🌍 WAG Dirosah Islamiyah
🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ ومن وَالَاه
Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.
Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala.
Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah
Beliau mengatakan;
ونؤمن بأنه : لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ۞ لَهُۥ مَقَالِیدُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ یَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن یَشَاۤءُ وَیَقۡدِرُۚ إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمࣱ
[QS Asy-Syura: 11-12]
Dan kita beriman, (kita maksudnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah) masih kita berbicara tentang aqidah dan keyakinan kita terhadap Allah.
ونؤمن بأنه : لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ
Dan kita beriman sesungguhnya Dia (Allah) tidak ada yang serupa dengan Allah.
Ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Allah Subhanahu wa Ta’ala Dia-lah Al-Ahad, Al-Wahid, yang Maha Esa.
Maha Esa, Ahad, tidak ada yang serupa dengan Allah di dalam dzat dan sifat-Nya, yaitu hakikat dari sifat-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala Dia-lah لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شىْءٌ tidak ada yang serupa dengan-Nya. Baik di dalam dzat, sifat maupun af’al (pekerjaan-pekerjaan Allah). Ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, tidak ada yang serupa dengan Allah.
Di antara nama Allah adalah Al-Ahad, Al-Wahid. Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila mengabarkan kepada kita nama, sifat, tentang pekerjaan-pekerjaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketahuilah bahwasanya nama, sifat, dan pekerjaan-pekerjaan Allah tidak serupa dengan apa yang ada pada makhluk. Ini kaidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah berdasarkan firman Allah:
لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ
Syai’i شىْءٌ adalah nakirah fisyiak an-nafi, dia adalah kalimat nakirah dan di sini adalah kalimat negatif sehingga menunjukkan keumuman.
Umum yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ada yang serupa dengan Dia sesuatu apapun. Baik di dalam dzat, sifat maupun pekerjaannya. Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak sama dengan dzat makhluk.
Dan sifat Allah juga demikian, tidak sama dengan sifat makhluk dan pekerjaan Allah (apa yang Allah lakukan) juga tidak sama dengan yang dilakukan oleh makhluk.
Dari sini Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan kepada kita tentang dzat-Nya, mengabarkan kepada kita tentang sifat-Nya, mengabarkan kepada kita tentang pekerjaan-pekerjaan-Nya, maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengatakan pasti sifat dan pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak sama dengan yang ada pada makhluk.
Sifat tersebut sesuai dengan keagungan Allah. Pekerjaan-pekerjaan tersebut sesuai dengan keagungan Allah.
Karena Allah mengabarkan لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شىْءٌ “tidak ada yang serupa dengan Allah sesuatu apapun”. Sehingga setiap nama, sifat dan pekerjaan-pekerjaan Allah, yang Allah kabarkan kepada kita, kita yakin bahwasanya tidak ada di antara apa yang kita sebutkan tadi yang serupa dengan makhluk.
Sehingga Ahlus Sunnah wal Jama’ah ketika mereka mempelajari nama dan juga sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini yang senatiasa mereka sebutkan. Bahwasanya penetapan nama dan juga sifat, serta penetapan fi’il bagi Allah tidak mengharuskan kita menyerupakan Allah dengan makhluk.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan kepada kita tentang nama dan di dalam nama tadi mengandung sifat, maka kita yakini bahwasanya sifat tersebut dimiliki oleh Allah tetapi tidak sama dengan makhluk. Seperti nama-nama yang sudah berlalu penyembutannya.
Misalnya: Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki nama Al-‘Alim Al-Qadir
√ Al-‘Alim (العليم) artinya Maha Mengetahui di dalamnya ada sifat Al-‘Ilm ٱلْعِلْمِ. Ilmu yang Allah miliki adalah ilmu yang sangat sempurna.
Mencapai puncak kesempurnaan.
Kita tetapkan bahwa ilmu tadi adalah sifat Allah, kemudian kita yakini bahwa ilmu tadi tidak sama dengan ilmu yang dimiliki oleh makhluk. Karena makhluk juga memiliki sifat ilmu.
Dalam Al-Quran, Nabi Ibrahim dikabarkan kepada beliau bahwasanya beliau akan mendapatkan anak yang memiliki sifat ilmu.
بِغُلَـٰمٍ عَلِيمٍ
“Dengan anak yang memiliki sifat ilmu.” [QS Al-Hijr: 53]
إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَـٰٓؤُا۟
“Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah adalah orang yang berilmu.” [QS Fathir: 28]
Berarti makhluk juga memiliki sifat ilmu. Ketika Allah mengabarkan bahwasanya Allah adalah Al-‘Alim, لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شىْءٌ. Berarti sifat ilmu yang Allah miliki tidak sama hakikatnya dengan sifat ilmu yang dimiliki makhluk. Ilmu Allah adalah ilmu yang sempurna.
Bagaimana kesempurnaan ilmu Allah? Ilmu Allah tidak didahului oleh kebodohan dan tidak diiringi dengan kelupaan. Berbeda dengan manusia, manusia dia juga berilmu.
إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَـٰٓؤُا۟
Para ulama bagaimanapun kehebatan dan ketinggian ilmu yang mereka miliki pasti dahulunya diawali dengan ketidak-tahuan.
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَـٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا
“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut-perut ibu-ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun.” [QS An-Nahl: 78]
Sama antara kita dengan ulama, dahulu kita dilahirkan dalam keadaan kita tidak tahu. Jadi ilmu kita diawali dengan ketidak-tahuan.
Apakah terus demikian? Tidak. Pasti di sana ada akhirnya, kita akan mati atau sebelum mati seseorang sudah lupa atau dilupakan atau terkena musibah sehingga dia tidak mengingat sesuatu apapun, mungkin saja demikian.
Atau berkurang kekuatan hafalannya, itulah ilmu yang kita miliki sehingga sebagian orang menjadi pikun bahkan terkadang dia tidak mengetahui dan tidak ingat namanya dan tidak ingat nama-nama anak-anaknya yang selama ini dia bergaul dengan mereka, hidup serumah dengan mereka.
Ini keadaan manusia, kita memiliki ilmu, dan Allah juga mengabarkan bahwasanya Dia Al-‘Alim. Tapi seperti yang tadi kita sebutkan bahwasanya ilmu Allah sesuai dengan keagungan-Nya, Ilmu yang sempurna dan tidak sama dengan ilmu yang dimiliki oleh makhluk.
√ Al-Qadir (القدير) Maha Berkuasa untuk melakukan segala sesuatu.
Kita manusia juga memiliki qudrah dan kekuasaan, kita bisa duduk, kita bisa berjalan, kita bisa makan, kita bisa bermain, berarti kita punya qudrah. Tapi beda antara qudrah kita dengan qudratullah. Qudratullah ala kulli Syai’ (Allah Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu).
Adapun kita, banyak perkara-perkara yang kita tidak bisa melakukannya. Maka bagaimana kita samakan antara qudrah Allah dengan qudrah makhluk.
لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شىْءٌ
Sehingga tidak ada yang serupa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan In sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya.
والله تعالى أعلم وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
════ ❁✿❁ ════