Home > Bimbingan Islam > Tematik > Perang Fathu Makkah Yang Allāh ‘Azza wa Jalla Memuliakanya

Perang Fathu Makkah Yang Allāh ‘Azza wa Jalla Memuliakanya

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Ibnu Ali Sutopo, M.Si.
📗 Kajian Tematik | Ramadhan
📝 Serial Kultum Ramadhan
〰〰〰〰〰〰〰

*PERANG FATHU MAKKAH YANG ALLĀH AZZA WA JALLA MEMULIAKANNYA*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
الشهد أن لا إله إلأ الله وحده لا شريك له. له الملك وله الحمد، يحيي ويميت وهو على كل شيءٍ قدير

Bapak ibu saudara saudari sekalian, pemirsa BiAS TV yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Mungkin kita pernah mendengar istilah Fathu Mekkah (penaklukan kota Mekkah), satu peristiwa sejarah yang sangat agung yang dicatat oleh para ulama yaitu peristiwa yang terjadi pada tahun ke-8 Hijriyyah.

Kita juga mengetahui sejarah, bagaimana Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan para shahabat ditindas, bahkan terusir dari kota kelahirannya (Mekkah), kemudian terjadilah hijrah.

Māsyā Allāh, hijrah adalah peristiwa yang sangat berat, karena mereka harus meninggalkan keluarga dan harta benda mereka (rumah, ternak, kebun dan lainnya).

Tapi ingat ! Mereka lebih memilih Allāh dan Rasūl-Nya.

Mereka lebih memilih Allāh dan Rasūl-Nya, walaupun mereka harus meninggalkan dunia yang sudah mereka kumpulkan sejak awal.

Karena agamanya terganggu (tanah kelahirannya terganggu) dan mereka tertindas, mereka lebih memilih hijrah untuk menyelamatkan agamanya.

⇒ Mereka memilih Allāh dan Rasūl-Nya walaupun harus meninggalkan dunianya.

Kalau hijrah zaman sekarang mungkin meninggalkan sesuatu yang haram dan itu berat, tapi ingat masih berat hijrahnya para shahabat ridhwanullāh ‘alaihim ‘ajmain.

Para shahabat (mereka) meninggalkan harta dan rumah yang mereka miliki, mereka lebih memilih Allāh dan Rasūl-Nya, dan hasil akhirnya adalah kemenangan (kebaikan).

وَٱلْعَـٰقِبَةُ لِلْمُتَّقِين

_”Dan akibat yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”_

(QS Al Arāf: 128, QS Al Qashash: 83)

Maka setelah sekian tahun terusir dari kota Mekkah akhirnya mereka bisa kembali menaklukkan kota Mekkah dalam peristiwa Fathu Mekkah (tahun ke-8 Hijriyyah).

Apa sebabnya?

Sebabnya karena terjadinya pembelotan (pengkhianatan) perjanjian Hudaibiyyah pada tahun ke-6 Hijriyyah.

Di antara isi dari perjanjian Hudaibiyyah adalah siapa saja boleh bergabung dengan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam atau bergabung dengan orang-orang Quraisy dan terjadi gencatan selama 10 tahun tidak boleh adanya saling menyerang.

(Tapi perjanjian ini dilaksanakan pada tahun ke-6 Hijriyyah, kemudian sekitar 2 tahun kemudian karena dalam perjanjian Hudaibiyyah ini bebas orang bisa memilih bergabung dengan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam atau bergabung dengan orang-orang Quraisy)

Suku Khuza’ah bergabung dengan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sedangkan Banī Bakr bergabung dengan orang-orang Quraisy.

Khuza’ah dan Banī Bakr dari dahulu memiliki masalah (bermusuhan). Ketika Khuza’ah bergabung dengan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan Banī Bakr bergabung dengan Quraisy, maka tiba-tiba pada suatu kesempatan Banī Bakr menyerang suku Khuza’ah. Kemudian parahnya, Quraisy yang menjadi sekutu dari Banī Bakr ini membela (menolong) dengan pasukan dan pasokan senjata Banī Bakr untuk menyerang Khuza’ah. Akhirnya suku Khuza’ah melapor kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Kemudian karena mengetahui ini terjadi pengkhianatan, maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berniat untuk membatalkan perjanjian. Dan ingat bagi yang akan membatalkan perjanjian hendaknya sama-sama tahu.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِن قَوْمٍ خِيَانَةًۭ فَٱنۢبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَىٰ سَوَآءٍ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْخَآئِنِينَ

_”Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allāh tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.”_

(QS Al Anfāl:58)

Karena perjanjian Hudaibiyyah ini sama-sama tahu terjadi gencatan senjata tidak boleh saling menyerang, maka kalau mau dibatalkan harus sama-sama tahu.

Jadi hikmahnya, misalnya kita punya muamalah sama teman kita, sudah kita saling kontrak dan ada perjanjian, kemudian teman kita berkhianat kepada kita, sangking dongkolnya kemudian kita balas, Kita khianati, jangan !

Karena Allāh tidak mencintai orang yang berkhianat.

Maka bagaimana caranya?

Kita batalkan perjanjian kalau sudah dibatalkan maka kita sudah tidak ada ikatan lagi dengan penjajian tersebut.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam karena dikhianati dalam perjanjian Hudaibiyyah maka membatalkan perjanjian Hudaibiyyah maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyiapkan pasukan sebanyak 10 ribu tentara

Ini pasukan yang dalam jumlah yang sangat besar. Jadi hikmahnya bersabar dalam perjanjian Hudaibiyyah dapat pasukan yang sangat banyak dan bergerak menuju Mekkah.

Pasukan-pasukan ini ikut pada pasukan yang dibawa oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan Madīnah dititipkan kepada seorang sahabat yang mulia yang bernama Abdullāh bin umi Maktum.

Beliau adalah seorang sahabat yang mulia, sampai Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah ditegur Allāh Subhānahu wa Ta’āla karena sebab beliau (Abdullāh bin umi Maktum).

Sejak saat itu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sangat memuliakan shahabat Abdullāh bin umi Maktum. Ketika Abdullāh bin umi Maktum datang Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyambutnya dengan baik, disebutkan menyambutnya dengan ucapan-ucapan indah, “Marhaban ya man adabani rabbi (S
selamat datang wahai orang yang karena sebab dirimu aku ditegur oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla).”

Dan di antara bentuk pemuliaan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Abdullāh bin Umi Maktum, dititipkan padanya kota Madīnah selama Rasūlullāh dan para sahabat bergerak menuju Mekkah.

Dan dalam perjalanan ini, tidak diketahui oleh orang-orang Quraisy. Mereka tidak siap, maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kemudian memasuki. Ringkasnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan para shahabat bergerak dengan jumlah pasukan yang sangat banyak, kemudian memasuki kota Mekkah dengan menundukkan diri dan tidak ada perlawanan.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang maknanya:

“Barangsiapa yang memasuki masjid maka dia aman, barangsiapa yang masuk rumahnya Abū Sufyān (tokoh yang dihormati) Rasūlullāh memberikan kehormatan khusus barangsiapa yang masuk ke dalam rumahnya Abū Sufyān maka dia aman, barangsiapa yang masuk ke rumahnya masing-masing mengunci pintunya maka dia aman.”

Jadi bukan untuk ajang balas dendam, walaupun orang-orang Quraisy tidak berdaya. Sifat seorang mukmin itu rahmat dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam diutus untuk membawa rahmat.

وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ

_”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”_

(QS. Al Anbiyyā’:107)

Ada seorang shahabat yang dia itu ketika mau menuju Ka’bah mengatakan:

هذا يوم الملحمة

_”Ini adalah hari pembalasan (hari pembantaian).”_

Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menegurnya dan mengatakan, “Ini adalah hari di mana Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengagungkan Ka’bah.”

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam masuk ke masjidil Haram, lalu Beliau menghancurkan patung-patung sekitar Ka’bah yang jumlahnya 360 patung.

Ketika menghancurkan patung-patung itu Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam membaca firman Allāh:

وَقُلْ جَآءَ ٱلْحَقُّ وَزَهَقَ ٱلْبَـٰطِلُ ۚ إِنَّ ٱلْبَـٰطِلَ كَانَ زَهُوقًۭا

_Dan katakanlah, “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap._

(QS. Al Isrā’:81)

Berapa lama patung-patung itu dihancurkan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam?

Apakah ketika Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berada di Mekkah, beliau bertindak anarkis dan langsung menghancurkan patung-patung itu? Tidak.

Tetapi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berdakwah dengan sabar, Beliau berdakwah dengan hikmah supaya tidak timbul kekacauan.

Ketika Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sampai di kota Mekkah kemudian pasukan itu sudah bergerak.

Ketika patung-patung itu dihancurkan tidak ada perlawanan dari mereka. Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berdiri di pintu Ka’bah dan bersabda:

يا معْشَرَ قريش، ما ترون أنّي فاعل بكم؟ ” قالوا: خيرا. أخٌ كريم وابن أخ كريم. قال صلى الله عليه وسلم: ” فإنّي أقول لكم كما قال يوسف لإخوته: ( لا تثريب عليكم اليوم ) اذهبوا فأنتم الطلقاء “

_”Wahai orang-orang Quraisy, kira-kira apa persangkaan kalian, apa yang akan aku lakukan kepada kalian?” Mereka mengatakan, “Kebaikan.” Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan, “Aku mengucapkan sebagaimana Yusuf mengucapkan kepada saudara-saudaranya.”_

Ingat ketika Nabi Yusuf dizhālimi saudara-saudaranya dimasukan ke dalam sumur, apakah Nabi Yusuf balas dendam?

Nabi Yusuf alayhissalām tidak balas dendam, demikian pula Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam ketika berhasil menaklukan Mekkah. Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak balas dendam padahal saat itu dihalalkan untuk berperang.

⇒ Saat menaklukan kota Mekkah sekitar Ka’bah yang merupakan tanah haram dihalalkan untuk berperang.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

لَا تَثۡرِيبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡيَوۡمَۖ يَغۡفِرُ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

_”Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allāh mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.”_

(QS Yusuf : 92)

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

اذهبوا فأنتم الطلقاء

_”Pergilah, kalian semua bebas.”_

⇒ Orang-orang Quraisy dibebaskan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Sejak saat itu banyak orang yang tertarik dengan Islām kemudian berbondong-bondong masuk Islām.

Peristiwa Fathu Mekkah terjadi pada tahun ke-8 Hijriyyah dan pada tahun ke-9 Hijriyyah banyak orang berbondong-bondong masuk Islām sehingga para ulama mengenalnya dengan kaum utusan.

Ini adalah berkah dari bersabar, bersabar dalam menjalankan agama Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ini adalah berkah dalam kelembutan dakwah, jika saat itu orang-orang Quraisy dibunuh semua, Islām tidak akan berkembang.

Oleh karena itu setiap dari kita memiliki sifat sabar walaupun banyak orang yang menzhālimi kita.

Bersabar (in syā Allāh), وَٱلْعَـٰقِبَةُ لِلْمُتَّقِين (“Dan akibat yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa”).

Berdakwah harus dengan sabar, tidak boleh grusa-grusu (buru-buru). Ingat akibat yang terbaik adalah bagi orang yang bertakwa mengikuti petunjuk Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Itu sedikit ringkasan kisah peristiwa Fathu Mekkah (kemenangan yang agung) semoga bisa membawa pelajaran bagi kita semua.

Semoga kita bisa bersabar dalam menjalankan agama ini walaupun berat dan banyak tantangannya. Dan kita bisa berdakwah dengan cara terbaik terlebih pada orang-orang yang dulunya tidak suka dengan kita, tapi dengan sebab kita berdakwah dengan baik In syā Allāh dakwah akan di terima dan berkembang dengan baik.

Demikian mudah-mudahan bermanfaat.

وصلى الله على النبينا و حبيبي المصطفى محمد وعلى آله وصحبه و سلم
و اﻟسّلامــ عليكـمــ ورحمـۃ اﻟلّـہ وبركاتہ

________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top