🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc حفظه لله تعالى
📗 Kitab كيف تكون مفتاحاً للخير (Bagaimana Engkau Menjadi Kunci Kebaikan)
📝 Syaikh Abdurrazaq Al Badr حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد
Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membaca kunci (langkah) pertama yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta’āla dalam Kitāb: كيف تكون مفتاحاً للخير (Bagaimana Langkah Langkah Anda Menjadi Seorang Pembuka Pintu Kebaikan).
Kunci atau langkah pertama adalah kita harus tahu bahwa Allāh adalah sebaik-baik pembuka (خَيْرُ الْفَاتِحِينَ). Allāh adalah sebaik-baik pembuka yang membukakan pintu-pintu kebaikan untuk kita.
Perlu kita ketahui bahwa Al Fattah ( الفتَّاح ), Yang Maha Pembuka, adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla, sehingga Allāh-lah yang merupakan sebaik-baik pembuka.
Al Fattah (الفتَّاح) merupakan salah satu nama Allāh. Setiap muslim yang beriman kepada Allāh dan Asmaul Husna-Nya, wajib menggunakan nama ini untuk mendekatkan diri kepada Allāh.
Sebagaimana firman-Nya:
وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ
“Dan Allāh memiliki Asmaul Husna, maka berdo’alah kalian dengan menggunakannya.”
(QS. Al Arāf: 180)
Do’a yang diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk menggunakan nama-Nya mencakup dua jenis do’a, yaitu do’a ibadah dan do’a permintaan.
Do’a ibadah adalah dengan memahami nama Allāh tersebut, memahami apa saja kandungannya, kemudian menetapkan bahwa Allāh memiliki sifat sesuai dengan nama tersebut. Lebih dari itu semua ia berusaha mewujudkan peribadahan yang merupakan konsekuensi dari iman kepada nama-nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla ini.
Nama Allāh Al Fattah (الفتَّاح) merupakan nama yang sangat agung, sampai-sampai disebut dalam Al Qur’ān hingga dua kali.
⑴ Ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan do’a Nabi Syu’aib di dalam surat Al A’rāf ayat 89:
رَبَّنَا ٱفۡتَحۡ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَ قَوۡمِنَا بِٱلۡحَقِّ وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡفَٰتِحِينَ
“Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil), Engkau-lah pemberi keputusan terbaik.”
وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡفَٰتِحِينَ
“Engkau adalah pembuka yang terbaik.”
⑵ Firman Allāh Ta’āla dalam surat Saba’ ayat 26.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
قُلۡ يَجۡمَعُ بَيۡنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفۡتَحُ بَيۡنَنَا بِٱلۡحَقِّ وَهُوَ ٱلۡفَتَّاحُ ٱلۡعَلِيمُ
Katakanlah, “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia lah yang Maha Pemberi Keputusan, Maha Mengetahui.”
(QS Saba’: 26)
Nama Allāh Al Fattah (الفتَّاح) menunjukkan bahwa Allāh memiliki sifat pembuka, memiliki sifat pemberi keputusan. Diantara makna yang terkandung di dalam makna Al Fattah (الفتَّاح) ini adalah:
① Allāh membuka pengetahuan syari’at-Nya kepada para hamba.
② Allāh membuka pahala dari amalan hamba.
③ Allāh membuka pengetahuan tentang beberapa ketetapan Allāh yang berlaku di alam ini tentang beberapa ketetapan Allāh yang berlaku di alam ini kepada para hamba.
Hal ini sebagaimana firman Allāh Ta’āla dalam surat Fāthir ayat 2.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
مَّا يَفۡتَحِ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحۡمَةٖ فَلَا مُمۡسِكَ لَهَاۖ وَمَا يُمۡسِكۡ فَلَا مُرۡسِلَ لَهُۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
“Apa saja yang Allāh bukakan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya. Dan apa saja yang ditahan oleh Allāh, maka tidak ada seorang pun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.”
Inilah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang memiliki nama Al Fattah (الفتَّاح).
Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang hamba yang ingin menjadi seorang pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan adalah dengan merendah, bertawassul kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan nama ini. Dan bersandar kepada Al Fattah (الفتَّاح) yang merupakan sebaik-baik pemberi keputusan.
Tidak lupa seseorang perlu meninggikan harapan (raja’) nya kepada Allāh dan perlu bersikap jujur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak mungkin mengecewakan hamba-Nya yang berdo’a, Allāh juga tidak akan mengecewakan hamba-Nya yang menaruh harapan kepada-Nya.
Semua anugerah itu berada ditangan Allāh, baik anugerah itu berupa ilmu yang bermanfaat, amal shalih maupun akhlak yang mulia. Hal ini sebagaimana perkataan sebagian ulama salaf,
“Sesungguhnya akhlak yang baik adalah anugerah. Apabila Allāh mencintai seorang hamba maka Allāh akan menganugerahkan sebagian akhlak mulia tersebut kepadanya.”
Jadi Allāh adalah pembagi akhlak, Allāh pembagi rezeki, Allāh pembagi amal, Allāh pembagi umur dan Allāh pembagi segala hal untuk hamba.
Sehingga langkah pertama yang harus ditapakkan untuk menjadi seorang insan yang membawa kebaikan adalah penyandaran yang sempurna kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Anda tidak mungkin akan memperoleh ilmu, memperoleh pemahaman, melakukan akhlak yang mulia, tidak akan mungkin semuanya itu terjadi kecuali apabila Allāh membukakan pintunya untukmu.
Begitu juga anda tidak akan mampu melaksanakan suatu ibadah dan berbagi hal lainnya kecuali apabila Allāh membukakan pintunya untukmu.
Alangkah indahnya perkataan Mutharif bin Abdillāh bin Syikhir rahimahullāh terkait permasalahan ini. Beliau adalah salah seorang ulama tabi’in.
Beliau mengucapkan kalimat yang sangat indah:
“Seandainya hatiku dikeluarkan lalu diletakkan ditangan kiriku kemudian seluruh kebaikan didatangkan dan diletakkan ditangan kananku, maka aku tidak akan mampu meletakkan sedikitpun kebaikan pada hatiku kecuali apabila Allāh yang meletakkannya,” demikian perkataan beliau.
Seluruh perkara itu hanya ditangan Allāh. Oleh karena inilah terkadang ada manusia yang mendengarkan nasehat, mendengarkan pelajaran yang berharga untuk urusan dunia dan agama, mendengarkan pintu-pintu kebaikan, mendengarkan pintu-pintu keta’atan, disebutkan pintu-pintu kemenangan, namun malah jiwanya lari menjauh, amal tetap sedikit sedekah tetap sedikit. Memang taufiq itu hanya di tangan Allāh, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolonganNya Azza wa Jalla.
Demikian yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq dalam kunci pertama, kalau kita boleh memberikan kesimpulan bahwa kunci pertama ini adalah seorang bersandar kepada Al Fattah (الفتَّاح) seseorang harus meminta kepada Al Fattah (الفتَّاح), seseorang harus berdo’a menggunakan nama Allāh (Al Fattah /الفتَّاح) Yang Maha Pembuka, agar kita dimudahkan untuk menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Mutharif bin Abdillāh bin Syikhir tadi.
لو أخرج قلبي و جُعل في يساري وجيء بالخيرات كلها
“Seandainya hatiku ini dikeluarkan lalu diletakkan ditangan kiri kemudian didatangkan seluruh kebaikan
وجُعلت في يميني
lalu diletakkan di tangan kanan
لم أستطع أن أجعل شيئا من هذه الخيرات في قلبي
maka aku tidak akan mampu meletakkan sedikitpun dari kebaikan ini pada hatiku
إلا أن يكون الله الذي يضعه
kecuali apabila Allāh yang meletakkannya.”
Jadi kita harus bersandar kepada Al Fattah (الفتَّاح), Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Bagi yang ingin menjadi insan pembuka pintu kebaikan, penutup pintu keburukan dia harus bersandar yang sempurna kepada Al Fattah (الفتَّاح), Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Semoga pembahasan ini bermanfaat. In syā Allāh akan kita lanjutkan pembacaan kunci kedua pada pertemuan berikutnya.
Wallāhu Ta’āla A’lam bishawab.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____