Home > Bimbingan Islam > Kitab AtTauhid > Halaqah 075: Buah Dari Tauhīd Bagian Kedua

Halaqah 075: Buah Dari Tauhīd Bagian Kedua

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc حفظه لله تعالى
📗 Kitab At-Tauhid
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه لاحول ولاقوة إلا بالله, رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً

Kita lanjutkan materi kita, masih pada pembahasan Kitāb At-Tauhīd.

الرابعة‏:‏ تفسير الآية التي في سورة الأنعام

⑷ Penjelasan dari ayat yang terdapat di dalam surat Al-An’ām.

Yaitu firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”

(QS. Al-An’ām: 82)

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟

“Mereka orang-orang yang beriman”

Allāh memulikan mereka (hamba-hamba Allāh)

Perhatikan! Allāh menyebutkan ءَامَنُوا۟ (beriman) dan bertakwa.

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

(QS. Al-Baqoroh: 183)

Dibalik ketakwaan maka di situ ada iman. Dan Allāh memulikan mereka (orang-orang yang beriman) karena mereka diharapkan untuk senantiasa bertakwa sebagaimana setiap hari Jum’at kita mendengarkan khatib berkata:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ…..

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allāh dengan sebenar-benar takwa…”

(QS. Āli-Imron:102)

Disini dikatakan:

وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلْمٍ

“Dan mereka tidak mencampur-adukan keimanan mereka dengan kezhaliman apapun”

Yalbisū (يَلْبِسُوٓا۟) adalah Yakhtalithu (يختلط)

Apa yang menjadi janji Allāh?

أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

“Mereka akan memperoleh ketenangan dan petunjuk”

Karena mereka berdiri di atas ilmu, mengamalkan ilmu dan mengambil petunjuk dengan ilmu.

Orang yang memiliki jiwa yang bersih maka dia akan memperoleh ketenangan dan mereka akan mendapatkan petunjuk.

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang akan mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”

(QS. Al-An’ām: 82)

الخامسة‏:‏ تأمل الخمس اللواتي في حديث عبادة‏

⑸ Anjuran untuk memperhatikan 5 (lima) perkara yang terdapat di dalam hadīts Ubādah.

Dalam pembahasan yang lewat telah kita sampaikan:

عن عُبادة بن الصامت قال: قال رسولُ الله ﷺ: مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَل

Dari Ubādah bin Shāmit (semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla meridhainya) Rosūlulloh shollallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada dzat yang berhak untuk disembah kecuali Allāh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Muhammad Rosulullah adalah hamba dan Rasūl Allah, begitu juga Isa adalah hamba Allah serta Rasul Allah dan kalimat yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla kirimkan kepadanya, kalimat Allāh yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan kepada Maryam dan ruhnya dari Allāh, surga adalah hak, meyakini bahwasanya neraka adalah hak, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memasukan dia ke dalam surga sesuai dengan amal yang dia lakukan.”

(Hadīts riwayat Bukhori no 3435 dan Muslim no 28)

Masing-masing hendaknya memperhatikan hadīts Ubādah bin Shāmit yang mulia ini.

السادسة‏:‏ أنك إذا جمعت بينه وبين حديث عتبان، وما بعده تبين لك معنى قوله‏:‏ لا إله إلا الله وتبين لك خطأ المغرورين

⑹ Sesungguhnya apabila engkau mengumpulkan hadīts, karena di dalam memahami dalīl kalau sekiranya dalīl tersebut berdiri sendiri, maka kita pahami sebagaimana datangnya hadīts tersebut, sebagaimana penjelasan para sahabat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (As-Sholafus Sholih). Akan tetapi jika dalīl tersebut bisa digabungkan maka di jama’ (dikumpulkan) sehingga kita bisa memahami dua hadīts tanpa mengesampingkan yang lainnya.

Dikatakan:

أنك إذا جمعت بينه وبين حديث عتبان،

“Sekiranya engkau menggabungkan hadīts Ubādah ibn Shāmit dan hadīts Utbān yang berbunyi:

فإنَّ الله حرَّم على النار مَن قال: ” لا إله إلا الله” يبتغي بذلك وجه الله”

“Sesungguhnya Allāh mengharamkan neraka bagi siapa saja yang mengatakan لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ (Tidak ada Dzat yang berhak untuk disembah kecuali Allāh) diharapkan untuk memperoleh wajah Allāh”

وما بعده

Dan hadīts sesudahnya yaitu hadīts Abū Said Al-Khudriy :

وعن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال :  قال موسى عليه السلام : يا رب علمني شيئاً أذكرك وأدعوك به ، قال : قل يا موسى لا إله إلا الله . قال : كل عبادك يقولون هذا ، قال : يا موسى لو أن السموات السبع وعامرهن غيري والأرضين السبع في كفة ، ولا إله إلا الله في كفة ، مالت بهن لا إله إلا الله ( رواه ابن حبان والحاكم وصححه )

Dari Abī Sa’id Al Khudriy Mālik ibn Sinan (semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla meridhainya), dari Rosūlullāh shollallāhu ‘alayhi wa sallam Beliau bersabda: Musa alayhissallām berkata, “Ya Rabbi, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dengannya aku mengingat-Mu dan berdo’a kepada-Mu.”
“Wahai Musa, ucapkanlah kalimat: لا إله إلا الله.”
“Ya Robbi, semua hamba-Mu mengucapkannya”. Maka Allah berfirman kepadanya (yang artinya),
“Wahai Musa, seandainya ketujuh langit dan penghuninya selain Aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun timbangan, sedangkan: لا إله إلا الله pada daun timbangan yang lain, maka niscaya lebih berat timbangan: لا إله إلا الله.”

(Hadīts riwayat Ibnu Hibban di dalam Shohīhnya dan Hakim).

وما بعده تبين لك معنى قوله‏:‏ لا إله إلا الله وتبين لك خطأ المغرورين

Maka akan jelas bagimu kesalahan orang-orang yang tertipu.

السابعة‏:‏ التنبيه للشرط الذي في حديث عتبان

⑺ Tanbih (peringatan) suatu hal yang harus kita perhatikan.

Tanbih sesuatu yang harus kita mengerti, di mana di dalam hadīts Utbān dikatakan:

فإنَّ الله حرَّم على النار مَن قال: ” لا إله إلا الله” يبتغي بذلك وجه الله”

Jadi seseorang yang mengucapkan kalimat Tauhīd hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata.

Ini harus kita perhatikan di mana hamba tersebut mengucapkan kalimat Tauhīd bukan asal-asalan tetapi dia memiliki tujuan yang mulia yaitu ابتغاء وجه الله.

In syā Allāh dikesempatan yang lain kita lanjutkan.

نكتفي بهذا القدر
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
و صلى الله على نبينا محمد و على آله وصحبه و سلم
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top