Home > Uncategorized > Nasihat Asy-Syaikh Muhammad bin Shālih Al-‘Utsaimin rahimahullāh

Nasihat Asy-Syaikh Muhammad bin Shālih Al-‘Utsaimin rahimahullāh

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Bulan Dzulhijjah
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الْحَمْدُ لله، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رسول الله، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القيامة، أَمَّا بَعْدُ:

Sahabat Bimbingan Islām, rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Pada pertemuan ini, saya ingin mengisahkan bahwa Syaikh Muhammad bin Shālih Al ‘Utsaimin rahimahullāh pernah ditanya, pertanyaannya adalah:

“Beberapa hari lagi kita akan menyambut 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, apa nasehat anda kepada kami semua agar kami bisa menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Saya memohon anda berkenan untuk menjelaskan keutamaan dan amalan yang di sunnahkan pada sepuluh hari ini (10 hari pertama bulan Dzulhijjah)?”

Sahabat Bimbingan Islām, rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Pertanyaan ini intinya ingin bertanya tentang apa saja amalan yang sepatutnya dilakukan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Dan jawaban Syaikh bisa di lihat di website resmi beliau yang berjudul: فضل عشر ذي الحجة (Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah).

Mari kita dengarkan jawaban beliau yang telah saya terjemahan.

Syaikh menjawab:

1. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dimulai sejak masuknya bulan dan berakhir pada hari raya Iedul Adha (sore harinya).

2. Keutamaan pada sepuluh hari tersebut, Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah bersabda, “Tidak ada hari yang amal shālih lebih dicintai Allāh daripada sepuluh hari ini.”

Para shahabat pun bertanya, “Tidak pula jihād wahai Rasūlullāh?” Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab, “Tidak pula jihād fīsabilillāh, kecuali orang yang keluar berjihād dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak kembali sedikit pun dari keduanya.”

Atas dasar ini, kata beliau (rahimahullāh):

⑴ Saya memotivasi saudara-saudaraku (kaum muslimin semua) untuk memanfaatkan kesempatan besar ini dengan sebaik-baiknya.

⑵ Saya juga mendorong mereka untuk memperbanyak amal shālih di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini (seperti) membaca Al Qur’ān, segala jenis dzikir (seperti) takbir, tahlil, tahmid dan tasbih.

√ Takbir: الله الكبر
√ Tahlil: لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ
√ Tahmid: الحمد الله
√ Tasbih: سبحان الله

Memperbanyak kalimat-kalimat ini.

⑶ Kemudian beliau mengatakan demikian pula dengan bersedekah, berpuasa dan semua amal shālih lainnya. “Bersungguh-sungguhlah dalam mengusahakannya,” kata beliau rahimahullāh.

⑷ Kemudian beliau rahimahullāh merasa aneh, karena sebagian orang lalai akan sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah ini.

“Kalian akan dapati mereka semangat beramal di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhān akan tetapi di sepuluh pertama bulan Dzulhijjah, hampir-hampir tidak engkau dapati seorang pun yang berusaha mengistimewakannya.”

Sehingga apabila seorang manusia melakukan berbagai amal shālih pada siang hari dari sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah ini, “Sungguh ia telah menghidupkan amal shālih yang dibimbingkan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.”

⑸ Kemudian kata beliau, “Apabila engkau telah masuk di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan engkau ingin berkurban maka janganlah engkau memotong rambut, memotong kuku, memotong kulit yang mengelupas (yang “sisetan” kalau dalam bahasa Jawa).

Ini semua tidak boleh diambil bagi orang yang memiliki niat untuk berkurban. Maksudnya tidak boleh mengambil rambut, mengambil kuku dan mengambil kulit yang mengelupas tadi. Adapun orang yang kurbannya diberi oleh orang lain, kata beliau: “Tidak perlu meninggalkan larangan ini.”

Maksudnya bagaimana? Di kalimat berikutnya beliau rahimahullāh mengatakan:

“Atas dasar inilah apabila ada seorang yang ingin berkurban untuk dirinya sendiri dan juga keluarganya (sebagaimana sunnah yang seharusnya). Maka anggota keluarga tidak harus meninggalkan memotong rambut, tidak harus meninggalkan memotong kuku dan tidak harus meninggalkan memotong kulit yang mengelupas. Hanya yang hendak berkurban yang menjauhi larangan ini yaitu sang ayah.”

Ini jawaban Syaikh rahimahullāh.

Kemudian saya pribadi ingin menambahkan, kenapa kita dilarang memotong rambut, memotong kuku atau memotong kulit yang mengelupas selama, apakah hikmahnya?

Hikmahnya disebutkan oleh Imam An Nawawi rahimahullāh dalam kitāb beliau Al Minhaj Syarah Shahīh Muslim.

Beliau mengatakan:

“Ulama kami (Syāfi’iyyah) mengatakan: Dan hikmah larangan memotong rambut, memotong kuku dan memotong kulit yang mengelupas, agar anggota tubuh kita ini masih dalam keadaan sempurna agar nanti semuanya dibebaskan dari neraka.”

Itu hikmah yang disebutkan oleh Imam An Nawawi rahimahullāh. Dan beliau menyebutkan beberapa hikmah lainnya tapi ini yang beliau disebutkan dengan: قأل , jelas shighahnya.

Semoga pembahasan ini bermanfaat dan kita akan memberikan kesimpulan. Di sini tadi Syaikh rahimahullāh menyebutkan bahwa:

⑴ Amalan di bulan Dzulhijjah ini dilipat-gandakan.

⑵ Syaikh memberikan dorongan kepada kita semua untuk memperbanyak membaca Al Qur’ān, berdzikir, takbir, tahlil tasbih, bersedekah, berpuasa dan amal shālih yang lainnya.

Syaikh merasa heran kenapa orang-orang tidak mengistimewakan hari ini sebagaimana mengistimewakan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhān.

⑶ Apabila seorang ingin berkurban maka dia jangan memotong rambut, memotong kuku dan memotong kulit yang mengelupas. Dan ini khusus untuk orang yang mempunyai niat untuk berkurban, adapun orang yang anggota keluarganya yang di ikut sertakan dalam kurban tersebut tidak perlu menjauhi larangan-larangan ini.

Semoga pembahasan ini bermanfaat.

Wallāhu Ta’āla A’lam Bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top