya untuk memberikan manfaat kepada umat, jangan sampai dia rugi dua kali, sudah tidak memiliki anak kemudian menyia-nyiakan waktunya. Justru kalau demikian dia manfaatkan.

Lihat Umul Mukminin (Aisyah radhiyallahu ‘anhaa) beliau tidak memiliki anak dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan beliau kelebihan. Beliau termasuk tujuh orang sahabat yang paling banyak menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Ini namanya faqih (orang yang memahami).

Kalau memang demikian, hendaklah kita memanfaatkan dengan baik dengan memperbanyak ketaatan dan kesibukan-kesibukan yang bermanfaat terutama yang berkaitan dengan agama dan akhirat.

Jangan kita dirundung oleh kesedihan, sudah kita tidak memiliki anak, kemudian secara akhirat kita rugi. Kita harus bersabar dan berhusnudzan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jangan kita berputus asa sebelum kita berusaha. Kita diperintahkan untuk berobat, mungkin di sana ada jalan keluar dan kita harus mencari jalan keluar yang syar’i, obat-obat yang syar’i, mendatangi dokter-dokter yang ahli dan banyak yang sudah mencoba dan Alhamdulillah banyak yang berhasil.

Khususnya zaman sekarang di sana ada cara-cara canggih yang modern dan itu semua tidak terlepas dari kehendak Allah. Semodern apapun, secanggih apapun kalau Allah tidak menghendaki terjadi maka tidak akan tercipta janin.

Jadi mengambil sebab tadi dan bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan bertawakal kepada dokter spesialis, mereka hanya berusaha, semua kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kalau Allah menghendaki kita memiliki anak, maka kita akan diberikan anak dengan cara seperti itu, kalau tidak maka kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita hanya berusaha.

إِنَّهُۥ عَلِیمࣱ قَدِیرࣱ

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia-lah yang Maha Mengetahui dan Dia-lah yang Maha Mampu atau berkuasa untuk melakukan segala sesuatu” [QS Asy-Syura: 50]

Allah Subhanahu wa Ta’ala عَلِیمࣱ (Maha Mengetahui) yaitu yang terbaik untuk kita, ini diberikan anak laki-laki, ini diberikan anak wanita, ini diberikan dua-duanya (anak wanita dan laki-laki) yang lain yang tidak diberikan anak baik anak laki-laki maupun wanita.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi masing-masing dari diri kita, tidak bisa disamakan satu dengan yang lain.

Dan Allah Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu (قَدِیرࣱ) .

Diberikan ini laki-laki, diberikan ini wanita, yang ini diberikan dua-duanya dan ini dijadikan mandul, Allah Maha Mampu untuk melakukan itu semua, tidak ada yang sulit bagi Allah Azza wa Jalla.

Beberapa faedah yang bisa kita ambil dari ayat mulia ini adalah:

⑴ Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki sifat Al-Khalq (Yang Mencipta), kita harus beriman bahwasanya tidak ada yang mencipta selain Allah.

⑵ Allah mencipta sesuai dengan apa yang Allah kehendaki, tidak ada yang bisa membantah apa yang Allah inginkan. Allah memutuskan dan tidak ada yang bisa membantah apa yang Allah putuskan.

⑶ Allah memberikan rezeki anak kepada siapa yang dikehendaki. Ada yang diberikan anak wanita saja, anak laki-laki saja ada yang mendapatkan anak laki-laki maupun wanita dan ada di antara manusia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan dia mandul.

Jadi di sana ada empat jenis manusia. Kembali kepada masyi’atullah.

⑷ Kita menetapkan masyi’ah bagi Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki kehendak dan tidak mungkin terjadi di dunia ini sesuatu di luar kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

“Sesungguhnya urusan Allah apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah sesuatu tadi.” [QS Yasin: 82]

⑸ Di dalam ayat ini kita bisa mengambil faedah menetapkan dua nama di antara nama-nama Allah yaitu Al-‘Alim (العَلِیمࣱ) dan Al-Qadir (القَدِیرࣱ)

√ Al-‘Alim (العليم) Maha Mengetahui
√ Al-Qadir (القدير) Maha Kuasa untuk melakukan segala sesuatu.

Dan masing-masing dari nama ini mengandung sifat Al-‘Alim (العليم) mengandung sifat Al-Ilm ( ٱلْعِلْمِ ) berarti di antara sifat Allah adalah ilmu. Adapun Al-Qadir (القدير) mengandung sifat Al-Qudrah (berkuasa) maka kita tetapkan kedua sifat tadi yang terkandung di dalam kedua nama ini sesuai dengan keagungan Allah Azza wa Jalla.

Ilmu Allah tidak sama dengan ilmu makhluk dan Qudratullah (kekuasaan Allah) tidak sama dengan kekuasaan makhluk.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan In sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya.

والله تعالى أعلم وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top