🌍 WAG Dirosah Islamiyah
🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ ومن وَالَاهُ
Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.
Kita lanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang ditulis oleh fadhilatu Asy-Syaikh Muhammad Bin Sholih Al Utsaimin rahimahullāhu ta’ala.
Kita masih pada fasal Muqaddimah.
Setelah mengucapkan syahadat, لا إله إلا الله maka beliau mengiringi dengan syahadat محمد رسوالله , beliau mengatakan:
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
Dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya dan juga Rasul-Nya
Dan dua kalimat syahadat ini adalah satu kesatuan, tidak bisa dipisah satu dengan yang lain. Barangsiapa yang bersaksi dengan syahadat yang pertama, maka dia diharuskan untuk bersaksi dengan syahadat yang kedua. Demikian pula sebaliknya.
Barangsiapa yang memisahkan bersaksi لا إله إلا الله tetapi tidak bersaksi bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah, maka tidak diterima keislamannya, demikian pula sebaliknya. Makanya dalam hadits (HR Bukhari), Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan:
بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ ،
Islam itu dibangun di atas lima perkara, kemudian beliau menyebutkan yang pertama adalah persaksian bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah. Ini adalah rukun yang pertama, mengandung dua kalimat syahadat, karena ini adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.
Dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan juga Rasul-Nya. Muhammad itu Muhammad Ibni Abdillah Ibni Abdil Mutholib Al Hasyim Al Qurosyi, bersaksi bahwasanya beliau adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Artinya hamba yaitu yang menghambakan dirinya kepada Allah, tunduk kepada Allah, mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menyembah hanya kepada Allah maka ini adalah makna hamba-Nya.
Jadi kita bersaksi bahwasanya beliau adalah seorang hamba, yaitu hamba bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensifati Nabi-Nya Muhammad Shallallhu ‘alaihi wa Sallam di dalam Al-Quran, di dalam beberapa tempat dengan hamba ini.
Disifati beliau sebagai hamba Allah. Dan ini adalah gelar yang mulia, yang dicapai oleh seorang hamba, seorang makhluk yaitu menjadi seorang hamba bagi Rabbul ‘alamin
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan ketika menantang orang-orang kafir untuk mendatangkan yang semisal dengan satu surat di dalam al Quran:
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ
“Kalau kalian ragu dengan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, maka datangkan satu surat yang semisal dengan surat yang ada di dalam Al-Quran.” [QS Al-Baqarah: 23]
Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala: عَلَى عَبْدِنَ (kepada hamba Kami), yaitu Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam.
Dan mereka tidak bisa, meskipun mereka adalah orang-orang Arab dan mereka adalah الفصحة, orang yang paling fasih, tapi tidak ada di antara mereka yang bisa mendatangkan yang semisal dengan satu surat saja di dalam Al-Quran.
Al-Quran terdiri dari huruf yang mereka ketahui yaitu huruf hijayah, dan mereka mengaku orang yang paling fasih, tapi tidak ada satupun di antara mereka yang bisa mendatangkan yang semisal dengan satu surat di dalam Al-Quran.
Menunjukkan bahwasanya Al-Quran adalah Kalamullah, Kalam Rabbil ‘ Alamin, bukan ucapan manusia saja. Dan seandainya ini adalah ucapan manusia bisa dengan mudah mereka mendatangkan apa yang semisal dengan apa yang ada di dalam Al-Quran.
Maka Allah ketika menantang orang-orang kafir mensifati nabi-Nya dengan ubudiyah, عَلَىٰ عَبْدِنَا, yang Kami turunkan kepada hamba Kami.
Kemudian juga ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang doa, yaitu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berdo’a. Allah juga mensifati beliau dengan hamba. Di dalam Surat Al Jinn, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
وَّاَنَّهٗ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللّٰهِ يَدْعُوْهُ
Dan sesungguhya ketika shalat, Abdullah (maksudnya adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam), dia berdoa (meminta kepada Allah). [QS Al-Jinn:19]
Maka di sini maqamnya adalah maqam ادعا, maqamu dakwah. Beliau dalam keadaan berdo’a meminta kepada Allah, maka disifati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan Abdullah (hamba Allah)
Demikian pula ketika Isra dan juga Miraj.
Isra ➡️ maka Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menyebutkan tentang di-Isra-kannya Rasulullah Shallallhau ‘alaihi wa Sallam, Allah mensifati beliau dengan hamba-Nya
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
“Maha suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Kami berkahi di sekitarnya.” [QS Al-Isra: 1]
Maka Isra ini kejadian yang besar. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati Nabi-Nya dengan العبود. Maka ketika kalau kita ingin mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah, kita harus memperbaiki العبودية (penghambaan) kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sudahkah kita menundukkan apa yang kita miliki kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengakui bahwasanya kita ini makhluk, hamba yang lemah.
Sudahkah kita menundukkan hati kita kepada Allah. Cinta, rasa takut, rasa mengharap, ikhlas.
Sudahkah kita menundukkan seluruh anggota badan kita untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengajak anggota badan kita untuk beribadah dan taat kepada Allah, mengajaknya untuk menjaga shalat lima waktu, mengajaknya untuk melakukan puasa di bulan Ramadhan, mengajaknya untuk menginfaqkan harta di jalan Allah. Dan juga amalan-amalan yang lain.
Sudahkan kita membawa menundukkan anggota badan kita tadi untuk Allah saja. Maka semakin seseorang menundukkan hatinya, menundukkan anggota badannya untuk Allah, maka akan semakin tinggi derajat العبودية dia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala
Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah ٱلْعَبْدُ ٱلْعَظِيم, beliau adalah hamba Allah yang paling menghambakan dirinya kepada Allah. Maka kita bersaksi bahwasanya beliau adalah hamba Allah, artinya hamba tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan. Namanya juga hamba, namanya hamba menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang memiliki sifat ketuhanan adalah yang disembah yaitu Allah.
Adapun beliau maka hanya sebagai seorang hamba. Kalau kita sudah mengatakan, و أشهد ان محمداعبده (beliau seorang hamba), maka kita harus menempatkan beliau pada tempatnya.
Dan insya Allah tentang masalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam akan dibahas secara khusus kalau kita sudah masuk pada kitabnya.
ورسوله
Dan beliau adalah Rasul ➡️ Rasulullah. Selain beliau seorang hamba maka beliau adalah seorang Rasul. Artinya Rasul harus kita hormati karena beliau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Harus kita tunaikan hak-haknya.
Kita seandainya ada seseorang kepala negara, mengutus kepada kita seorang utusan dan kita tahu bahwasanya beliau adalah utusan kepala negara, maka tentunya kita akan berusaha untuk menghormati utusan itu. Meskipun yang datang bukan kepala negara sendiri. Tapi dia hanya sekedar utusan. Tapi kita melihat siapa yang mengutus. Yang mengutus adalah orang yang kita hormati, maka kita berusaha untuk menghormati utusan tadi.
Dan yang mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘aliahi wa Sallam adalah Allah, maka kita harus menunaikan hak-hak beliau sebagai seorang utusan, artinya dihormati. Tidak boleh kita mencela, tidak boleh kita dustakan.
Makanya para ulama mengatakan;
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ،عَبْدٌ لاَ يُعْبَدْ ، ورَسُولٌ لَا يُكَذَّبْ
“Beliau adalah seorang hamba dan tidak disembah, dan beliau adalah seorang Rasul, tidak boleh dihinakan”.
Maka disini adalah bantahan kepada dua kelompok sekaligus. Kelompok yang :
1. Selalu berlebih-lebihan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sehingga menundukkan beliau pada derajat uluhiyah. Padahal beliau adalah seorang عَبْدٌ
2. Yang menghinakan beliau yang mendustakan beliau, padahal beliau adalah seorang Rasul. Seorang Rasulullah harus dibenarkan.
Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, in sya Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya, pada waktu dan keadaan yang lebih baik.
والله تعالى أعلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
════ ❁✿❁ ════